Sabtu, 31 Juli 2021

BERTOBAT SEKARANG

Dari semua kisah pertobatan, mungkin kisah pertobatan Yosia adalah yang paling dramatis. 

2 Raja-raja 23:25
“Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan segala Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia.”

Namun juga kisah pertobatan Yosia menorehkan tragedi 

2 Raja-raja 23:26-27
(26) “Tetapi TUHAN tidak beralih dari murka-Nya yang sangat bernyala-nyala itu yang telah bangkit terhadap Yehuda oleh karena segala sakit hati-Nya yang ditimbulkan Manasye.

(27) Lalu berfirmanlah TUHAN: "Juga orang Yehuda akan Kujauhkan dari hadapan-Ku seperti Aku menjauhkan orang Israel, dan Aku akan membuang kota yang Kupilih ini, yakni Yerusalem, dan rumah ini, walaupun Aku telah berfirman tentangnya: Nama-Ku akan tinggal di sana!" 

Sebegitu murkanya Tuhan terhadap Yehuda, bahkan pertobatan yang paling dramatis sekalipun tidak menyurutkan api amarah-Nya. 

Jangan salah, pertobatan Yosia, tentu sangat dihargai oleh Tuhan, namun sudah terlambat buat pemulihan. 

Biasanya ketika seorang Raja bertobat, Tuhan memulihkan kerajaannya. Namun, ini murka Tuhan sudah sampai pada batasnya. 

Bertobatlah hari ini, jangan tunggu sampai terlambat, jangan tunggu sampai tidak ada kesempatan untuk pemulihan.

Bertobatlah, mumpung masih kuat, gagah, sehat, masih ada uang, masih ada umur. Jangan tunggu stroke, koma di ICU, miskin, baru bertobat. 

Jangan tunggu ditinggal kabur pasangan baru bertobat. Jangan sampai kesempatan untuk dipulihkan dan memulihkan sudah tertutup baru bertobat. 

BERTOBATLAH SEKARANG!!!

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Jumat, 30 Juli 2021

FAITH IS...

Apa itu iman?

Ibrani 11:6
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."

Saya coba untuk menguraikan pemikiran saya menurut penulis Ibrani di atas.

Ada 3 hal yang saling berkaitan mengenai iman, antara lain:

1. Iman adalah Kepercayaan.
Percaya yang bagaimana?
Menurut saya percaya itu ada dua:
a. Persetujuan Akali
Percaya di sini hanya sekedar percaya akan keberadaan Tuhan.
Percaya pada tataran logika.

Mungkin Tuhan ada di suatu tempat yang jauh, tapi mari pusingkan hidup sehari-hari, urusan Tuhan mah nanti sajalah. 

Maka lahirlah atheis praktis, yaitu orang-orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, namun hidup seolah-olah Tuhan tidak ada. 

b. Persetujuan Batiniah
Di sini, orang bukan hanya percaya secara logika akan keberadaan Tuhan, namun hatinya, juga percaya, bahkan lebih dalam dia percaya Tuhan memberi semacam reward dan punishment kepada mereka yang mengasihi-Nya.

Dari sinilah seseorang akan beranjak dari sekedar percaya sampai kepada dia menyerahkan dirinya ke dalam tangan Tuhan.

Jadi, kata kunci dari percaya adalah berserah atau surrender. 

2. Iman adalah Kebersetujuan
Setelah seseorang percaya dan akhirnya berserah kepada Tuhan, maka selanjutnya secara simultan seseorang setuju dengan semua sistem nilai yang terkandung di dalam ketuhanan.

Dalam konteks kita sebagai orang Kristen berarti seseorang yang percaya kepada Tuhan, dia juga setuju dengan semua belief system yang terkandung di dalam Alkitab.

Dia percaya, berarti dia setuju dengan semua poin di dalam Alkitab, atau secara sederhana di dalam pengakuan iman.

Dia percaya Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat, Alkitab adalah firman Tuhan, dlsb.

Jadi, seseorang mulai menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidupnya, bahkan menganulir semua pandangan hidup dan gaya hidup yang bertentangan dengan Alkitab, darimana dia mendasarkan seluruh keputusan-keputusan di dalam hidupnya. 

Kata kunci dari Kebersetujuan adalah metanoia atau perubahan pola pikir, alias pertobatan. 

3. Iman adalah Keberpihakan
Setelah orang percaya kepada Tuhan sampai tahapan berani menyerahkan seluruh hidupnya, maka itu artinya dia setuju dengan  seluruh sistem nilai yang terkandung di dalam konsep ketuhanan, dalam konteks kita adalah dengan Alkitab.

Konsekuensinya adalah dia hidup berbeda, dengan nilai-nilai hidup yang berbeda daripada yang dia hidupi selama ini. 

Maka orang-orang yang selama ini senilai dengannya akan protes, bahkan mengancam. 

Semua itu sebenarnya adalah wujud dari keberpihakannya terhadap Tuhan dan ajaran-Nya.

Memilih Tuhan dibandingkan dunia. 
Memilih Tuhan dibandingkan keuntungan dan kekayaan. 
Memilih Tuhan dari semua hal yang dunia bisa tawarkan. 

Sebagaimana yang Tuhan Yesus wanti-wanti kepada para murid,

"Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Matius 6:24

Dan juga di dalam Matius 10:37
"Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." 

Ini adalah keberpihakan.

Berpihak kepada siapa?

Tentunya kepada Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Jadi iman adalah keberpihakan.

Kata kunci dari keberpihakan adalah memilih Tuhan.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Sabtu, 24 Juli 2021

MEMUASKAN TUHAN

Banyak manusia berambisi memuaskan Tuhan dengan hidupnya. 

Berbagai cara mereka gunakan untuk bisa melakukannya, termasuk melalui cara-cara yang disebut dengan berbagai istilah bombastis seperti "mati bagi diri sendiri" "mematikan kedagingan" dll,  yang sebenarnya adalah sebuah bentuk askese masa kini. 

Kematian adalah sebuah fase akhir yang final bagi daging. Sedetik setelah maut menjemput daging tidak memerlukan hal-hal yang berbau dunia lagi. 

Jadi seharusnya orang yang memercayai dan menjalani teori "mati bagi diri sendiri" sudah tidak memerlukan makan, kerja, naik gaji, liburan, menikah, dan segala hal yang diperlukan guna meningkatkan kualitas kehidupan, termasuk beribadah, karena toh mereka sudah "mati", sudah tak berguna, kecuali untuk beberapa masa dikenang, lambat laun terlupakan. 

Kembali ke topik "Memuaskan Tuhan" 
Jonathan Edwards pernah berujar  bahwa manusia paling mampu memuaskan Tuhan, dalam posisi dia sendiri merasakan kepuasan.

Itulah hedonisme rohani. 

Alih-alih stress memikirkan bagaimana hidup yang serba terbatas ini mencoba memuaskan Tuhan yang tak terbatas, dan sepanjang hidup deg-degan bertanya pertanyaan yang tak akan terjawab, Apakah Tuhan Sudah Puas? 

Bukankah lebih baik kita membiarkan Tuhan memuaskan hasrat hati kita dan melalui kebaikkan-Nya, dengan kepuasan yang dari Tuhan ini maka niscaya kita bisa memberikan yang terbaik yang bisa kita berikan bagi hormat dan kemuliaan-Nya 

Lagipula, kita tidak bisa memberi sesuatu yang kita tidak miliki bukan? 

Bagaimana mungkin kita memberikan kepuasan kepada Tuhan, sementara kita sendiri tidak memiliki kepuasan? 

Lagipula mencoba memuaskan Tuhan, adalah sebuah bentuk kesombongan yang lahir dari filosofi ketuhanan yang salah.

PERTOBATAN ADALAH

Pertobatan itu bukan cuma sekedar tidak melakukan dosa lagi. 

Pertobatan itu terjadi di dalam diri, alasan mengapa dia tidak melakukan dosa lagi. 

Ada orang tidak berbuat dosa karena tidak punya uang, tidak ada kesempatan, tidak sempat, tidak mampu secara fisik, dll. 

Jika demikian apa benar mereka sudah bertobat? 

Bertobat itu, bukan cuma tidak melakukan dosa lagi, melainkan sampai pada tahap membenci dosa. 

Mengapa sampai membenci dosa? 

Alasan di baliknya menentukan apakah dia sudah bertobat atau belum. 

Membenci dosa semestinya lahir dari pemahaman akan keberadaan diri sendiri dan Allah yang membenci dosa. 

Lalu berpaling kepada Allah, karena menyadari bahwa perbuatan dosa itu adalah mendurhakai Tuhan Sang Pencipta dan Ayah bagi semua manusia. 

Pertobatan bukan cuma tidak melakukan dosa lagi. 

Dia lahir dari pemahaman bahwa dosa bukan sekedar perbuatan jahat, melainkan sebuah status keberadaan diri, apapun perbuatannya, status berdosa tetaplah orang berdosa, sampai dia rubah statusnya. 

Di sini harus dipahami bahwa merubah status itu memerlukan dua faktor: Allah dan si manusia itu sendiri. 

Allah yang membuka diri dengan kasih memberikan kesempatan bagi manusia untuk datang kepada-Nya dan merubah statusnya dan faktor manusia yang mau datang kepada-Nya, lalu berjuang untuk mengalahkan keinginan daging. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Kamis, 15 Juli 2021

JADILAH SAMPAI BIJAKSANA

Jangan hanya pintar, jadilah bijaksana.

Jangan berhenti hanya pada sekedar bisa, lanjutkan sampai menjadi bijaksana. 

Jangan hanya sekedar memiliki, kejarlah terus sampai mendapatkan kebijaksanaan.  

Jangan mengejar kekuasaan, kejarlah kebijaksanaan. 

Pintar tidak menjamin kebijaksanaan. 
Bisa tidak dibarengi oleh bijaksana. 
Memiliki belum tentu bijaksana. 
Berkuasa tidak memastikan kebijaksanaan. 

Orang pintar tapi tidak bijaksana biasanya cenderung manipulatif. 

Orang bisa tanpa kebijaksanaan cenderung sombong dan materialistis. 

Orang memiliki tanpa kebijaksanaan biasanya egois. 

Kekuasaan tanpa kebijaksanaan pada umumnya represif dan menghancurkan. 

Bijaksana adalah kemampuan untuk memakai kepintaran, menerapkan kebisaan, memperdayakan apa yang dimiliki, dan menggunakan kekuasaan, semua bukan hanya buat diri tapi terutama buat orang lain. 

Kepintaran menciptakan Kebisaan yang dapat memperoleh apa yang Dimiliki untuk kemudian meraih Kekuasaan. 

Kebijaksanaan melampaui kepintaran, kebisaan, apa yang dimiliki, dan kekuasaan. 

Keempatnya tanpa kebijaksanaan lebih bersifat menghancurkan karena menciptakan kekosongan dalam diri. 

Kebijaksanaan memberikan makna ilahi kepada kepintaran, kebisaan, apa yang dimiliki, dan kekuasaan. 

Jadilah Bijaksana. 

'Wisdom is the principal thing; Therefore get wisdom. And in all your getting, get understanding." King Solomon 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

#LeoImannuel

Rabu, 14 Juli 2021

HIDUP DI TENGAH BADAI

"Life is not about waiting for the storms to pass.....  It's about learning how to dance in the rain"

Hidup tidak sesederhana seperti itu 

Karena seringkali kita harus memperhitungkan sebesar apakah hujan yang turun?  Adakah angin kencang?

Bagaimana mau belajar menari di tengah hujan, jika banjir? Atau petir sambung menyambung menyambar? 

Alih-alih menari,  malah gosong kesambar petir. 

Kadang memang kita harus berteduh menunggu badai berlalu. Berteduhlah, jangan gengsi, kita tidak kalah atau berhenti total,  kita hanya sedang berteduh dan mengatur strategi berikutnya. 

Hanya pastikanlah tempat perteduhan kita kuat dan aman. 

Namun, jika kita harus tetap berlalu di tengah hujan lebat, lakukanlah dan pastikanlah tubuh kita cukup fit, dan situasi serta kondisi cukup kondusif.

Jangan berlalu di tengah badai karena gengsi atau gagah-gagahan. 

Hidup itu hanya satu kali, sering kali kesempatan hanya datang satu kali.
Jangan sia-siakan dengan hidup dengan mengambil keputusan secara sembrono

Keep Winning By Keep Aware and Wise! JLI

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

ANTARA BISA dan BIJAKSANA

Orang bertalenta atau berkemampuan lebih yang belum dewasa biasanya menampilkan diri dengan tujuan egois dan kekanak-kanakan. 

Puja dan puji biasanya menjadi tujuan. 

Kepenuhan diri (self contentment) orang bertalenta yang tercerahkan bukan pada kepuasan ketika dipuji dan dipuja orang, melainkan ketika menyadari bahwa diri dapat menjadi berkat bagi sesama. 

Talenta adalah kendaraan bukan tujuan. 

Dia adalah kendaraan untuk mencapai tujuan yakni memberkati sesama. 

Orang bertalenta atau berkemampuan lebih mesti selalu memeriksa motivasi diri. 

Untuk apa berlatih dan menjadi ahli dalam sebuah bidang? Buat kepuasan diri atau buat menggenapi tujuan-tujuan ilahi? 

Jangan sombong dengan merasa diri paling tahu, paling benar, paling bisa, paling ahli, paling cakap. 

Itu tanda bahwa sebenarnya Anda belum benar-benar tahu, belum benar-benar benar, belum benar-benar bisa, belum benar-benar ahli dan belum benar-benar cakap. 

Anda hanya bisa dan berhenti di situ, karena seseorang yang menguasai dan benar-benar ahli dibidangnya akan semakin rendah hati karena semakin menyadari bahwa banyak yang dia belum  tahu. 

Itulah ya g membedakan orang (hanya) bertalenta dan orang bijaksana. 

Selamat Akhir Minggu dan Semoga tercerahkan. JLI. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

#LeoImannuel

KELOMPOK YANG PALING MENYEDIHKAN DI DALAM GEREJA

Sadly but most of the time it is true.

Kelompok orang-orang yang paling kasihan dan menyedihkan di dalam gereja bukanlah jemaat yang paling miskin, melainkan para pelayan Tuhan, full timer, aktivis, maupun hamba-hamba Tuhan.

Kerapkali mereka jadi sasaran gosip, namun tak berdaya melawan, takut jemaat pindah gereja.

Punya beban yang besar, namun tak bisa share dengan sembarang orang, bahkan tidak ada rekan untuk berbagi beban.

Harus berkhotbah menguatkan jemaat, padahal diri sendiri sedang takut dan berduka.

Jangan salah itu bukan kemunafikan, namun merupakan sebuah keberanian, memilih untuk menguatkan jemaat daripada mengasihani diri sendiri.

Sebagian lain mengalami kekeringan rohani, kehilangan semangat dan fokus, namun tidak bisa mundur.

Dalam buku Revealed, tulisan Greg L. Hawkins dan Cally Parkinson, ditemukan bahwa volume pelayanan tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan rohani.

Artinya, orang-orang yang melayani tidak atau kurang mengalami pertumbuhan rohani, dibandingkan dengan jemaat yang tidak melayani.

Doakanlah mereka senantiasa, mereka memerlukannya.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Selasa, 06 Juli 2021

TUHAN MAHA BAIK?

Bagaimana kita tahu perbuatan jahat itu seperti apa?

Secara sederhana mudah saja, perbuatan jahat adalah segala sesuatu yang kamu tidak mau orang lain lakukan terhadap dirimu.

Contohnya: mau tidak orang lain menghina kamu seperti Anjing? Kafir?

Pasti tidak kan?

Kata mereka Tuhan itu Maha Baik.

Jika klaim mereka itu benar,

lalu apakah Tuhan yang Maha Baik itu akan menjadikan seseorang jahat dengan mengatakan dan melakukan hal-hal jahat terhadap dirimu?

Lalu sebagai pengikut dari Tuhan Yang Maha Baik tersebut, mengapa koq, kamu mengatakan, melakukan dan bahkan mengajarkan hal-hal jahat yang bahkan dirimu sendiri tidak mau orang lain perlakuan demikian terhadap dirimu?

Jadi sebenarnya Tuhan yang mana yang sedang kamu sembah?

Kamu mungkin berkilah, bahwa Tuhan memang Maha Baik, namun kebaikan-Nya hanya bagi umat-Nya saja.

Jika benar demikian maka tolong hapuskan kata 'maha' dari gelarnya tersebut.

Karena ternyata Tuhanmu itu, Tuhan yang tidak maha alias terbatas, karena kebaikan-Nya dapat dibatasi.

Kata Maha yang disematkan kepada-Nya, menandakan bahwa Dia tidak terbatas, kuasa-Nya tidak terbatas dan juga kebaikan-Nya tak terbatas.

Dia mengasihi semua orang, makanya tak heran terik matahari buat semua orang, hujan buat semua orang, kesuburan tanah buat semua orang, oksigen buat semua orang.

Sampai sini, sudahkah kamu mengerti?

Tugas orang beragama hanyalah menyatakan kebaikan-Nya bagi semua orang yang belum beragama atau beragama namun belum  sungguh-sungguh, alias belum memperdulikan agama.

Bagaimana kita menyatakan kebaikan Tuhan bagi semua manusia?

Jadilah orang baik dengan mengatakan, melakukan dan mengajarkan hal-hal yang baik.

Seperti apa itu hal-hal yang baik?

Secara sederhana, yaitu dengan melakukan hal-hal yang kamu mau orang lain perlakuan terhadap dirimu.

Apakah kamu ingin dihormati?
Hormatilah orang lain terlebih dahulu. 

Apakah kamu ingin dikasihi?
Kasihilah orang lain terlebih dahulu.

Yah, hal-hal sederhana seperti itulah.

Tetaplah lakukan hal-hal baik meskipun orang lain tidak membalas hal yang sama kepadamu.

Karena kamu melakukannya bukan karena mengharapkan balasan dari mereka, namun, semata-mata karena memang kamu orang baik.

Sadarkah kamu mengapa banyak orang yang tidak sepaham dengan dirimu, orang-orang yang menjadi objek kebencianmu tetap sabar terhadap perilaku dan ajaranmu itu?

Mereka sedang menjadi orang baik.

Sampai di sini mulai pahamkah kamu?

Jika tidak paham juga, tidak apa-apa, karena kebaikanku tidak tergantung kepada perilakumu.

Kamu hanya menjadi ujian bagi kepercayaanku, sebuah antithesis yang akan semakin menebalkan dan mengukuhkan bagi semua hal yang disebut kebaikan dan kebajikan.

Kami akan memberikan makna bagi kebajikan dan kebaikan, sementara kamu, aaah...hidupmu hanya akan memberi pemaknaan kepada kemunafikan dan segala kejahatan. 

#KiraKiraBegitu
#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Senin, 05 Juli 2021

BADAI YANG DISENGAJA

BADAI YANG DISENGAJA

By Leo Imannuel

Bagi seorang pelaut atau nelayan badai adalah sesuatu yang dihindari, jikalau bisa tidak usah ada sama sekali.

Karena jika terjebak di dalamnya urusannya maut, jika tidakpun tentu akan menganggu semua urusan mencari nafkah.

Di dalam kehidupan, badai merupakan sebuah metafora bagi kesulitan atau pergumulan yang melanda seseorang, sekeluarga, sekota, sebangsa bahkan seluruh dunia macam pandemi Covid-19 ini.

Setiap orang berdoa agar badai ini cepat berlalu, segera pergi, selesai secepat-cepatnya, jikalau perlu detik ini juga.

Orang Kristen juga berdoa yang sama, semua pendeta berdoa, tengking sana tengking sini, bahkan bernubuat, sampai ada yang berani menentukan waktu kapan pandemi ini selesai.

Namun, sudah hampir dua tahun badai pandemi ini tidak reda, apalagi selesai.

Baru saja kita bernafas sedikit lega, badai gelombang kedua datang menyerang, bahkan lebih mengerikan daripada yang pertama.

Saya jadi teringat kepada dua kisah para murid dihantam badai.

Ketika Tuhan Yesus tertidur di buritan (Markus 4:35-41) dan ketika Petrus berjalan di atas air (Matius 4:22-33).

Pertanyaannya ketika Dia tertidur dan membiarkan para murid berperahu tanpa diri-Nya, tidakkah Beliau tahu mereka akan menghadapi badai hebat yang mengancam nyawa?

Saya percaya Dia tahu, bahkan tahu banget.

Namun, kenapa Dia biarkan?
Tidakkah Beliau mencoba menghindarkan mereka dari badai?

Hmm....

Tidakkah Anda berpikir bahwa Beliau "dengan sengaja" membiarkan para murid masuk ke dalam badai? 

Sebuah badai yang memang mereka harus alami.

Badai yang mereka tidak bisa hindari. 

Ada sebuah pelajaran penting yang para murid harus pelajari. 

Ada pewahyuan penting yang Tuhan ingin wahyukan kepada mereka, dan ini tidak bisa diajarkan di ruang kelas, mereka harus mengalaminya sendiri.

Terbukti, setelah badai reda, para murid memberikan respon yang luar biasa:

Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."  Matius 14:33

Jika badai tidak kunjung reda di dalam hidup, mungkin Tuhan sedang memakai badai untuk mengajari kita sesuatu.

Bagaimana dengan badai pandemi ini?

Tuhan sudah pasti mendengar semua doa-doa kita, tapi mengapa badai ini belum reda?

Nah... nah... jangan-jangan ini jenis badai yang memang harus kita hadapi, tidak bisa lari menghindar.

Jika demikian maka doa-doa kita harus berubah, bukan meminta supaya badai ini reda, melainkan meminta hikmat bagaimana hidup di tengah badai, supaya tetap dapat melihat dan memanfaatkan peluang, berselancar di tengah badai.

Sebagaimana yang Yakobus tuliskan di 1:5 
"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah......"
(silahkan baca ayat 1 sampai ayatnya yang ke-8). 

Pasti ada pelajaran hidup berharga yang kita dapatkan selama pandemi ini.

Tingkat iman dan kebergantungan kita kepada Tuhan semakin dalam.

Iman para murid sebelum badai dan setelah badai pasti akan berbeda, penghayatan mereka akan Kristus akan jauh lebih dalam dan bermakna.

Demikianlah juga kita seharusnya.

Lalu, apa tujuan Tuhan dengan badai ini?

Saya tidak tahu pasti, namun, jawaban yang paling mudah menurut saya tertulis di Ibrani 12:26-28, 
(26) Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." 
(27) Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.
(28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

Dia sedang menggoncangkan kuasa dunia, ilah-ilah zaman yang dipuja dan diandalkan oleh manusia.

Dia sedang mempermainkan mereka, dan menunjukkan kepada semua manusia betapa lemahnya mereka.

Yang tidak berakar kuat dalam Kristus akan tegoncang, supaya mereka yang sungguh-sungguh akan terlihat dan tinggal tetap.

Semoga saya dan Anda berada di bagian ahli waris kerajaan yang tak tergoncangkan.

Caranya, dengan menaruh iman yang kokoh di dalam pemeliharaan Allah. 

Berserah kepada-Nya. 

Keberserahan diri membuat damai sejahtera menjaga hati kita. 

Respon para murid setelah Tuhan Yesus menenangkan badai di dalam peristiwa diri-Nya tertidur di buritan kala badai adalah:

"Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" Markus 4:41. 

Seharusnya respon mereka adalah:

"Siapa gerangan orang ini, sehingga Dia dapat tidur dengan nyenyak di kala badai?" 

"Siapa gerangan orang ini, di tengah-tengah orang yang panik saat badai menyerang dia masih bisa tidur nyenyak?" 

Itulah kerajaan yang tidak tergoncangkan. 

Bukan karena tidak perduli, namun karena keyakinan yang kokoh di dalam Tuhan, kemudian menimbulkan keberserahan diri total kepada-Nya. 

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Sabtu, 03 Juli 2021

MOVE ON

Apakah Anda pernah terluka karena dikhianati?

Hubungan yang rusak?

Cara membalas dendam yang paling ampuh adalah dengan cara "Be Happy."

Hiduplah berbahagia, tunjukkan bahwa Anda bisa berbahagia tanpanya.

Pergilah berlibur, kunjungilah tempat-tempat bagus yang instagramable, jangan lupa berswafoto alias selfie dan upload-lah di media sosial.

Cobalah hal-hal baru yang positif dan menantang, bungee jumping misalnya, atau trekking di gunung atau lembah.

Whatever you do just be happy.

Do better than before, live a happy life than before.

Untuk menjadi berbahagia setelah terluka maka pertama-tama Anda harus melepaskan pengampunan.

Sulit memang, tapi ini maha penting, jika tidak melakukannya maka kebahagiaan hanyalah mimpi di siang bolong.

Mengampuni sama saja artinya dengan  melepaskan kebencian, kemarahan dan luka-luka yang ditimbulkan untuk pergi menjauh dari ruang hati dan hidup Anda.

Jika tidak maka kemanapun Anda pergi dan apapun yang Anda lakukan maka kemarahan, kebencian dan luka-luka tersebut akan terus menerus ikut terbawa, termasuk sosok yang menyebabkan semua itu, dia akan ikut menemani Anda di dalam ingatan penuh amarah, namun juga terselip sedikit rindu, jujur saja, benar kaaan...

Makanya untuk hidup berbahagia, pertama-tama, lepaskan pengampunan.

Yang kedua, setelah mengampuni maka lanjutkanlah hidup Anda, bahasa anak gaol sekarang adalah muph on alias  "Move On."

Percayalah, kemarahan dan kebencian tidak akan pergi jika Anda tidak bersedia move on.

Langkah logis berikutnya setelah mengampuni adalah melanjutkan hidup.

Ini hidup Anda, tentukan definisi kebahagian menurut Anda sendiri.

Bekerjalah, hang out dengan sahabat-sahabat, besarkan anak (jika ada), libatkan diri di dalam pelayanan, jalan-jalan, lakukan hobi Anda, menyanyi, lompat-lompat sesuka hati, dll adalah bagian dari move on.

Anyway and anyhow this is your life, bangunlah hidup Anda sebaik mungkin.

Di sana, pada suatu sudut gelap, dia akan menyesal telah meninggalkan Anda, tapi heeeiiii..... Itu bukan lagi urusanmu, urusanmu adalah hidupmu sendiri yang engkau perlu bangun dan juga orang-orang disekelilingmu yang mengasihi dan juga Anda kasihi.

Selamat berbahagia.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel