Banyak manusia berambisi memuaskan Tuhan dengan hidupnya.
Berbagai cara mereka gunakan untuk bisa melakukannya, termasuk melalui cara-cara yang disebut dengan berbagai istilah bombastis seperti "mati bagi diri sendiri" "mematikan kedagingan" dll, yang sebenarnya adalah sebuah bentuk askese masa kini.
Kematian adalah sebuah fase akhir yang final bagi daging. Sedetik setelah maut menjemput daging tidak memerlukan hal-hal yang berbau dunia lagi.
Jadi seharusnya orang yang memercayai dan menjalani teori "mati bagi diri sendiri" sudah tidak memerlukan makan, kerja, naik gaji, liburan, menikah, dan segala hal yang diperlukan guna meningkatkan kualitas kehidupan, termasuk beribadah, karena toh mereka sudah "mati", sudah tak berguna, kecuali untuk beberapa masa dikenang, lambat laun terlupakan.
Kembali ke topik "Memuaskan Tuhan"
Jonathan Edwards pernah berujar bahwa manusia paling mampu memuaskan Tuhan, dalam posisi dia sendiri merasakan kepuasan.
Itulah hedonisme rohani.
Alih-alih stress memikirkan bagaimana hidup yang serba terbatas ini mencoba memuaskan Tuhan yang tak terbatas, dan sepanjang hidup deg-degan bertanya pertanyaan yang tak akan terjawab, Apakah Tuhan Sudah Puas?
Bukankah lebih baik kita membiarkan Tuhan memuaskan hasrat hati kita dan melalui kebaikkan-Nya, dengan kepuasan yang dari Tuhan ini maka niscaya kita bisa memberikan yang terbaik yang bisa kita berikan bagi hormat dan kemuliaan-Nya
Lagipula, kita tidak bisa memberi sesuatu yang kita tidak miliki bukan?
Bagaimana mungkin kita memberikan kepuasan kepada Tuhan, sementara kita sendiri tidak memiliki kepuasan?
Lagipula mencoba memuaskan Tuhan, adalah sebuah bentuk kesombongan yang lahir dari filosofi ketuhanan yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar