Minggu, 05 November 2023

KEY PERFORMANCE INDICATOR PELAYAN TUHAN

Beberapa waktu lalu saya dan istri ada janji makan malam bersama sahabat kami, suami, istri dan putri mereka di satu restoran di suatu pusat perbelanjaan tertentu.

Melihat saya dan istri berjalan menuju restoran mereka seorang pramusaji langsung menyambut kami dengan sangat ramah, hangat dan bersemangat.

Hati kami senang dengan sambutannya.

Sang pramusaji mengantar saya dan istri ke dalam dan memastikan berjumpa dengan sahabat kami.

Di meja kami dilayani oleh seorang pramusaji perempuan yang lagi-lagi ramah, hangat, antusias dan sigap.

Sebut saja namanya Mala.

Mala tidak pernah membiarkan gelas kami kosong, selalu sigap mengisinya dengan air minum, bahkan menawari kami es batu, mengambilkan side dish, meracik bumbu (sambal), keduanya bukan tugas utamanya, kami para pelanggan biasa melakukannya sendiri alias self service, namun beliau tanpa ragu menawari kami untuk melakukannya dengan senang hati tanpa keluhan apapun tersirat dari nada suaranya yang lagi-lagi ramah.

Beliau melayani kami dengan antusias daaan...ramah.

Manajemen restoran ini saya acungi jempol dalam mengelola tenaga kerja mereka. 

Sambil ngobrol-ngobrol saya bertanya mengapa Mala begitu ramah, antusias dan sigap, beliau menjawab nanti supervisornya bisa marah, pihak restoran menuntut mereka para pramusaji memberikan pelayanan tingkat sultan.

Sambil berseloroh saya berkata bahwa gajinya pasti gaji sultan. Di balik maskernya saya percaya Mala tersenyum kecut walaupun menjawab sambil tertawa kecil yang ramah bahwa gajinya gaji rakyat jelata.

Dengan penghasilan pas-pasan Mala dan kawan-kawannya mampu memberikan pelayanan yang terbaik, saya sama sekali tidak menangkap unsur keterpaksaan dalam ramah dan antusiasme mereka, semuanya mengalir secara alami.

Mereka sudah memberikan jasa pelayanan lebih dari apa yang dibayarkan kepada mereka. Mereka tulus ikhlas dalam melayani kami dan tamu-tamu lainnya. Ketulusan dan keikhlasan ini menjadi semacam bahan bakar pelayanan mereka.

Memang tidak ada motivasi lain yang mampu menandingi ketulusan dan keikhlasan. 

Bukankah seharusnya  demikian pula di dalam dunia pelayanan gereja?

Kita melayani dengan ramah, antusias dan sigap meski pendapatan dari pelayanan tidak sebanding.

Lagipula tujuan pelayanan bukanlah uang melainkan kepuasan Boss kita yaitu Tuhan sendiri dan orang-orang yang kita layani.

Sehingga KPI (Key Performance Indicator) seorang pelayan Tuhan bukanlah kepuasan dan keuntungan diri sendiri melainkan kepuasan dan keuntungan Tuhan dan orang-orang yang kita layani.

Kita melakukan pelayanan lebih dari yang dibayarkan kepada kita. Bahkan di dunia sekulerpun hal ini berlaku.

Ketika tulus dan ikhlas dalam melayani menjadi motivasi diri maka pasti kita akan antusias dan sigap.

Pelayanan atau bahkan profesi akan menjadi sebuah pelayanan sejati dan dedikasi ketika kita mengesampingkan kepentingan dan keuntungan pribadi, demi kemudian mengedepankan sesama. JLI. 

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Kamis, 02 November 2023

BANGUNAN

Goresan Kecil dari Leo Imannuel 

Semua gedung ketika dalam proses pembangunan akan tampak berantakan, kotor, tidak elok dipandang, serta memusingkan kepala.

Dia akan nampak terus demikian jika proses pembangunannya dihentikan atau ditinggalkan.

Demikianlah dengan organisasi, apakah bisnis apalagi pelayanan.

Dalam proses membangun visi yang Tuhan beri mau tidak mau, suka tidak suka kita harus berhadapan dengan segala hal yang berantakan dan perlu dibereskan.

Ini berarti kita harus berhadapan dengan sistem yang masih belum jalan meski orang-orang sudah diberitahu, kemudian juga otomatis kita akan berurusan dengan orang-orang yang belum kapabel, entahkah karena mereka sengaja melakukannya karena memiliki agenda sendiri atau memang benar-benar belum memahaminya.

Belum lagi menghadapi komplain dari orang dan membandingkan pelayanan Anda dengan pelayanan lain yang kelihatannya lebih berhasil, biasanya mereka satu paket dengan orang-orang baik yang mencoba mengajari Anda hal-hal yang sudah dan sedang Anda lakukan, namun secara tendensius, halus atau kasar yang menimbulkan kesan bahwa Anda kurang serius, kurang berusaha, kurang berdoa dan berserah kepada Tuhan. 

Pada saat-saat krusial seperti ini melarikan diri adalah sebuah kesalahan, we have to face our own demons. 

Tahapan demikian memang harus dihadapi dan dilewati, melarikan diri hanya sebuah penundaan, di manapun Anda akan berhadapan dengannya lagi, hanya tempat dan orang-orangnya yang berbeda, namun masalah dan tekanannya sama. Melarikan diri hanya membuat Anda rugi waktu. 

Ini visi yang Tuhan beri, berarti ini hidup Anda, lanjutkan proses pembangunan, bongkar pasang kru itu lumrah, berhadapan dengan orang-orang yang berkhianat itu sesuatu yang alami, terus membangun sampai perlahan bentuk bangunan sesuai cetak birunya Tuhan mulai terlihat, kemudian puja dan puji manusia yang meninabobokan kita ke dalam kesombongan akan mulai berdatangan, termasuk dari orang-orang yang dahulu pernah berseberangan dengan Anda.

Kritikan dan cibiran tidak pernah akan pergi, termasuk orang-orangnya.

Anggap saja mereka alat Tuhan untuk tetap membuat Anda rendah hati.

Di kota-kota ada bangunan tua.

Sebagian bangunan tersebut diratakan dengan tanah untuk kemudian dibangun bangunan baru, kemudian dilupakan keberadaannya.

Bangunan tua lainnya tetap terawat, bahkan dijaga kelestariannya karena memiliki arti sejarah penting bagi kota tersebut.

Biasanya gedung-gedung tersebut memang dibangun untuk orang-orang penting atau untuk berbagai urusan penting dan dibangun dengan material pilihan yang berkualitas bagus.

Dengan apa dan untuk apa kita membangun bangunan kehidupan, organisasi atau pelayanan akan menentukan kelak akan dilupakan orang atau dikenang dengan manis.

Tahukah Anda bahwa bahan bangunan terbaik ada di dalam diri,  karakter Anda.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

APA YANG ANDA BANGUN? Sebuah Prolog

Apa yang Anda bangun?

Diri sendiri?
Citra diri sendiri?
Kepentingan dan (tentunya) keuntungan diri sendiri?

Ataukah pelayanan yang Tuhan bebankan kepada Anda?

Jika membangun diri sendiri maka pelayanan akan menjadi kendaraan, dan tidak ada yang boleh jadi pilot/driver lain selain diri Anda, jika pun ada dia seperti driver yang digaji tanpa kehendak bebas dan sama sekali tidak boleh mengembangkan idealisme sendiri, Anda akan memberi komando dari belakang.

Jika membangun visi Tuhan maka Anda akan menjadikan diri sendiri sebagai kendaraan, siap tidak populer, siap memiliki "saingan," siap rugi, bahkan berani dilupakan kelak .

Anda akan memastikan driver berikutnya akan sama mumpuninya, bahkan mungkin lebih mumpuni daripada Anda.

Goresan awal dari sebuah catatan yang akan sedikit lebih panjang.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)