Jumat, 15 Desember 2023

KALIBRASI

 
(Catatan akhir tahun 2023)

Apa itu kalibrasi? 

Kamus Merriam-Webster memberikan 5 arti dari kata ini yang semuanya bernuansa sebuah standar ukuran. 

Salah satu arti yang diberikan adalah untuk melakukan standarisasi (sesuatu, seperti alat ukur) dengan menentukan deviasi dari suatu standar untuk memastikan faktor-faktor koreksi yang tepat.

Sementara kata deviation diindonesiakan menjadi deviasi kurang lebih berarti penyimpangan dari sebuah standar atau ukuran (yang telah ditetapkan). 

Jadi, kalibrasi adalah sebuah usaha untuk mengembalikan suatu alat (seperti timbangan) kepada ukuran yang tepat.

Dalam kehidupan kekristenan kalibrasi yang dimaksud adalah mengukur ulang alat ukur kita dengan standar ukuran yang tepat yakni firman Tuhan alias Alkitab.

Karena bisa jadi pengalaman hidup telah mengarahkan kita kepada kesimpulan yang kurang tepat sehingga alat ukur idealisme atau standar moral kita terhadap berbagai hal telah bergeser.

Yang dulu dianggap tabu sekarang menjadi bias bahkan dilakukan tanpa perasaan bersalah, seperti sikap kita terhadap uang, ketenaran, jabatan dan kekuasaan yang mengikutinya, kepadatan jadwal khotbah, bahkan terhadap nilai-nilai pernikahan Kristen yang kudus dan monogami, dll.

Menjelang akhir tahun sebelum  memasuki tahun yang baru sangat baik jika kita berkontemplasi, merenung, bersama Roh Kudus dan firman-Nya, kembali mengukur diri dan mengembalikan ukuran hati nurani agar selaras dengan kehendak-Nya.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Minggu, 10 Desember 2023

KURIKULUM SEKOLAH KEHIDUPAN

KURIKULUM SEKOLAH KEHIDUPAN

By Leo Imannuel

Kurikulum sekolah kehidupan hanya satu saja yakni Kerendahan  Hati.

Seumur hidup para siswa sekolah kehidupan hanya belajar itu sampai mampu menerapkannya dalam kehidupan praktis sehari-hari sebagai sebuah kewajaran respon pasti hasil dari perubahan manusia batiniahnya.

Singkatnya, Kerendahan Hati menjadi jati dirinya, dilakukan oleh alam bawah sadarnya.

Pemilik, kepala sekolah serta pengelola sekolah ini adalah Yang Maha Kuasa sendiri, staf pengajarnya BOSS (Barang Orang dan Segala Sesuatu) baik yang bersentuhan langsung maupun tidak.

Maksudnya, Kepala Sekolah menggerakkan alam semesta membuat BOSS secara langsung bersinggungan dengan diri kita.

Singgungan ini menorehkan rasa di dalam hati, semakin dalam rasa tersebut dirasa semakin kuat pelajaran yang sedang diberi dan akan didapat kelak joka diri ini memberi respon positif.

Secara tidak langsung adalah si BOSS bersinggungan dengan orang lain lalu kita belajar darinya.

Paling bagus belajar dengan cara ini, tidak perlu repot, usah mengalami berbagai perasaan negatif seperti marah, kecewa ataupun sedih, namun beberapa hal tidak bisa dihindari, memang harus dialami dan dirasakan sendiri.

Pembelajaran yang dimaksud akan sampai pada sasaran jika kita memberikan respon positif dan tentunya tindakan positif, misalnya respon mengampuni kala kebencian menjadi pilihan paling depan, tetap kerja keras dan mencoba lagi ketika kegagalan dan keputusasaan menginvasi hati, dan lain sebagainya.

Jangan terburu-buru memberikan tindakan positif tanpa terlebih dahulu berkontemplasi, merenungkan segala hal yang mungkin terkait dari singgungan tersebut.

Karena pelajaran bernilai tinggi akan didapat semasa kontemplasi.

Seseorang tidak akan mampu memberikan respon positif tanpa memiliki kerendahan hati.

Nah, sampai di sini perlu dimengerti kesombongan atau keangkuhan menjadi satu-satunya penghalang keberhasilan pendidikan ini.

Dibalik setiap BOSS ada hikmat kehidupan yang dalam dan luar biasa, setiap singgungan meruntuhkan semua kesombongan.

Perlu juga disadari kesombongan itu bertingkat dan telah merasuki manusia dalam setiap hal dalam hidup ini, dia bagaikan monster yang dapat bangkit setiap saat.

Kerendah hatian hasil dari pembelajaran level ini belum tentu cukup untuk level berikutnya, sehingga pembelajaran ini akan berlangsung terus menerus, namun biasanya seseorang yang tekun dan selalu menang akan memiliki dasar yang cukup untuk mampu memberikan respon positif kapanpun, sesekali bisa gagal namun akan cepat sadar dan bangkit kembali.

Kerendahan hati ini akan membuat seseorang lebih peka akan Tuhan dan kehendak-Nya dalam berbagai situasi, sehingga mampuemberikan respon positif sebagai wujud ketaatannya terhadap Tuhan.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Selasa, 05 Desember 2023

AUTOKRITIK

Apa itu Autokritik?

Menurut KBBI autokritik adalah kritik terhadap diri sendiri (individu, organisasi, dan sebagainya) untuk perbaikan.

Sementara Merriam-Webster Dictionary mendefinisikan autocritism sebagai criticism of oneself : searching self-examination (kritik terhadap diri sendiri : memeriksa diri sendiri).

Jadi autokritik adalah kemampuan diri sendiri (pribadi atau organisasi) untuk memeriksa diri sendiri terhadap kesalahan atau kekeliruan yang mungkin sedang dilakukan sehingga bisa dapat kembali kepada jalan atau jalur yang benar. 

Tentunya untuk melakukan autokritik seorang individu atau organisasi memerlukan sebuah standar acuan yang daripadanya diukurkan sudah sejauh mana melenceng atau tidaknya dia.

Dalam konteks tulisan saya adalah seorang Kristen atau gereja, dalam hal ini standar itu adalah Alkitab sebagai acuan utama moral dan perilaku seseorang dan visi yang diberikan oleh Tuhan Yesus sebagai kepala gereja.

Autokritik adalah alat ukur gerak langkah kita agar dapat membersihkan diri dari semua kemelencengan yang mungkin dilakukan sehingga diri atau gereja dapat terus berjalan sesuai visi-Nya.

Ketika seseorang atau sebuah organisasi gereja kehilangan kemampuan atau kerelaan untuk melakukan autokritik maka dia berpotensi kehilangan jati diri sebenanya di dalam Tuhan atau bahkan melenceng dari maksud keberadaannya sebagaimana cetak birunya Tuhan. 

Sederhananya semakin jauh dia dari visi Tuhan, boro-boro meraihnya, berjalan menuju kesana saja tidak.

Lawan autokritik adalah pembenaran atas penyimpangan yang dilakukan oleh oknum tertentu. 

Penyimpangan atau kejatuhan mesti dibereskan, pelakunya tidak boleh dijauhi apalagi dibuang, harus dikasihi dan dibantu agar pulih, namun tidak boleh tutup mata dan belaga pilon dengan melakukan pembiaran dan pembenaran alias memberikan berbagai alasan sebagai bela diri padahal terang-terangan berbuat salah bahkan pelanggaran terhadap hukum moral Alkitab, seperti selingkuh atau berbuat zinah. Tentu mesti ada konsekuensi yang harus dipikul seperti berdiam diri dahulu sebelum nanti benar-benar dapat tampil kembali. 

Autokritik sangat mumpuni untuk membersihkan gereja dari hedonisme yang merebak di kalangan pendeta-pendeta tertentu terlihat dari gaya hidup mereka, bahkan cara gereja-gereja tertentu mengembangkan organisasi mereka dan pesan-pesan yang tidak seimbang mengenai persembahan yang disertai oleh janji-janji berkat yang bombastis.

Roh Kudus pasti sudah mengingatkan namun diabaikan karena pencapaian lebih penting daripada prosesnya.

Autokritik adalah alat yang Roh Kudus berikan agar kita dapat berkontemplasi dan mengkalibrasi diri sesuai kehendak-Nya. 

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)