Rabu, 14 Desember 2022

MOVEMENT/KEGERAKAN

Tidak ada movement/kegerakan yang menyimpulkan semua movement/kegerakan sebelumnya.

Semua movement/kegerakan memainkan peranan penting hanya di zamannya dan untuk generasinya.

Keterkaitan antara satu movement/kegerakan dengan movement/kegerakan setelahnya hanyalah warisan iman atau nilai-nilai, dan sama sekali bukan kloningan yang harus sama segala sesuatunya, apakah itu cara dan atau common enemy-nya.

Memang, dia harus harus menjadi salah satu batu pondasi bagi movement/kegerakan setelahnya, namun pasti bukan satu-satunya pondasi. 

Beda generasi, pasti beda cara dan beda musuh bersamanya.

Sebenarnya menjadi sesuatu yang wajar jika suatu movement/kegerakan memudar, sebesar apapun dia dahulu.

Menjadi tidak wajar jika orang-orang tertentu tetap ngotot mempertahankannya, nilai-nilainya, maupun musuh bersamanya, tidak boleh beda.

Mesti dipertanyakan motivasinya, mungkin dia pro status quo, kenapa juga pro?

Apakah karena "pekerjaannya" (dapat nafkah) di situ?

Atau Jangan-jangan ketidakmampuannya menangkal angin pergerakan baru? Alias kolot, dengan mentalitas "been there, done that" yang akut.

Salah satu gejalanya adalah selalu cerita masa lalu: 

"Saya pernah melakukan ini itu."

"Dulu saya...."

Menurut saya jangan bangkitkan movement/kegerakan yang sudah berlalu, karena mungkin Tuhan memang memaksudkannya untuk tertidur bahkan memudar. JLI. 

#KiraKiraBegitu

Minggu, 04 Desember 2022

TAKUT

TAKUT

By Leo Imannuel

Takut yang berbahaya itu bukan pada perasaannya, melainkan respon atau tindakan yang diambil sebagai hasil dari pertimbangan logis yang bekerja secara simultan sesaat setelah perasaan itu datang.

Di situlah kualitas iman seseorang terlihat.

Jadi, yang tindakan yang diambil setelah perasaan takut muncul itu akan menunjukkan siapa orang itu sebenarnya.

Jika dibalik, maka para pemberani bukanlah seseorang yang tidak memiliki rasa takut sama sekali, namun dia yang menunjukkan kualitasnya melalui tindakan yang dipilihnya sebagai hasil dari pertimbangan logisnya setelah rasa takut menyerang.

Kita lihat pada penilaian Paulus terhadap kualitas iman Abraham yang ditulisnya di Roma 4:18, 

"Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap...."

Mengingat Abraham adalah juga manusia biasa seperti kita, pada titik ini beliau pasti merasa takut, cemas dan ragu yang mulai mengerogoti imannya. 

Kemudian, ini yang paling penting, responnya yang berupa tindakan kemudian menunjukkan kualitas keberimanannya terhadap Tuhan yang telah berjanji kepadanya, 

"..... namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

Abraham memilih untuk tetap berharap dan percaya kepada Tuhan yang telah berjanji kepadanya meski ketakutan, kecemasan dan keraguan berusaha membuatnya imannya gagal.

Abraham menjadi Bapa orang percaya bukan karena ketiadaan rasa takut sama sekali, melainkan karena pilihan yang diambilnya setelah rasa takut itu datang.

Hal ini berlaku dalam segala bidang kehidupan sampai hari ini.

Hari-hari ini keadaan mungkin sepertinya sedang berjuang melawan kita, takut, cemas dan keraguan mulai menggerogoti iman, menggoda supaya kita lari dari panggilan, teguhkan hati, pilihlah untuk tetap berjuang dan berdiam di pos kita masing-masing.

Jangan lari, berdiam saja di pos, pasrahkan diri kepada apapun yang mungkin akan terjadi.

Bertahanlah meski rugi, pasrahlah meski tampaknya keadaan akan menghancurkan Anda. 

Keberanian teruji di sana.
Kepahlawanan sedang dituliskan.
Benih yang super sedang ditaburkan.

Tulisan ini dibuat bukan karena saya sudah menang, melainkan sedang berjuang supaya kemuliaan Tuhan yang telah dijanjikan-Nya kepada saya digenapkan.

Ayo, berjuang bersama.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)