Minggu, 25 Februari 2024

SIAPAKAH YANG TERBESAR?

Pertanyaan siapakah yang paling besar dan paling hebat telah bergema sepanjang zaman.

Citius, Altius, Fortius yang digaungkan oleh Pierre de Coubertin, pendiri Komite Olimpiade Internasional (IOC), pada tahun 1894 yang kemudian menjadi motto olimpiade seolah menyimpulkan sejarah perlombaan ambisi manusia untuk menjadi yang tercepat, tertinggi dan terkuat.

Bertebaran dalam sejarah manusia tokoh-tokoh hebat dari mulai tirani penakluk, atlet hebat, penjelajah, ilmuwan, dan masih banyak yang lain dengan prestasi masing-masing meski beberapa dicapai dengan mengorbankan orang lain, sahabat bahkan keluarga.

Perlombaan untuk yang menjadi "paling" lebih nyata bahkan di hari-hari ini ketika kompetisi semakin terasa dan semakin mengglobal.

Hal sama juga terjadi di antara para murid Tuhan Yesus, ketika mereka meributkan siapakah yang akan menjadi yang terbesar di kerajaan sorga.

Keributan yang kemudian melibatkan orang tua Yakobus dan Yohanes khususnya sang Ibu yang secara khusus datang dan meminta kepada Tuhan Yesus agar keduanya duduk di tempat yang utama dalam Kerajaan Sorga yakni di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus.

Jawaban Tuhan Yesus bukanlah agar kedua murid ini bekerja keras, terus belajar, terus mencoba, berpikir positif, pantang menyerah sebagaimana lazimnya nasihat para motivator, melainkan:

Matius 20:25-28
(25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 
(26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
(27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
(28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Cara dunia untuk menjadi yang paling adalah dengan mengintimidasi, memanipulasi dan mendominasi orang lain, namun ayat 26 dimulai dengan kalimat "Tidaklah demikian di antara kamu" artinya kita tidaklah demikian.

Kontra dengan cara-cara dunia, cara Tuhan adalah barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.

Cara menjadi terbesar dengan menjadi yang paling hina, jalan  kehambaan.

Khususnya di dalam gereja jabatan gembala atau pemimpin apapun di dalam gereja tidaklah satu paket dengan penghormatan dan kasih dari jemaat bahkan sesama kolega.

Semua itu tidak bisa diminta bahkan dengan paksaan atau kekerasan sekalipun, termasuk dengan khotbah-khotbah manipulatif semacam "Pemimpin rohani harus ditaati dan dihormati", "Jangan menyentuh (mengkritik) orang yang diurapi", pesan-pesan semacam itulah.

Hanya orang terhormat, rendah hati, mengutamakan orang lainlah yang secara alami akan beroleh hormat dari orang lain.

Kasih dan penghormatan hanya dapat diberikan bukan diminta.

Dalam gereja pada umumnya dan khususnya Gereja Oikos Indonesia yang memiliki nilai Gereja adalah Keluarga, hubungan menjadi sebuah nilai hakiki.

Sebelum otoritas dijalankan, pengajaran disampaikan, disiplin ditegakkan, hubungan yang kuat perlu dibangun.

Di dalam hubungan yang penuh kasih, seorang pemimpin diharapkan tampil apa adanya, bukan ada apanya, tidak perlu pura-pura, merasa paling pintar apalagi paling hebat dan paling suci, paling tahu semua. 

Disinilah akuntabilitas seorang pemimpin terlihat dan unsur percaya (trust) di hati jemaat tercipta, barulah setelah itu fungsi kepemimpinan dapat berjalan.

Pada generasi milenial bahkan Gen Z kepemimpinan otoriter menjadi tidak laku, mereka lebih menghargai prinsip egaliaterisme, alias kesetaraan yang mengharapkan bahkan membuka kesempatan keterlibatan semua orang.

Jangan datang dengan pendekatan jabatan dan kekuasaan, tidak akan laku, jangan berharap di dengarkan apalagi ditaati. 

Singkatnya, sebelum menjadi pemimpin, jadilah pelayan. JLI.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar