Kamis, 27 Februari 2020

BAGAIMANA AKHIR HIDUPMU

BAGAIMANA AKHIR HIDUP? 

By Leo Imannuel 

Ibrani 13:7
"Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka."

Ayat di atas adalah perintah Tuhan kepada jemaat, untuk mengingat para pemimpin rohani yang telah menaburkan benih firman.

The Message Bible menggunakan kata 'appreciate' (menghargai),

Sementara terjemahan NIV maupun NKJV sama-sama menggunakan kata 'remember' (ingat).

Hal apakah yang akan diingat oleh jemaat, sangat tergantung kepada kesalehan hidup para pemimpin rohani tersebut.

Penghargaan mereka sangat bergantung kepada ketaatan dan ketulusan para pemimpin tersebut, selama hidup bahkan sampai matinya. 

Demikianlah ayat ini dimaksudkan.

Seorang pemberita firman wajib hidup saleh, sebuah kesalehan yang berlanjut dari sekedar ucapan bibir sampai kepada kehidupan praktis sehari-hari.

Dari jualan khotbah sampai kepada meneladankannya dalam kehidupan.

Bagaimana dapat menguji kesalehan seorang pemimpin? 

Di dalam keluarga rohani, dalam hal ini adalah komunitas rohani atau gereja lokal yang kental dengan nilai-nilai kekeluargaan, di mana kehidupan seorang pemimpin terpapar di hadapan jemaatnya. 

Itulah tema besar Ibrani pasal 13 ini. 

Ayat 1 menegaskannya
"Peliharalah kasih persaudaraan!" 

Kekeluargaan!

Kata perhatikanlah pada ayat di atas diterjemahkan dari kata Yunani anatheōreō, yang bermakna perhatikan/pelajari dengan teliti.

Jemaat diminta meneliti sungguh-sungguh keteladanan para pemimpin rohani untuk kemudian mencontoh hidup mereka.

NIV memakai kalimat "imitate their faith" (contohlah iman mereka).

TPT memakai istilah 'follow their walk of faith' (ikuti langkah iman mereka).

THE MESSAGE, memakai istilah 'let their faithfulness instruct you, as well as their truthfulness' (Biarlah kesetiaan mereka mengajarmu, sebagaimana juga kebenaran mereka).

Betapa harus amat sangat berhati-hatinya para pemimpin menjalani hidup, karena apa yang mereka lakukan akan dicontoh oleh para pengikutnya. 

Tidak heran Tuhan Yesus memperingati untuk mengikatkan batu kilangan kepada leher orang-orang yang menyesatkan (Matius 18:6; Markus 9:24; Lukas 17:2).

Kesetiaan terlihat dari awal dan terutama sampai pada akhirnya.

Bagaimana akhir hidup seorang pemimpin? 

Tetapkah ia setia? 

Apakah dia tetap memegang teguh nilai-nilai kejujuran, ketulusan dan kemurnian hidup, ataukah ketenaran dan uang sudah menggeser hatinya?

Para pemimpin, apakah uang dan aset gereja telah menggeser kasih mula-mula di hati Anda?

Kemana perginya semua ketulusan itu?

Apakah kesusahan hidup telah menggesernya menjadi keserakahan?

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Rabu, 26 Februari 2020

MEMAHAMI MAKNA KEBAIKAN TUHAN.

MEMAHAMI MAKNA KEBAIKAN TUHAN. 

By Leo Imannuel 

Mazmur 34:9
"Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"

Apa yang Anda akan lakukan pertama, melihat makanan baru mengecapnya atau mengecapnya baru kemudian melihatnya?

Sudah dapat dipastikan setiap orang akan melihat makanan baru kemudian mengecapnya.

Oleh karena itu dalam industri kuliner tampak makanan sama pentingnya dengan rasa makanan itu sendiri.

Bukan cuma sekedar rasa, namun juga bagaimana mempresentasikan makanan tersebut.

Tengoklah iklan makanan baik berupa gambar atau video, semua memiliki kesamaan yaitu kita cuma melihat namun tidak bisa mengecapnya bukan?

Apa yang ditampilkan oleh berbagai iklan tersebut?

Benar, tampilan menggiurkan dari berbagai makanan yang diiklankan, karena, bukankah selera muncul setelah melihat makanan? 

Namun, Tuhan berbeda, Beliau memutar balikan sistem dunia, 

"Kecaplah dan (baru kemudian) lihatlah."

Bagaimana seandainya dalam sebuah permainan mata Anda ditutup lalu kemudian Anda diminta mencicipi makanan yang Anda tidak tahu apa dan rasanya seperti apa. 

Bagaimana perasaan Anda? 

Takut? Pasti! khawatir? Apalagi! 

Namun, dalam permainan tersebut Anda pasrah (kemungkinan sambil tertawa), dan mencicipi makanan tersebut. 

Kenapa? Karena Anda percaya tidak akan diracun, paling hanya 'dikerjain.' 

Bagini, Apa itu kebaikan?

Banyak kita, entah sadar atau tidak menerjemahkan kebaikan sebagai sesuatu yang enak, tidak pernah susah, tidak pernah mengalami sakit, tidak akan khawatir apalagi menakutkan, tidak pernah rugi, selalu untung, tidak pernah gagal, dan lain sebagainya. 

Berarti ketidakbaikan adalah semua yang negatif bukan? 

Menilai sesuatu itu baik atau tidak dilihat dari bagian akhir sebuah rencana. 

Sebuah rencana yang didesain untuk mendatangkan kebaikan, seperti contohnya memberi obat pahit kepada seorang anak kecil.

Anak kecil ini menangis bahkan meraung, menolak obat pahit tersebut, orang tua bukannya jahat, namun berusaha memberi kesehatan kepada sang Anak. 

Tuhan memiliki rencana buat setiap kita, dapat dipastikan semuanya untuk kebaikan kita. (Yeremia 29:11). 

Dalam rancang bangun kehidupan yang Dia rencanakan buat kita itu, tidak melulu berupa sesuatu yang nyaman, tiap kali Dia melatih kita melalui padang gurun, bahkan lembah kekelaman, kerja keras, penolakan, penundaan, tangisan, ratapan, rintihan, keputusasaan, ketakutan, kekhawatiran, dlsb. 

Di dalamnya dan melaluinya kita berproses agar berpengalaman, lebih ahli, lebih bisa, menghargai hal-hal yang mungkin selama ini diabaikan, belajar beriman dengan tetap bergantung kepada-Nya, belajar memercayai-Nya disaat-saat tergelap dalam kehidupan. 

Namun, di sepanjang pergumulan dan perjuangan itu ada penyertaan, penghiburan dan kekuatan-Nya. Tuhan memenuhi janji-Nya untuk tidak pernah meninggalkan kita. 

Dan jika menang, di penghujung akan ada kemuliaan menanti, bahkan sebetulnya kemuliaan dapat kita rasakan sepanjang jalan perjuangan, berupa ya itu, penyertaan-Nya, hadirat-Nya, dan berbagai mukjizat. 

Jadi, sama saja seperti Tuhan berkata: "Sudah kecap aja dulu, rasakan dulu, baru kamu bisa melihat kebaikan-Ku."

Di sini peranan iman atau kepercayaan bahwa Dia baik, bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi batu atau ular beracun kepada anak-anak-Nya (Matius 7:9-11), sangat diperlukan.

Pada akhirnya kita akan mengerti, kenapa Tuhan izinkan semua penderitaan dan penundaan itu terjadi, ternyata untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28).

Jadi, yuk beranikan diri, tetapkan langkah, untuk 'mengecap' agar kita 'melihat' kebaikan Tuhan. JLI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus

Kamis, 20 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-10

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian KE-10, 
Bagian Terakhir

ANAK, BUKAN PEGAWAI 

Mengapa respon si sulung demikian? 

Jika kemarin kita belajar mengapa respon si sulung demikian adalah akibat dia tidak memiliki mental seorang Ayah (fathership), hari ini kita akan belajar si sulung juga tidak memiliki mental anak (sonship). 

Hal ini terlihat dari respon si sulung 

Lukas 15:29-38
(28) "Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia."

(29) "Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku."

(30) "Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia."

Dia mepresentasikan segenap prestasi diri seperti ketaatan dan kerajinannya, lalu mengontraskannya dengan dosa-dosa adiknya, dari sini kemudian dia menunjukkan kelayakannya untuk dipestakan oleh ayahnya. 

Yang terjadi sebenarnya adalah si sulung tidak memiliki fathership atau mentalitas seorang ayah, sehingga tidak bisa mengerti mengapa Bapanya bukan hanya menerima kembali, namun memestakan anak yang telah bikin malu keluarga tersebut, seorang anak yang tidak berprestasi, kemudian dia juga tidak memiliki sonship, atau mentalitas seorang anak. 

Dia mengajukan berbagai kelebihan diri (prestasi), dibandingkan dengan adiknya yang tidak berprestasi. 

Si Sulung lupa bahwa dia seorang anak. 

Menjadi seorang anak memiliki sebuah keistimewaan khusus, dia diikat oleh pertalian darah. 

Berprestasi atau tidak, seorang anak tetaplah seorang anak. 

Seorang karyawan bisa tidak lagi menjadi karyawan jika dia tidak berprestasi, tapi seorang anak? Kata orang tidak ada mantan anak. 

Secara posisi sulung adalah seorang anak, namun bermental karyawan. 

Sang Bapa sampai harus mengingatkannya:

"Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu." 
Lukas 15:31. 

Semua fasilitas bapa menjadi miliknya dan bisa digunakannya. 

Kita adalah anak-anak Tuhan, fasilitas sorgawi adalah milik kita dan dapat kita gunakan. 

Milikilah mentalitas pembapaan (fathership), sekaligus juga keputraan (sonship), yang pertama akan membuat kita mengasihi dan memahami kasih Bapa secara lebih komprehensif, yang kedua akan membuat kita taat, mendengarkan Bapa, belajar dari-Nya, mengasihi Bapa, dan memiliki mental memiliki (ownership), sekaligus melayani (stewardship)

JANGAN MILIKI MENTAL PEGAWAI, MILIKILAH MENTALITAS SEORANG ANAK. 

S E L E S A I. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Rabu, 19 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-9B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-9B

KAMU TIDAK MERASAKAN APA YANG BAPA RASAKAN

Lukas 15:25, 28-30
(25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.

(28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.

(29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

(30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.

Apa yang terjadi dengan si sulung? 

Bukankah seharusnya dia ikut bersukacita karena adiknya yang terhilang telah kembali? 

Mengapa dia malah bersunggut-sungut? 

Mengapa dia memerotes ayahnya? 

Protes si sulung diakibatkan oleh satu hal, dia bukan seorang ayah, sehingga tidak dapat mengerti bagaimana rasanya kehilangan seorang anak, dan kemudian secara ajaib anaknya didapat kembali. 

Dia tidak bisa mengerti sakit, kecewa, takut, cemas karena kehilangan seorang anak, dan sukacita besar ketika mendapatinya kembali. 

Nah, Lukas 15 ini berusaha menjelaskan semua perasan tersebut  melalui 3 buah perumpamaan, dari mulai Perumpamaan tentang domba yang hilang (1-7), dirham yang hilang (8-10), lalu puncaknya adalah perumpamaan anak yang hilang (11-32). 

Pada kedua perumpaan pertama Tuhan Yesus selalu menutupnya dengan kalimat:

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." Lukas 15:7 & 10. 

Tidak heran kalau sang Bapa sangat bersukacita, ini mukjizat! 

Bagaimana seandainya orang yang Anda kasihi meninggal dunia, dan kemudian mukjizat terjadi dia hidup kembali, bayangkan perasaan duka, sedih, kecewa, marah, jadi satu dan kemudian betapa besarnya sukacita tersebut. 

Tak heran sebenarnya respon Sang Bapa adalah: 

"Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." Lukas 15:32 

Tuhan itu menggambarkan dirinya sebagai seorang Bapa yang penuh kasih, pertobatan dan kepulangan kembali Anda merupakan sebuah sukacita besar bagi-Nya. 

Untuk dapat mengasihi jiwa-jiwa, terutama yang berdosa, dibutuhkan mentalitas seorang Bapa (fathership)

Anda tidak akan didakwa, Anda akan dipeluk-Nya dengan penuh sukacita dan kehangatan yang hanya dapat diberikan oleh seorang ayah yang baik dan sangat mengasihi anaknya. 

BERTOBATLAH, KEMBALILAH, PULANGLAH! 

BAPA MENANTI! 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Selasa, 18 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-9A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG

By Leo Imannuel

Bagian Ke-9A

PENDAKWA

Lukas 15:25, 28-30
(25) "Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian."

(28) "Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia."

(29) "Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku."

(30) "Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia."

Apa yang terjadi dengan si sulung? 

Bukankah seharusnya dia ikut bersukacita karena adiknya yang terhilang telah kembali? 

Mengapa dia malah bersunggut-sungut? 

Mengapa dia memprotes ayahnya? 

Si sulung memerotes ayahnya yang membuat pesta _home coming_ (kepulangan) adiknya adalah karena dia merasa dengan semua yang telah dilakukan oleh si Bungsu maka tidak pantas mendapatkan segala keistimewaan tersebut. 

Baginya, sang adik telah terbuang dan tidak layak untuk kembali. 

Ingatkah Anda pada proposal reposisi si Bungsu? 

Nah, kali ini ada yang setuju dengannya. 

Sang ayah, tidak perduli, sementara sang kakak sangat setuju dengan proposal reposisi sang adik. 

Dalam langkah pertobatan, selalu ada dua kutub, satu yang bersuka cita, sisi lain mencibir. 

Selalu ada pendakwa yang meragukan niat tulus kita untuk bertobat, tiap kali kata-kata dakwaan mereka sangat menyakitkan. 

Mereka bukan pendukung yang baik, jangan dengarkan mereka, jangan biarkan kata-kata negatif mereka menghentikan langkah Anda untuk hidup benar. Pada waktunya Tuhan akan berurusan dengan mereka. 

Kata-kata mereka tidak akan menentukan hidup Anda atau merubah kasih Tuhan kepada Anda. 

Para pendakwa hanya memiliki satu pekerjaan, yakni memastikan Anda selalu ingat akan masa lalu dan terus menerus merasa bersalah akan itu. 

Sementara Tuhan, senantiasa mengingatkan Anda akan masa depan bersama-Nya, dan ingin Anda terus menerus bersukacita dan semangat akan hal tersebut. 

DENGARKAN TUHAN, DIA PENDUKUNG TERBESAR ANDA UNTUK BERTOBAT. 

TERUS MELANGKAH, JANGAN UNDUR

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus

Senin, 17 Februari 2020

Iblislah Yang Menjadi Bapamu.... Jangan-Jangan.....

Yohanes 8:44
"Iblislah yang menjadi bapamu......"

Salah satu dialog dalam film The Assasin Creed, jika saya tidak salah adalah:

"Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah."

"Semuanya diperbolehkan."

"Kami bergerak di dalam gelap untuk melayani terang."

Bagaimana jika di balik?

"Kami bergerak di dalam terang untuk melayani kegelapan."

Di dalam gereja kita pikir, kita sedang melayani Tuhan, kita tutup mata terhadap penyimpangan yang terjadi di dalamnya, padahal sebenarnya semua adalah plot dari kegelapan.

Di dalam institusi terang ini kenapa banyak penyesatan, penipuan, pelecehan, perampokan?

Just watch the news!

Hati kecil pasti memperingati bahwa ada yang salah, cuma Anda tekan dan bunuh dia dengan memberi alasan pembenaran atas berbagai perilaku dan praktik menyimpang yang dilakukan oleh beberapa orang yang katanya hamba Tuhan tersebut. 

Jika iblis adalah "bapa segala dusta" maka ini merupakan penipuan terbesarnya.

Iblis buat kita semua berpikir sedang melayani Tuhan, padahal sedang melayani diri sendiri, bukan melayani ambisi Tuhan, melainkan melayani ambisi pemimpin, golongan dan organisasi, lebih manut terhadap peraturan gereja daripada firman Tuhan, belas kasihan selalu terbentur dengan peraturan ketat, yang bahkan lebih ketat daripada Alkitab, menjadi sebuah taurat baru. 

Berhati-hatilah......

#KiraKiraBegitu

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-8B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-8B

2 FOKUS YANG BERBEDA

Salah satu penghalang seseorang untuk bertobat lalu kembali pulang adalah perasaan tidak layak. 

Dengan perasaan tidak layak ini si bungsu membuat sebuah proposal reposisi pada ayat 18-19.

Lukas 15:20-23
(20) "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." 

Di dalam pelukan ayahnya, dia mengajukan proposal reposisinya, 

(21) "Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa." 

Anehnya sang Bapa seolah tidak mendengar apa yang diucapkan oleh putranya. Dia tidak perduli. 

Responnya adalah:

(22) "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya." 

(23) "Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." 

Sementara sang anak fokus kepada semua dosa-dosanya, sang Bapa fokus kepada kasih dan pengampunan. 

Tidak sekalipun dia mengomeli anaknya, atau memberi kuliah 2 semester mengenai akibat kejatuhan. 

Sang Bapa yang bijaksana dapat melihat bagaimana kehidupan telah cukup mengajar dan menghajar putranya, dia tidak mau menambahi beban putranya lagi. 

Kuliah etika semacam begitu dapat dilakukan nanti, setelah secara emosional dan rohani si Bungsu dalam keadaan baik dan telah benar-benar dipulihkan, tapi bukan sekarang. Sekarang saatnya bersuka cita. 

Fokus alami kita seringkali adalah dosa-dosa yang telah dilakukan, namun Bapa tidak pernah fokus kepada itu, Dia fokus kepada kasih-Nya. 

Respon Tuhan Yesus terhadap perempuan yang kedapatan berzinahpun bukanlah khotbah panjang lebar dalam dan luas mengenai akibat dosa, melainkan sebuah peringatan lembut

"Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Yohanes 8:11. 

AYO, DATANG BERTOBAT dan FOKUS KEPADA KASIH-NYA. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Minggu, 16 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-8A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-8A

KASIH YANG LEBIH BESAR DARIPADA AMARAH DAN KEBENCIAN. 

Dengan niat kuat untuk bertobat dan ingatan manis akan rumah Bapa, si bungsu melangkah pulang. 

Kira-kira apa yang dia pikirkan sepanjang perjalanan? 

Berbagai perasaan takut dan cemas pasti berkecamuk di dalam hatinya. 

Bagaimana jika ditolak? 
Bagaimana jika Bapa menutup pintu? 

Itulah mengapa si bungsu memikirkan sebuah proposal reposisi. 

Asumsinya adalah, dosanya sangat besar, maka sudah pasti posisi anak sudah hilang, paling tidak, dia sudah tidak berani menganggap diri sebagai anak, cukuplah menjadi orang upahan (Lukas 15:18-19). 

Sebuah proposal reposisi yang akhirnya dia ucapkan juga di ayat 21, kita akan bahas ini besok. 

Namun, sebelum sempat diucapkannya sebuah kejadian tak terkira terjadi

Lukas 15:20
"Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." 

Ketika masih jauh, ayahnya telah melihatnya, tergerak oleh belas kasihan, lalu berlari mendapatkan so bungsu sebelum dia sampai ke pagar rumah, merangkul, kemudian menciumnya. 

Tunggu dulu, mengertikah Anda betapa dalamnya maknanya? 

Begini, si bungsu keluar dari rumah Bapanya dengan membawa segala kekayaan dan kemewahan. 

Berpakaian bak raja, berbau harum, berperawakan sangat baik, khas para pangeran. 

Nah, kira-kira bagaimana perawakannya ketika kembali pulang?

Bagaimanakah imajinasi Anda membayangkan perawakan seorang depresi karena pernah kaya, lalu menjadi miskin? Bagaimanakah kira-kira perawakan seorang penjaga babi? 

Saya bayangkan tubuhnya kurus tak terurus, gerutan tua muncul di wajahnya akibat depresi, baju compang camping khas seorang miskin dan akibat perjalanan jauh, lalu bau tubuhnya yang menyengat. 

Menurut imajinasi saya, demikianlah keadaan si bungsu. 

Nah, pada sisi sang Bapa, ketika terakhir melihat putranya, dia masih bagus, keren, berpenampilan bagus. 

Kemudian dari kejauhan dia melihat putra bungsunya dalam keadaan yang sangat berbeda, tak heran hatinya tergerak oleh belas kasihan. 

Kata melihat, diterjemahkan dari kata Yunani eidō, yang bermakna bukan cuma melihat, namun memeriksa, mengamati, kemudian berlari (trechō = seperti lari seorang atlet lari di perlombaan, artinya si bapa berlari cepat) mendapatkan sang anak. 

Tanpa rasa jijik, Sang Bapa langsung memeluk sang Anak. 

Kasih yang besar telah mengalahkan kejijikannya, melumerkan hatinya dari kemarahan dan kekecewaan terhadap pembangkangan dan pengkhiatanan si Bungsu. 

Ini adalah gambaran kasih Bapa yang begitu besar, bahkan lebih besar dari semua perbuatan dosa yang kita lakukan. 

Tidak perduli hidup sudah sejauh apa membawa Anda, sudah sedalam apa Anda jatuh, Kasih Bapa selalu lebih besar daripada itu semua, Dia mampu dan mau mengampuni dan membersihkan Anda. 

DATANGLAH, PULANGLAH, BAPA MENANTI. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Jumat, 14 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-7

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-7

GOOD MEMORIES 

Pertobatan dimulai dari kesadaran diri, namun kemudian apakah yang menyebabkan si bungsu pulang ke rumah Bapanya? 

Ayat 17 menjelaskan hal ini:

Lukas 15:17-18
(17) "Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan."

(18) "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa," 

Di tengah-tengah keterpurukannya dia ingat akan rumah Bapa, dia ingat setiap kenangan manis di dalamnya, dia menyadari betapa baiknya sang Bapa, bahkan terhadap orang-orang upahannyapun bapa sangat baik, apalagi kepadanya sebagai seorang anak. 

Dengan mengkontraskan hidupnya saat itu, dengan ingatannya akan rumah Bapa, tiba-tiba si bungsu merindukan rumah Bapa. 

Betapa pentingnya ingatan akan kebaikan (good memories) dalam proses pertobatan dan tentu kepulangan si bungsu ke rumah. 

Jikalau kita adalah seorang pribadi berotoritas, baik orang tua atau Gembala, betapa pentingnya mengelola keluarga atau jemaat yang Tuhan percayakan dengan nilai-nilai kebaikan atau keluhuran. 

Setiap hari, setiap kejadian, sebenarnya kita sedang menciptakan memori atau ingatan di dalam diri anak-anak atau jemaat. 

Pastikan itu sebuah ingatan yang baik, sebuah memori yang menyenangkan, dan suatu saat akan dirindukan oleh mereka. 

Buat Anda yang sedang berada jauh dari Bapa, Dia mengasihimu dan kasih-Nya tidak berkurang meskipun Anda telah melakukan yang tidak baik, bahkan jahat. 

KEMBALILAH PULANG, DIA HANYA SEJAUH DOA. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Kamis, 13 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-6

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-6

BERUBAH!

Anda pasti pernah mendengar atau membaca power statement demikian:

"Perubahan bukanlah perubahan sampai terjadi sebuah perubahan."

Betapa benarnya statement tersebut. 

Perubahan bukanlah sebuah konsep, perubahan adalah sebuah tindakan nyata. 

Mirip demikian adalah juga sebuah pertobatan. 

Niat untuk bertobat belumlah dapat dikatakan sudah bertobat, menangis di dalam doa dan KKR belumlah dapat dikatakan sudah bertobat. 

Pertobatan terjadi ketika kita berubah. 

Lukas 15:18-20
(18) "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,"

(19) "aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa."

(20) "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia."

Kata kunci pertobatan di atas ada pada ayat ke-20 'maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.'

Pertobatan sejati terjadi ketika niat, diteruskan menjadi sebuah tindakan nyata, sebuah tindakan nyata perubahan.

Kata bangkit di atas berasal dari kata Yunani anistēmi yang bermakna 'bangkit dari' bisa dipakai bangkit dari kursi, bangun dari tidur, bangkit berdiri di hadapan sebuah dewan, atau bangkit dari kematian. 

Jadi, pada ayat di atas anistēmi berarti bangkit, merubah posisi, dalam hal ini bisa diartikan bangkit untuk memulai sebuah perbedaan. 

Tadinya terkulai, terjerembab, maka memutuskan untuk bangkit, bukan cuma bangkit namun tetap dalam keadaan semula, tapi juga 'pergi' menjauhi, untuk mendekat kepada bapa. 

Ini saatnya kita bangkit, bangun, untuk merubah posisi hidup dari menjauhi Tuhan, menjadi mendekati Tuhan, dari berbuat dosa, menjadi bertobat alias tidak berbuat dosa lagi. 

Pertobatan dimulai di dalam hati, yang kemudian merubah pikiran. 

Ini baru terjadi di tataran filosofis, sebuah pertobatan haruslah dilanjutkan ke dalam tataran praktis, yaitu 'bangkit' dan 'pergi' menjauhi hidup lama, untuk kemudian melangkah mendekati bapa. 

Inilah tindakan perubahan. 

Yuk, MULAI BERUBAH SEKARANG!

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Rabu, 12 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-5B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-5A

SADARLAH dan BERTOBATLAH

Si bungsu benar-benar telah mencapai titik nadir di dalam hidupnya, sampai-sampai memakan ampas makanan babipun tidak diperbolehkan. 

Lukas 15:16
"Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya." 

Ampas makanan babi diterjemahkan dari kata Yunani keration, yaitu nama buah, Ceratonia silqua atau carob tree (disebut juga roti Yohanes Pembaptis, karena polongnya yang menyerupai  "belalang", yang merupakan makanan dari Yohanes Pembaptis). Buah ini berbentuk seperti tanduk dan memiliki rasa manis; buah ini digunakan untuk menggemukkan babi, dan sebagai bahan makanan warga miskin.

Pada poin inilah kemudian di ayat 17 menuliskan 

"Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan." 

Kata menyadari diterjemahkan dari kata Yunani erchomai, yang menurut Strong Dictionary, secara metaforis bermakna sadar atau eling. 

Kadang kita suka bingung melihat seorang suami atau istri bisa melupakan istri atau suaminya dan terutama anak-anaknya sendiri lalu kabur dengan wanita atau pria lain. 

Mengapa bisa demikian? Sebenarnya mereka sedang mabuk, lupa diri. 

Nah, pertobatan dimulai dari kesadaran diri, kesadaran akan keadaan diri dibandingkan dengan sewaktu berada di rumah Bapa. 

Di sinilah proses metanoia dimulai, sebuah proses perubahan cara berpikir yang akhirnya menuntunnya pulang ke rumah Bapanya. 

Merubah cara berpikir, akan merubah seluruh perilaku kita. 

Mulailah merubah cara pandang terhadap hidup, terhadap berbagai pilihan yang telah kita ambil. 

Pikirkanlah dari sudut pandang firman Tuhan. 

BERBALIKLAH KEPADA KRISTUS, BERTOBATLAH dan KEMBALILAH KEPADA-NYA. 

Filipi 4:8
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."


#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Selasa, 11 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-5A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-5A

DO IT NOW! 

Banyak kali orang bertobat di ruang ICU ketika kekuatan sudah meninggalkan tubuhnya, kala sakit penyakit telah menggerogoti kekuatannya. 

Atau orang baru cari Tuhan dengan sungguh-sungguh setelah jatuh bangkrut, setelah kesombongannya dipatahkan bak buluh, ketika kebanggaannya sirna seperti embun terkena cahaya matahari. 

Ayah mertua saya seorang kuat, nan sakti mandraguna. 

Bagaimana tidak, beliau tidur di papan berpaku, lalu ditutupi dengan papan berpaku lainnya, bak keju di tengah roti tawar, kemudian mobil melindas tubuhnya, dan tidak ada luka sama sekali. 

Ayah mertua saya menarik truk tronton dengan giginya, menahan laju 3 buah motor Harley Davidson 1000 cc, kiri dan kanan dengan lengannya dan depan dengan giginya. 

Bahkan saya melihat dengan mata kepala sendiri, beliau dibakar hidup-hidup dan selamat tanpa luka sedikitpun. 

Bagaimana mempertobatkan orang kuat demikian?

Sampai suatu hari beliau sakit dan lama kelamaan menjadi lemah, pada titik itulah beliau menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. 

Seperti si bungsu, beberapa orang memang perlu dipepet sedemikian rupa, sampai apa yang dia andalkan tidak mampu menolong, ampai jatuh tergeletak dan tidak mampu bangun kembali, 

Lukas 15:16-17
(16) "Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya."

(17) "Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan."

Singkatnya, jangan tunggu stroke dulu baru bertobat. 

Jangan nanti hingga bangkrut, baru merintih dan bertobat. 

Jangan sampai datang kepada Tuhan dengan merangkak karena kekuatan tubuh hilang digerogoti oleh penyakit, baru melolong memohon belas kasihannya. 

Syukur jika masih keburu bertobat, jika kalah cepat dengan maut bagaimana? 

Bukankah lebih baik pergi menghadap Tuhan dengan membawa kasih karunia-Nya, daripada membawa dosa. 

LAKUKAN SEKARANG! 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Senin, 10 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-4B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-4B 

PERHATIKAN DI MANA KITA BERPIJAK. 

Pernahkah Anda jatuh terpeleset karena lantai licin? 

Atau pasti pernah melihat bangunan runtuh karena pondasinya buruk. 

Dalam kehidupan nyata, ada orang-orang yang menyerah lalu bunuh diri atau ada juga yang terhanyut ke dalam dunia akibat tidak kuat akan tekanan hidup dan tidak kuat bertahan menghadapi godaan dunia

Kesamaan mereka adalah tidak berpijak pada dasar yang kokoh. 

Si bungsu menaruh harapan pada uangnya. 

Sementara memang dapat diandalkan, sampai kemudian uang tidak bisa menolongnya

Lukas 15:14
"Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat."

Apa yang kemudian terjadi? 

Seraya merosot keuangannya, merosot pula kehidupannya, serendah penjaga babi. 

Berarti kita mesti berpijak kepada pijakan yang pasti, terbukti tidak pernah tergoncangkan, tidak akan pernah habis, tidak pernah gagal barang sekalipun. 

Sebagaimana perumpamaan Tuhan Yesus yang tercatat baik di Matius 7:24-27 maupun Lukas 6:45-49, tentang seorang yang membangun rumahnya di atas batu dan pasir. Ketika badai datang rumah berpondasi batu tetap kokoh berdiri, sementara yang berpondasi pasir hancur berantakan. 

Apakah pondasi batu dan pasir itu? 

Setiap orang yang mendengar firman Tuhan dan melakukannya, itulah pondasi batu, dan mereka yang mendengar firman Tuhan, namun tidak melakukannya, itulah pondasi pasir. 

Tidak ada pondasi sekuat dan sekokoh Tuhan, yang terwahyukan oleh Roh Kudus melalui firman-Nya. 

Kuncinya adalah 'hear and Obey' (dengar dan taat). 

Bangunlah bangunan kehidupan kita di atas firman Tuhan, baca, renungkan dan lakukan firman Tuhan (hear and obey). 

Manakala bangunan tersebut diuji oleh badai atau gempa kehidupan, maka nasib bangunan itu akan dijaga oleh pondasinya yang kuat, meski ada kerusakan, namun akan tetap berdiri kokoh. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Minggu, 09 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-4A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-4A

JANGAN HABISKAN SEMUANYA. 

Apa bedanya antara orang berjiwa miskin yang diberi uang dan orang yang berjiwa kaya juga diberi uang? 

Orang berjiwa miskin jika diberi uang cenderung konsumtif, sehingga akan membeli barang-barang impiannya yang seringkali tidak terlalu dibutuhkannya, sementara orang berjiwa kaya akan cenderung mengembangkan uangnya agar beranak pinak, nah setelah itulah baru dia akan sedikit konsumtif. 

Demikianlah si bungsu, 

Lukas 15:14
"Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat."

Kata dihabiskan di atas terjemahan dari kata Yunani dapanaō, yang berarti menyia-nyiakan. 

Bagaimana dia menyia-nyiakan hartanya?

Dengan hidup berpesta pora, alias bergaya hidup konsumtif, sampai hartanya habis ludes, dan ketika masa sukar datang tidak ada tabungan sama sekali. 

Menurut KBBI konsumtif berarti 'hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri.'

Ketika kita diberkati, jangan habiskan semuanya, ada bagian untuk rumah Tuhan, ada bagian untuk digunakan, dan sisihkan untuk disimpan atau diinvestasikan guna keperluan di masa sukar, sebagaimana nasihat Yusuf kepada Firaun untuk menyimpan hasil kelimpahan selama 7 tahun, sebagai cadangan devisa guna menghadapi 7 tahun masa krisis (Kejadian 41:29-36).

Berjaga-jagalah akan masa sukar yang mungkin datang di masa depan, bersiaplah untuk kemungkinan kebutuhan mendadak. 

JANGAN HABISKAN SEMUA, MENABUNGLAH! 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Jumat, 07 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-3

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-3

THERE IS NO SUCH THING LIKE FREE LUNCH. 

Di dalam dunia si bungsu seperti keledai liar terlepas dari kurungan, dia menikmati secara maksimal semua kesenangan dan kenikmatan yang dunia dapat tawarkan. 

Saya dapat bayangkan semua perempuan nakal di kota itu mengaku sebagai kekasihnya, semua pria hidung belang mengaku sebagai sahabatnya, dan semua pelaku industri pesta pora memanggilnya dengan sebutan "Boss."

Si bungsu tentu senang dengan semua keistimewaan yang diperolehnya, sampai akhirnya semua kaitan yang membuatnya mendapatkan semua keistimewaan itu habis, barulah kenyataan datang. 

Lukas 15:14-16
(14) "Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat."

(15) "Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya."

(16) "Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya."

Dalam keadaan terjepit demikian barulah dia menyadari bahwa semua kesenangan itu palsu, persahabatan yang diberikan itu bersyarat. 

Semua keistimewaan dicabut, bersamaan dengan habis uangnya, segera saja dia terbuang dan terlupakan. 

Tidak ada makan siang gratis di dalam dunia. 

Dunia dengan segala kesenangannya tidak ada waktu untuk berduka bagi kemalangan si bungsu, mereka sibuk membuka tangan dan tersenyum kepada setiap orang bodoh yang mengira akan mendapatkan kesenangan sejati di dalamnya. 

Belajarlah dari si bungsu, jangan tergoda dengan tawaran dunia dengan segala kenikmatannya. 

Semua itu palsu dan berbayar. 

Setelah semua sumber daya habis, habis pula semua penerimaan dan penghormatan yang diberikan. 

Anda akan sesegera mungkin terbuang dan dilupakan. 

Di rumah Bapanya, si bungsu mendapatkan kasih yang tak terbatas, sukacita sejati dan damai sejahtera yang melampaui segalanya, semuanya didapat secara gratis, tak berbayar, diberikan sebagai sebuah anugerah, karena posisinya sebagai anak. 

Rumah Bapa memberikan sukacita yang berbeda dari yang dunia tawarkan. 

JANGAN KELUAR DARI RUMAH BAPA, tetaplah ada di sana, semua yang terbaik ada di dalamnya dan menjadi milik kita, gratis, kita hanya perlu memberikan hati dan hidup sepenuhnya untuk mengasihi Bapa yang baik itu agar dapat menikmati semua fasilitas tersebut. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Kamis, 06 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-2B


SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-2B

TURUN BUKAN NAIK. 

Lukas 15:13
"Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya." 

Hidup jauh dari Tuhan, tidak akan membuat kita naik, melainkan turun. 

Bagaimana tidak, si bungsu pergi jauh dari sumbernya, lambat laun resources-nya pasti habis, terbukti setelah habis dia turun secepat dia naik. 

Kata memboroskan di atas diterjemahkan dari kata Yunani diaskorpizō, yang merupakan gambaran dari menyebarkan benih gandum, atau melemparkan buah jarak ke atas guna memisahkannya dengan sekam. 

Terjemahan yang tepat adalah menghamburkan (uangnya), secara gila-gilaan. 

Hidup si bungsu turun secara moral, dari seorang bermoral, menjadi seorang liar, dari orang berharta, menjadi miskin akut, dari orang berderajat tinggi, menjadi seseorang yang hanya pantas menjaga babi. 

Sebuah pelajaran berharga bagi setiap kita untuk menjaga kredibilitas sebagai anak Tuhan yang sewajibnya dan sewajarnya bermartabat. 

Semua martabat kemanusiaan itu karena berkat dari Bapa Sorgawi. 

Sadarilah bahwa hanya di dalam Tuhan Yesus kita akan mengalami kepenuhan sebagai seorang manusia, keagungan sebagai ciptaan-Nya. 

Di luar Dia, kita akan mengalami degradasi dalam segala aspek kehidupan. 

Kemuliaan seorang pangeran berasal dari kemuliaan ayahnya yang adalah seorang raja, dan kemuliaan itu akan nampak semakin agung jika disertai oleh perilaku mulia, berbudi luhur dari sang pangeran.

Demikianlah kemuliaan kita berasal dari Bapa Surgawi yang adalah Tuhan dan Juru Selamat umat manusia, kita mesti menjaga kemuliaan tersebut oleh perilaku mulia dan berbudi luhur. 

TETAPLAH SETIA! 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Rabu, 05 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-2A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-2A

MONEY OWNER IS A KING

Lukas 15:13
"Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya." 

Uang bisa membuka berbagai akses, dapat memberikan semua yang impian terliar manusia mampu impikan. 

Hal ini menjadikan uang sangat menarik untuk dicari, bahkan dengan cara-cara yang tidak halal. 

Uang, bahkan dalam jumlah yang banyak, memunculkan rasa independensi di dalam diri seseorang, lepas bebas dari kungkungan hukum dan peraturan yang tampaknya mengungkung, dalam konteks anak yang hilang itu adalah rumah Bapa. 

Uang bisa memunculkan perasaan istimewa di dalam diri pemiliknya, merasa mesti diperlakukan istimewa, berbeda dari orang pada umumnya. 

Demikianlah si anak bungsu, setelah mendapatkan harta beberapa hari kemudian (TPT: shortly = tidak lama kemudian; NIV: not long after that = tidak lama setelah itu), alias tidak lama setelah menerima uang, di dalam hati si bungsu muncul perasaan independensi (ketidakbergantungan) terhadap Bapanya, rasa istimewa yang menuntut diperlakukan istimewa, dia melakukan sebuah kesalahan fatal, yaitu pergi ke negeri yang jauh (makros = remote = terpencil), jauh dari Bapanya. 

Artinya dia tidak lagi berada di bawah perlindungan dan pengawasan Bapanya, keluar dari hukum dan peraturan Bapanya, dia independen sehingga tidak perlu mentaati semua batasan dan peraturan yang dibuat oleh Bapanya. 

Dia melupakan suatu hal penting, bahwa uangnya adalah hasil bagi waris dari ayahnya, uang yang dimilikinya akan habis, sumber penghasil uang adalah Bapanya.

Sumber berkat adalah Bapanya. 

Terbukti tak lama dia jatuh miskin, lalu terbuang dan terhina. 

Seberapapun uang yang dimiliki, tidak boleh membuat kita menjadi sombong dan menjadi independen, merasa tidak memerlukan Tuhan, membuat peraturan sendiri, menganggap hukum Tuhan Sebagai aturan yang membelenggu. 

Tuhan membuat hukum bukan untuk membatasi atau membelenggu, melainkan untuk melindungi kehidupan kita. 

Bisakah Anda bayangkan hidup di tempat di mana tidak ada hukum, atau hukum tidak dihormati? 

Kejadian tanpa hukum tersebut terjadi ketika sedang kerusuhan, setiap orang bisa membunuh sesuka hatinya, merampas milik orang lain seenaknya. 

Jadi, jangan pernah kehilangan roh yang dependen atau bergantung kepada Tuhan, dan selalu ingat Tuhanlah sumber berkat kita. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Selasa, 04 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-1

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-1

RUMPUT TETANGGA SELALU TAMPAK LEBIH HIJAU. 

Lukas 15:11-13
(11) "Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki." 

(12) "Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka." 

(13) "Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya." 

Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau daripada rumput sendiri, padahal kita sendiri adalah tetangga seseorang.

Demikianlah si bungsu melihat kerlipan lampu di kota sebelah dari rumah ayahnya.

Dia berpikir kehidupan di kota itu penuh sukacita, kesenangan, pesta, lebih asyik dan menyenangkan daripada di rumah ayahnya sendiri.

Maka dia meminta warisan, berkemas dan pergi.

Untuk sesaat dia menikmati pesta pora dan kesenangan, sebagaimana  yang dibayangkannya dari jendela rumah ayahnya.

Sampai kemudian semua pesta pora berhenti, semua canda tawa hilang, kenyataan pahit nan kejam menjadi realitasnya seraya kemiskinan datang. 

Demikianlah satu persatu kesenangan lenyap.

Lukas 15:14-16
(14) "Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat." 

(15) "Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya." 

(16) "Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya."

Dari mulia karena uangnya, si bungsu menjadi hina dina.

Seperti si bungsu, kehidupan dunia tiap kali selalu menggoda kita.

Dari dalam hadirat Tuhan, kita melihat keindahan dunia yang tampaknya indah, menggoda padahal semuanya membawa kenistaan.

Hidup penuh pesta pora, judi, mabuk, perzinahan, perselingkuhan, korupsi, awalnya tampak indah, tapi percayalah semua tidaklah seindah kelihatannya.

Tanyalah mereka yang telah terjerembab ke dalam kemiskinan karena judi, selidikilah hidup mereka yang kehilangan keluarga karena perzinahan dan perselingkuhan, selisiklah hidup mereka yang menderita sakit karena berganti pasangan, amatilah mereka semua, kemana kesenangan yang dahulu pernah memenuhi hidup, kemana kegagahan yang dahulu menjadi kekuatan hidup?

Semua penuh penyesalan.

Pada akhirnya tidak ada tempat seindah rumah Bapa, hidup di hadapan-Nya dengan berhiaskan kekudusan.

Jangan terpancing, Anda sudah berjalan di jalan yang benar.

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus