BUNGKUS
By Leo Imannuel
Bungkus menurut KBBI mengandung arti bahan yang dipakai untuk membalut.
Jika ditanya apa yang dibungkus, maka KBBI memberikan arti kata penggolong untuk benda yang dibalut dengan kertas (daun, plastik dan sebagainya), pak.
Contohnya bisa nasi bungkus, 2 bungkus kacang rebus, dlsb.
Bungkus selalu lebih besar dari yang dibungkus.
Bungkus sebisa mungkin didesain sangat bagus dan menarik pandangan mata, yang menyiratkan bahwa isinya lebih enak secara rasa dan bagus secara kualitas.
Padahal belum tentu demikian.
Banyak orang tertipu dengan bungkusnya, padahal isinya zonk, demikian istilah zaman now.
Bisa juga bungkusnya biasa-biasa saja, namun isinya luar biasa enak atau bagusnya.
Di sini kita tidak boleh asal percaya atau merendahkan sebuah produk atau seseorang sebagaimana maksud tulisan saya.
Ada orang yang berbungkus atau membungkus diri dengan baik melalui reputasi jarak jauh, sebagaimana yang tersirat dari sosial medianya.
Netizen komsumtif yang menafikan nalar menerima begitu saja karakter yang coba ditampilkan, tanpa perlu mengecek keadaan sebenarnya, padahal semuanya bisa dibuat.
Itulah mengapa saya tuliskan reputasi jarak jauh, karena dari dekat baunya tidak seharum dari jauh.
Sebaliknya ada orang yang tampil apa adanya, bahkan terkesan biasa-biasa saja, namun sebenarnya dia sangat berisi.
Orang berisi, baik dia seorang bijak bestari, pintar, kaya Raya, atau berprestasi, sehingga tidak perlu membuktikan diri kepada siapapun juga.
"Kupikir dia cupu, ternyata suhu!"
Demikian seruan Gen-Z yang terkecoh terhadap orang yang demikian.
Adagium, don't judge the book by it's cover memperingati kita agar tidak terkecoh oleh tipuan seperti ini.
Agar dapat menampung dan menyembunyikan sama sekali, bungkus selalu lebih luas dan lebih besar dari isinya.
Semakin besar isinya, semakin besar bungkusnya.
Semakin berbau barangnya semakin erat dan ketat bungkusnya.
Demikianlah bungkus kehidupan dia selalu lebih besar dan diusahakan lebih bagus dari isinya.
Semakin besar bualan seseorang semakin besar bungkus reputasi yang coba dia bangun, padahal isinya zonk.
Bungkus itu sebenarnya adalah kebohongan demi kebohongan, dusta demi dusta yang dia coba bangun demi menutupi kekurangan diri, atau demi menjual diri agar laku karena orang berpikir dia bagus, padahal hanya bungkusnya yang demikian.
Kualitas bungkus tidak berbanding lurus dengan kualitas isi.
Hidup demikian pasti melelahkan.
Dia harus menjadi nomor satu atau paling tidak dikondisikan agar orang mengasumsikan dirinya sebagai nomor satu.
Salah satu caranya pasti dengan mendiskreditkan orang lain yang dianggap sebagai saingan.
Sampai di sini pasti Anda mengerti bahwa dia seorang megalomania yang merasa unsecure.
Padahal kejujuran dengan tampil apa adanya jauh lebih santai dan menyenangkan.
Kira-kira dua ribu tahun yang lalu Yakobus sudah mewanti-wanti kita di dalam 4:10
"Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu."
Ketika kita merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, Dia yang akan mengangkat kita pada waktu-Nya, sesuai kehendak-Nya.
Merendahkan diri artinya seseorang terbuka di hadapan Tuhan dan mengakui semua kekurangan dan kelemahan diri, untuk kemudian meminta-Nya memulihkan diri dan menjadikan diri ini ciptaan baru.
Akan memakan waktu memang, namun jangan lupa tidak ada barang berkualitas dijadikan dalam waktu singkat.
Semua butuh proses panjang dan seringkali menyakitkan, tapi begitu jadi akan bersinar terang, tanpa perlu promosi melelahkan. JLI.
#KiraKiraBegitu
#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar