Senin, 21 Desember 2020

Catatan Akhir Tahun 2020

Catatan Akhir Tahun 

2020 adalah tahun yang unik, mengkhawatirkan, menakutkan, bikin putus asa, namun juga tahun di mana kami, saya dan istri melihat tangan Tuhan menyertai.

Kami memulai tahun ini dengan sukacita.

Kami merayakan anniversary gereja yang pertama.

Memasuki tahun ini dengan semangat dan antusias.

Pandemi Covid-19 yang hanya kami dengar maupun saksikan melalui media massa akhirnya datang juga ke Indonesia di tahun 2020 ini.

Tiba-tiba, ibadah tatap muka, kami hentikan beralih ke online.

Tidak cukup sampai di sana, di semester awal tahun ini saya dan istri dimampiri oleh virus Corona ini.

Bayang-bayang kematian menguasai diri, kecemasan akan hari esok akan orang-orang yang kami kasihi menjajah iman, seolah tidak ada Tuhan.

Secara harfiah saya lemas, loyo, tak berdaya, secara fisik, jiwa maupun roh.

Namun, pada masa-masa inilah saya merasakan jamahan Tuhan yang memulihkan dan menghidupkan, fisik, jiwa maupun roh, secara harfiah.

Roh saya bangkit, jiwa saya kembali terbakar, fisik secara perlahan namun pasti mengikuti jiwa dan roh, kembali bangkit. 

Benarlah apa yang ditulis oleh kitab suci, 

"Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang." 

Tuhan tidak mengizinkan sumbu roh saya menjadi padam, Dia menyulutnya kembali. 

Puji Tuhan. 

Pada masa-masa kelam itu pula kami mengalami pemeliharaan Tuhan, sekali lagi secara harfiah.

Selama kami isolasi mandiri di rumah, Ibu mertua yang sudah sepuh dan putra putri kami tidak dihinggapi virus ini.

Tuhan menjaga keluarga kami. 

Dia menunjukkan pemeliharaan-Nya, atau bahasa kerennya providentia-Nya.

Tahukah Anda bahwa selama berbulan-bulan sejak Maret, sampai hari ini kami tidak pernah membeli beras?

Tuhan mengirimkan ratusan kilo beras kepada kami melalui orang-orang budiman, yang sebagian merupakan sahabat rasa saudara, beberapa bahkan kami tidak kenal siapa mereka.

Saking berlimpahnya beras, puluhan kilo kami bagi kepada mereka yang membutuhkan, lagi-lagi kami dikirimi beras. 

Tergenapilah apa yang kitab suci firmankan: "berilah maka kamu akan diberi."

Itu baru beras, belum barang-barang lain, seperti makanan matang, vitamin, dll. 

Nyaris sehari bisa 2 atau 3 kali abang ojol meneriakan: "Paket!" di depan pagar rumah, sampai akhirnya kami sehat, semua itu berhenti. 

Kiranya Tuhan Yesus memberkati mereka.

Di tahun ini juga sebagai gembala, saya dan istri kehilangan 4 orang jemaat karena dipanggil pulang oleh Tuhan.

Gereja kami tidak besar, sehingga kekerabatan di antara kami sangat kuat, gereja menjadi seperti keluarga, bisa Anda bayangkan duka yang saya dan istri rasakan.

Ditambah satu keluarga juga didaulat kena virus ini dan seorang  jemaat senior masuk ICU.

Doa dan banyak doa kami panjatkan untuk kesehatan mereka.

Ada juga jemaat yang kena imbas secara ekonomi.

Sesuatu rasanya ketika tidak banyak yang kami bisa lakukan untuk membantu mereka.

Hanya doa yang dapat kami panjatkan bagi mereka kepada Tuhan, Sang Gembala Agung kami.

Di tahun ini pula kami melepaskan seorang rekan pelayanan yang sudah bersama kami banyak tahun untuk menikah dan melayani di satu pulau bersama suaminya. 

Juga menikahkan jemaat dan kembali harus melepaskannya pergi untuk melayani bersama suaminya.

Karena ini kami sekeluarga bisa pergi ke Pulau Bali, karena saya didapuk menjadi wali dari mempelai wanita yang adalah pengerja sekaligus keponakan.

Sebuah short holiday hadiah dari Tuhan.

Oh ya, sebelum ke Bali saya juga menemani kawan baik pergi ke Bengkulu, belum pernah sebelumnya saya ke propinsi itu.

Di akhir tahun ini, kami diberkati oleh seorang bayi laki-laki tampan, putra pertama dari pasangan muda, salah satu leader di gereja.

Segera saja kami dipanggil Opa dan Oma.

Puji Tuhan.

Ada banyak kisah terjadi di tahun yang unik ini.

Namun, satu hal saja kami garisbawahi bahwa Tuhan selalu menyertai, melindungi, menjaga dan memelihara, terutama di kala badai.

Saya tutup catatan akhir tahun ini dengan mazmur dari Raja Daud,

"Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. 
Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap."

In His Movement 
Ps. Leo dan Sari Imannuel.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

#catatanakhirtahun