KISAH DUA SAUDARA KEMBAR
By Leo Imannuel
Asumsi dan Penghakiman bak dua saudara kembar yang berjalan dengan akurnya.
Mereka berdua memiliki kakak bernama Nalar, yang jika sedang tidak akur tidak diajak bergabung.
Hasil dari kedua saudara kembar ini adalah opini yang dirasa wajib untuk disebarluaskan meski disertai oleh pesan JBSS (Jangan Bilang Siapa-Siapa) dan CBYTTA (Cuma Buat Yang Tau-Tau Aja).
Tanpa sang kakak yang bernama nalar itu opini kedua orang kembar itu menjadi sesuatu yang negatif, menyebar bak virus mematikan karena dapat membunuh karakter atau perusakan reputasi seseorang.
Sebenarnya kelakuan mereka itu jahat bahkan melawan kemanusiaan.
Dalam melakukannya, pertama-tama mereka harus membisukan hati nurani sendiri yang mencoba mengingatkan, kemudian kawan baik si kembar bernama reason (alasan) melakukan tugasnya dengan memberi berbagai alasan mengapa mereka perlu melakukannya dan si korban pantas menerima perlakuan demikian, untuk menggiring asumsi sehingga keduanya sampai kepada opini yang diinginkannya.
Bahkan sampai kepada mengapa mereka harus menyebarluaskan berita penuh bumbu dan hiasan artifisial tersebut bak perang suci yang mesti dilakukan.
Untuk mencapai opini tertentu ada bahannya yang mungkin benar namun karena iri hati dan kebencian, bak seorang chef dengan piawai berita yang sebagian benar itu diolah sedemikian rupa ditambahi beberapa bumbu dan bahan lain, garnis dan topping kemudian terciptalah sebuah kabar busuk yang kita kenal dengan hoax.
Untuk beberapa oknum, mereka melakukannya hanya untuk uang dan ketenaran diri sendiri atau kelompok yang membayar.
"Makanan jadi" tersebut kemudian disajikan kepada masyarakat banyak atau komunitas tertentu.
Beberapa orang dengan nalar sehat, kaya akan literasi dan bijak dalam menimbang akan segera menafikan makanan penuh racun tersebut.
Sayangnya, sebagian besar lainnya menerima dengan senang karena makanan tersebut tersajikan dengan indahnya.
Mereka adalah orang-orang yang miskin literasi dengan nalar pendek namun biasanya berlidah sangat lentur yang dengan senang hati membagi makanan tersebut kepada circle-nya bahkan ditambahi dengan ingredients lainnya, atau zaman now ibu jari yang lincah untuk segera share berita-berita tersebut.
Bagaimana dengan korban?
Perduli setan jika mereka menderita, susah, kecewa, marah, terhukum oleh komunitas yang juga miskin literasi dan cetek dalam penalaran, sebagian sih hanya cari aman dan ikut kelompok yang sepertinya mayoritas.
Yang penting diri ini puas dan diuntungkan.
Kebencian dan keserakahan telah membunuh hati nurani, meniadakan adab, mengingkari belas kasihan dan menolak rasa kemanusiaan.
#KiraKiraBegitu