NATAL SEBAGAI SEBUAH DISRUPSI
By Leo Imannuel
"Natal adalah sebuah disrupsi terhadap hegemoni status quo, baik secara politik maupun budaya religius."
Apa itu disrupsi?
Menurut Merriam-Webster Dictionary
to cause (something) to be unable to continue in the normal way : to interrupt the normal progress or activity of (something).
Singkatnya disrupsi adalah menyebabkan sesuatu berjalan tidak sebagaimana biasanya.
Contohnya, biasanya berdagang di pasar, sekarang cukup modal hp-pun bisa berdagang bahkan sampai skala nasional.
Disrupsi adalah sebuah ancaman bagi status quo, atau kemapanan, orang-orang yang sudah nyaman, enak dan diuntungkan oleh cara dan keadaan lama.
Dalam, konteks tulisan saya di atas, peristiwa natal mendisrupsi hegemoni pemerintahan Herodes Agung.
Dalam narasi Matius pasal 2 ayat 1 sampai 8, diceritakan bagaimana Orang Majus bertanya-tanya:
"Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Raja orang Yahudi?!
Tunggu-tunggu, hanya ada 1 raja yaitu Herodes Agung sendiri, bagaimana bisa ada raja lain, yang kelahirannya ditandai oleh sebuah bintang? Sebuah tanda langit, sebuah perkenanan dari langit?
Perlu dimengerti bahwa Herodes Agung bukanlah raja sah di Israel, secara keturunan beliau bukan berdarah biru, bukan keturunan Daud, bahkan bukan orang Yahudi asli, dia keturunan Idumea (Edom), dia semacam raja boneka yang diangkat oleh penjajah Romawi.
Dalam posisi lemah ini, Herodes Agung dalam rangka mencari muka orang Yahudi, membesarkan kompleks Bait Allah.
Nah, tiba-tiba ada sebuah berita bahwa telah lahir seorang raja Israel, bahkan yang kelahirannya sudah dinubuatkan oleh kitab suci.
Biasa memerintah, hidup enak, nyaman dan tenteram, tentu berita ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan (hegemoni) kekuasaannya bukan?
Tidak heran kemudian malaikat Tuhan memperingati Yusuf untuk menyingkir ke Mesir "....... karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Matius 2:13.
Tindakan Herodes selanjutnya adalah tipikal penguasa lalim yang hendak melanggengkan kekuasaannya:
"Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu." Matius 2:16.
Sebuah disrupsi, seperti sebuah tanda zaman, sebuah arus kuat perubahan, tidak bisa dan oleh karena itu jangan dilawan.
Disrupsi mesti diantisipasi, diikuti, disiasati, nah, ini namanya shifting atau singkatnya sebuah perubahan, demi mengikuti arus perubahan yang memang tidak bisa dihindari tersebut.
Berubah atau tenggelam.
Nah, setelah Herodes, kehidupan Yesus selanjutnya mendisrupsi hegemoni kekuasaan kaum elit religius.
Lihatlah ajaran dan kelakuan-Nya yang selalu bertentangan dengan kebiasaan turun temurun telah dilakukan oleh mereka.
Melanggar hari Sabat, berteman dengan orang berdosa, mengganggu ketentraman umum dengan menunggangbalikan meja-meja para pelaku bisnis di Bait Allah yang telah memanfaatkan kemataduitan para pemimpin religius.
Bahkan, dengan berani Dia mendisrupsi paradigma Pilatus dan para pengikut-Nya mengenai konsep kemesiasan dan kerajaan yang sedang dibangun-Nya.
"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini;..... " Yohanes 18:36.
Bukan kerajaan dengan kekuasaan militer, dan letak geografis tertentu, melainkan sebuah kerajaan yang memerintah di dalam hati dan pikiran semua manusia, lintas wilayah, menembus sekat-sekat budaya dan status sosial.
Visinya bukan cuma membebaskan secuplek tanah Israel dari penjajahan Romawi, melainkan membebaskan dunia dari kungkungan dosa, mengembalikan rancangan awal keselamatan yang di design oleh Bapa-Nya.
Konsep kerajaan demikianlah yang sulit diterima oleh para murid, sehingga banyak dari mereka yang akhirnya mengundurkan diri.
Tapi Yesus tidak takut
Yohanes 6:66-67
(66) "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia."
Dia tidak perduli, malah kemudian seperti menantang dua belas murid utama-Nya:
(67) "Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
Di sini Dia seperti menegaskan, ikut perubahan ke rancangan semula, atau hilang tenggelam.
Kedua belas rasul bertahan, dan tidak heran merekalah yang menjadi agen perubahan:
Kisah Para Rasul 17:6
"Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: "Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari,"
Jadi, kehidupan Yesus dari lahir sampai kebangkitan-Nya adalah sebuah disrupsi, karena waktu shifting sudah datang. JLI.