Sabtu, 30 Juni 2018

Maze Kehidupan

Maze adalah permainan masuk dan berusaha menemukan keluar. Di dalam maze orang bisa tersesat.

Meski tidak 100% sama, namun dunia adalah maze di dalam kehidupan manusia.

Kelahiran adalah pintu masuk, kematian adalah pintu keluar, dengan surga sebagai tujuan.

Di dalam maze ada banyak pilihan jalan, namun hanya satu yang benar dan akan menuntun kepada pintu keluar yang benar.

Di dalam kehidupan ada banyak jalan, namun hanya satu jalan yang benar.

Di dalam kehidupan seseorang tidak serta merta langsung tancap gas menuju surga, melainkan harus memilih berbagai hal yang akan memperlengkapi hidup, seperti pendidikan, pernikahan, profesi, harta, mobil, hobi, tempat tinggal, dan lain sebagainya.

Dengan semua hal yang melekat tersebut seseorang wajib membantu sesamanya sebagai sesama musafir kehidupan menuju pintu keluar.

Bantuan yang paling berharga adalah memberitahu mereka sekalian jalan yang benar, agar kelak mereka tidak tersesat dan akhirnya kecewa.

Perlu diingat bahwa semua predikat yang melekat di dalam diri bukanlah tujuan, semua itu hanya alat bantu supaya seseorang menambah nilai kehidupannya di dalam maze besar ini melalui berkarya nyata.

Tujuan sesungguhnya adalah surga.

Maze kehidupan ini sangat besar, rumit dan kompleks, sehingga tidak ada satupun yang pernah berhasil mencapai pintu keluar yang benar dan cuma satu itu dengan usaha dan kepandaiannya sendiri.

Di sinilah Sang Pembuat Maze memberikan bantuan, dengan memberikan Jalan yang Benar dan pasti jalan yang akan memberi Hidup.

Bantuan ini kita sebut dengan sederhana sebagai Kasih Karunia.

Jalan yang Benar dan memberi Hidup itu bukanlah sebuah benda, namun seorang pribadi, hanya Dia yang tahu jalan keluar yang benar.

Dari mana Dia bisa tahu? Sederhana saja sebenarnya, karena Dia diutus dari pintu keluar yang benar.

Begini, titik tolak setiap manusia dari pintu masuk, sementara Dia berasal dari pintu keluar, Dia masuk ke dalam Maze untuk membantu setiap orang jalan menuju tempat di mana Dia berasal.

#KiraKiraBegitu

SELAMAT HARI MINGGU, SELAMAT BERIBADAH DAN SELAMAT MELAYANI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Jumat, 29 Juni 2018

Mimbar Oh, Mimbar

Mimbar oh, mimbar....
Pada satu sisi engkau dipakai untuk mewartakan kebenaran, pada sisi yg lain engkau dipakai sebagai alat untuk memuliakan diri.

Mimbar oh, mimbar...
Engkau diperebutkan oleh orang-orang tertentu sebagai lambang prestise diri, sebuah ukuran keberhasilan karier keimamatan, meski dilakukan dengan cara-cara tak terpuji

Mimbar oh, mimbar
Di belakangmu pernah berdiri orang-orang hebat macam Jonathan Edward, George Whitefield, John and Charles Finney, John Wesley, John Sung, dan masih banyak yang lainnya.

Namun juga engkau dikotori oleh para oportunis rohani yang berkhotbah demi ketenaran dan keuntungan diri.

Mimbar oh, mimbar
Pesonamu luar biasa, engkau telah menjelma dari altar suci menjadi berhala mematikan yang membunuh secara diam-diam.

Mimbar oh, Mimbar
Mereka lupa bahwa engkau tidaklah hanya terletak di panggung besar nan mewah saja, namun juga berada di bukit, perahu, rumah orang berdosa, pesta kawin, meja yang hanya cukup untuk 12 orang.

Mimbar oh, mimbar...
Kadang mereka berlagak lupa bahwa engkau bukan hanya terbuat dari kayu tebal berukir dan terletak di tengah sorotan spotlight dan disaksikan oleh ratusan bahkan ribuan orang terhormat, melainkan juga terbuat dari kayu kasar dan terletak nun jauh di sana di pedalaman Sumba, jauh dr sorotan spotlight.

Mimbar oh, mimbar
Tak heran engkau kehilangan kemuliaan dan kuasamu. Berita yang disampaikan dari belakangmu hanya seperti sebuah berita menyenangkan yang mengikuti selera pasar.

Mimbar oh, mimbar
Beritamu kini hanya tawa lucu menghibur jiwa yang dihasilkan dari kedangkalan isi dan makna.

Tak ada tangisan pertobatan seperti ketika Jonathan Edward mengkhotbahkan "Sinners In The Hand of An Angry God", tidak ada pertobatan sejati sebagaimana ketika George Whitefield berkhotbah dahulu, tak ada revival sebagaimana ketika John Sung membakar Asia dengan firman Tuhan.

Mimbar oh, mimbar...
Hanya orang gila karena rela melepaskanmu dan kehilanganmu yang kelak akan mendapatkan kemuliaan sejati.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Tentang Penderitaan

Sebagai seorang gembala jemaat kerapkali saya diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai penderitaan.

Berusaha menemukan jawaban yang cerdas dan memuaskan buat jemaat dan tentunya bagi pergumulan sendiri, saya banyak merenung, membaca dan mendengarkan.

Namun, sejujurnya semakin banyak membaca semakin pusing dibuatnya.

Demikianlah kesimpulan saya mengenai penderitaan:

1. Kadangkala bencana menimpa orang-orang baik tanpa alasan dan tanpa peringatan sebelumnya, demikian pula hal-hal baik kadang terjadi tanpa alasan dan peringatan sebelumnya, seperti kejutan, memenangkan undian, dan lain sebagainya.

Uniknya untuk hal-hal baik kita tidak pernah bertanya "Mengapa."

2. "Mengapa" menjadi pertanyaan favorit penderitaan.

Tidak akan ada jawaban yang cukup memuaskan untuk menjawabnya, mungkin karena memang "Mengapa" bukanlah pertanyaan yang seharusnya ditanyakan.

3. Bahkan jawaban yang paling masuk akalpun, kadang tidak cukup untuk menjawab "mengapa."

Seringkali dalam penderitaan bukan jawaban cerdas yang diperlukan. Yang terluka itu hati dan emosi, bukan intelegensia, jadi kadang sebuah senyuman, anggukan dan pelukan saja sudah cukup.

4. Meski bencana menimpa semua orang, misalnya tsunami, namun  penderitaan itu bersifat personal, sehingga tidak akan ada jawaban yang cukup memuaskan bagi semua orang. Malah kadang mereka tidak bertanya sama sekali, namun, entah mengapa kita kepo memberikan jawaban.

Jawabannya mesti diberikan kepada masing-masing individu, itupun kalau mereka bertanya.

5. Seringkali jawaban yang sepertinya rohani malah menambah keruh suasana. Seperti bencana terjadi karena Tuhan menghukum, pasti ada dosa, dan lain sebagainya.

Sadarkah Anda, bahwa jawaban-jawaban demikian menambah beban, bukannya mengurangi beban sang penderita.

6. Dalam situasi tertentu, diam adalah emas. Jangan mencoba memberikan jawaban yang Anda tidak pahami pertanyaannya, atau Anda tidak dalami kedalaman emosional dari pertanyaan tersebut. You are not responsible to answer the question, especially where there aren't one.

7. Balik ke masalah pertanyaan "Mengapa."
Dalam banyak kasus, kelepasan dari beban pergumulan bukan karena menemukan jawaban mengapa, melainkan karena pasrah dan menerima apapun kehendak Tuhan.
Meski kadang keliru untuk berpendapat bahwa penderitaan yang dialami adalah atas kehendak Tuhan.

Bersambung........ Selama masih ada penderitaan di dunia.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Rabu, 27 Juni 2018

Daud Bagian 16

Babak akhir dari narasi kejatuhan Daud adalah kematian anak hasil perzinahannya dengan Batsyeba dan kemudian kelahiran Salomo, dari rahim Batsyeba.

Mengenai Salomo, Alkitab menyimpulkan kelahirannya, sbb:

"....... TUHAN mengasihi anak ini."
2 Samuel 12:24b.

Kita tahu bahwa Salomo kelak akan memegang takhta menggantikan ayahnya, dan berhasil membawa Israel ke puncak kejayaannya.

Tapi, tunggu dulu!

Siapa Salomo?

Putra Daud dari perempuan yang dizinahi oleh Daud.

Sejarah keluarga Salomo bukanlah sebuah sejarah baik-baik, tapi koq bisa Tuhan memilihnya untuk menjadi raja Israel?

Di sinilah kita belajar akan kasih Tuhan dan belas kasihan-Nya kepada orang-orang berdosa yang telah bertobat.

Bagi Tuhan, dosa yang telah diselesaikan, ya sudah selesai.

Yesaya berhasil memparafrasakan ini dengan sangat baik, ketika beliau menuliskan,

"Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu."
Yesaya 43:25

Jikalau Tuhan saja sudah mengampuni dan melupakan kejahatan kita atau seseorang, lalu mengapa kita masih mengingat-ingat dosa diri sendiri atau orang lain?

Seringkali Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa kita, namun kitalah yang belum mengampuni diri sendiri.

Jikalau Tuhan itu pendendam, maka orang-orang seperti Salomo tidak akan mendapat kesempatan apa-apa di dalam dunia.

Betapa malangnya hidup yang demikian, dia lahir tidak memberi nilai tambah, meninggalpun tidak mengurangi apa-apa.

Namun, puji Tuhan, Dia mengampuni dan tidak mengingat dosa-dosa kita lagi, sehingga segala pencapaian atau pekerjaan yang mulia juga dapat diraih oleh setiap kita.

Dengarkanlah panggilan-Nya kepada setiap orang:

“Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!“
Yesaya 44:22 

Kembalilah dan mulailah lagi berkarya bagi Tuhan, jangan menghukum diri terlalu lama, Tuhan sudah mengampuni.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Rabu, 13 Juni 2018

Daud Bagian 15

Masih mengenai narasi kejatuhan Daud di dalam 2 Samuel 11:1-27.

Pernahkah Anda membaca kisah mengenai angin besar yang coba menjatuhkan monyet-monyet dari sebuah pohon?

Semakin kencang sang angin bertiup, semakin erat para monyet berpegangan pada pohon tersebut, sehingga tidak ada satupun dari mereka yang dapat dibuat jatuh dari pohon.

Merasa putus asa, sang angin merubah strategi dengan berhembus pelan, sepoi-sepoi.

Lama kelamaan para monyet menjadi ngantuk, tertidur dan satu persatu berjatuhan dari atas pohon.

Bathsheba effect adalah sebuah paradoks konyol dalam kehidupan Daud.

Bayangkan, pahlawan  gagah perkasa yang sudah mengalahkan Goliat yang menyeramkan itu dapat dikalahkan oleh seorang wanita gemulai bernama Batsyeba.

Daud yang telah membunuh berlaksa-laksa musuh _(tens of thousands._ NIV). (1 Samuel 18:7), menjadi momok menakutkan bagi musuh-musuh Israel, jatuh ke dalam dosa hanya gara-gara seorang wanita lemah.

Ini menjadi sebuah pelajaran penting buat kita, bukan batu besar yang akan membuat kita jatuh terselandung, melainkan karena batu kecil yang luput dari perhatian.

Mungkin karena belajar dari kesalahan ayahnya, Salomo menuliskan

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Amsal 4:23

Kata 'kewaspadaan' di atas diterjemahkan dari kata Ibrani mishmâr, yang bermakna menjaga dengan sungguh-sungguh, atau seperti penjara.

Jadi betapa pentingnya kita wajib dengan sangat hati-hati dan harus selalu waspada menjaga diri sedemikian rupa, karena jika tidak maka yang akan terpancar adalah kematian.

Senada dengan itu, Tuhan Yesus menasihati Petrus yang tertidur di Taman Getsemani

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Markus 14:38)

Kata berjaga-jagalah di atas diterjemahkan dari bahasa Yunani grēgoreuō yang bermakna memberi perhatian lebih, selalu sadar dan berjaga-jaga.

Petrus juga menggunakan kata grēgoreuō untuk menuliskan sebuah nasihat penting yang sangat berhubungan dengan perenungan kita hari ini.

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).

Sadarlah dan berjaga-jagalah!

Namun, bagaimana seandainya yang dikirim bukanlah singa, melainkan seekor kucing mungil, lucu dan menggemaskan, sementara kita mengantisipasi kehadiran seekor singa?

Masihkah kita berjaga-jaga?

Kesalahan fatal Daud adalah, dia mengantisipasi musuh seperti Goliat, namun yang muncul adalah seorang wanita cantik nan lemah gemulai.

Kita harus senantiasa sadar dan waspada terhadap apapun yang mungkin akan mengganggu fokus kita dari Tuhan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Kamis, 07 Juni 2018

Daud Bagian 14

Daud 14

Ketika dosanya berbuah (2 Samuel 11:5), secara naluri Daud berusaha menutupinya, bahkan dengan cara-cara yang jahat.

Kecenderungan manusia menutupi dosa secara naluri diturunkan dari generasi ke generasi dari mulai Taman Eden (Kejadian 3:7).

Dimulailah plot yang berujung kepada kejahatan besar yang Daud lakukan.

Dari mulai secara alami 'menjebak' Uria agar seolah-olah menghamili istrinya sampai kemudian memakai tangan orang-orang perkasa dari Raba untuk membunuhnya (2 Samuel 11:15-17).

Namun, Gusti ora sare demikian idiom Jawa yang kita kenal. Tuhan tidak tertidur.

Manusia mungkin tidak tahu, hukum tidak dapat menjangkau seseorang, namun di atas ada Tuhan yang Maha Adil.

"Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN." (2 Samuel 11:27b).

Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur Daud dengan keras.

"Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya?" (2 Samuel 12:9a).

Yang ingin saya garis bawah dalam renungan hari ini adalah respon Daud dan Tuhan.

Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud:
(2 Samuel 12:13a).

Daud memberikan respon terbaik, dia langsung bertobat, bahkan seluruh Mazmur 51 didedikasikannya untuk mengisahkan pertobatannya. 

Tuhan menanggapi pertobatan Daud dengan perkataan:

"TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati."
(2 Samuel 12:13b).

Tuhan mengutus nabi Natan bukan untuk mempermalukan, namun karena Dia sangat mengasihi Daud.

"karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6).

Sebagai orang paling berdosa dan jahat, dan yang kemudian diampuni, Daud paling mengerti kebaikan hati Tuhan.

Tidak ada penulis Alkitab lain dapat menuliskan kemurahan hati Tuhan terhadap orang berdosa yang bertobat, seperti Daud:

Mazmur 103:10-12
(10) Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,

(11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;

(12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

Hari ini, sebelum Anda memulai aktivitas, bertobatlah, minta ampunlah kepada Tuhan atas dosa apapun yang mungkin telah atau sedang dilakukan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Daud Bagian 13

Daud 13

Narasi kejatuhan Daud ke dalam dosa sebagaimana yang tercatat di dalam 2 Samuel 11:1-27, adalah salah satu bagian kelam di dalam kehidupan Daud.

Namun, jika Anda berpikir bahwa Daud langsung jatuh ke dalam dosa begitu melihat Batsyeba mandi, Anda telah sangat meremehkan kekuatan Daud.

Apakah Batsyeba adalah wanita paling cantik di seluruh Israel?

Apakah Batsyeba wanita paling molek di seluruh Israel?

Satu jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah tentu tidak.

Tidak adakah wanita lain yang lebih cantik dan lebih molek daripada Batsyeba di seluruh Israel dan sekaligus halal untuk dipersuntingnya?

Lalu mengapa Daud jatuh ke dalam skandal kerajaan yang memalukan demikian?

Ada pra narasi yang Alkitab tidak ceritakan.

Saya kuat menduga sebelumnya Daud pernah melihat Batsyeba dan tertarik dengannya.

Ketertarikan ini menjadi benih dosa di dalam dirinya.

Tepat seperti yang Yakobus tulis (1:14-15)

(14) "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."

(15) "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."

Prosesnya kira-kira seperti ini, Daud melihat Batsyeba, dia tertarik atau tergoda oleh kecantikan dan kemolekannya, 'diseret dan dipikat olehnya' menurut istilah Yakobus.

Kemudian, sekali diberi kesempatan, ketergodaan ini bercokol kuat di dalam hatinya dan menguasai seluruh konsentrasi dan perasaannya. Sampai di sini, inilah proses yang Yakobus katakan sebagai 'keinginan yang dibuahi.'

Sampai kemudian Daud, entah sengaja atau tidak melihat Batsyeba mandi dan secara naluri bertindak, karena 'dosanya sudah matang.'

Jadi, Daud tidak serta merta jatuh di dalam dosa.

Tidak ada manusia serta merta jatuh ke dalam dosa.

Iblis menaburkan benih dosa melalui    keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).

Setiap hari dia menaburkan benih tersebut ke dalam dunia agar bersemai di dalam hati semua orang terutama orang-orang percaya.

Apakah benih tersebut bertumbuh, lalu dibuahi agat melahirkan dosa dan akhirnya menjadi matang, untuk kemudian melahirkan maut, amat tergantung kepada kita.

Apakah kita akan menerima benih dosa tersebut, atau segera memalingkan wajah kita darinya, menepiskan setiap pikiran buruk dan segera menggantinya dengan pikiran-pikiran kudus, atau melarikan diri darinya seperti Yusuf, semua amat bergantung kepada keputusan kita sendiri.

Ketahuilah bahwa benih dosa tersebut bukan hanya mengenai godaan secara sensual namun juga dalam segala aspek, apakah itu keserakahan, amarah, keinginan untuk menjadi terkemuka, dipuji dan dipuja manusia, uang, kekuasaan, dll yang bahkan bukan cuma ada di dalam dunia sekuler, namun juga di dalam dunia gereja dan pelayanan.

Ingat-ingatlah apa yang Yohanes katakan selanjutnya

Ketiga hal di atas, keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."
1 Yohanes 2:17

Ayo, taburan benih-benih kebaikan nan kudus seperti firman Tuhan melalui pembacaan, perenungan dan kemudian akan menghasilkan perbuatan yang pasti akan melahirkan kehidupan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Selasa, 05 Juni 2018

PINTU BERKAT

https://youtu.be/7ZxaH9a3ZoE

Daud Bagian 12

Daud 12

2 Samuel 6:1-23 mengisahkan Daud memindahkan tabut perjanjian dari Kiryat-Yearim (1 Tawarikh 13:5) ke Yerusalem, dengan satu alasan

"..... sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya."
1 Tawarikh 13:3

Kata mengindahkannya itu terjemahan dari bahasa Ibrani dârash, yang bermakna mencari dengan tekun untuk beribadah.

Daud menyadari bahwa tanpa Tabut Perjanjian tidak akan ada Ibadah kepada Tuhan, sementara Tuhan adalah sumber kehidupan mereka, alasan kenapa mereka memenangkan perang, alasan kenapa mereka memperoleh kemakmuran. (2 Samuel 6:11)

Daud memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem semata-mata ingin menegakkan nama Tuhan di bangsa Israel.

Tanpa hadirat Tuhan tidak akan ada kehidupan bagi mereka.

Inilah senjata rahasia Daud, mengapa hidup Daud diperkenan oleh Tuhan, rahasia dibalik semua keberhasilannya.

Daud senantiasa mencari Tuhan.

Telisiklah Mazmur dan Anda akan menemukan berbagai tulisan Daud yang mengagungkan Tuhan, betapa Daud sangat berharap kepada Tuhan.

Bagaimana dengan kita hari ini? Sudahkah kita mencari Tuhan? Sudahkah kita masuk ke dalam hadirat-Nya di dalam doa dan perenungan firman-Nya?

Tahukah Anda bahwa ibadah Kristen bukan cuma sekali di hari Minggu, melainkan setiap hari dengan cara berdoa dan membaca, merenungkan dan kemudian melakukan firman-Nya.

Yuk, kita siapkan waktu sejenak untuk membaca firman Tuhan dan menundukkan kepala untuk berdoa.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Senin, 04 Juni 2018

Daud Bagian 11

Daud 11

1 Samuel 18:1
"Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri."

Salah satu kunci keberhasilan Daud adalah persahabatannya dengan Yonatan, putra Saul.

Kata 'berpadulah' di atas diterjemahkan dari kata Ibrani qâshar yang bermakna terikat, atau akrab.

Menurut Bernhard Lang di dalam bukunya  Hebrew Life and Literature: Selected Essays of Bernhard Lang, kata ini juga bermakna berkonspirasi  yang secara umum bermakna sebuah aktivitas untuk membunuh raja contohnya di dalam 1 Raja 16:16.

Jadi kata qâshar di sini hendak menerangkan sebuah hubungan dengan tingkat kepercayaan tinggi, lebih dari sekedar persahabatan biasa, namun sampai kepada sebuah kesepakatan hasil dari kepercayaan, apapun yang kamu lakukan akan saya dukung, apapun yang orang coba katakan mengenai kamu, saya tetap percaya kepada kamu.

Hal ini terbukti ketika Saul mencoba membunuh Daud, alih-alih membela ayahnya, Yonatan malah berpihak kepada Daud.

Kalimat terakhir di 1 Samuel 18:1 ini menegaskan kata kedalaman hubungan Daud dan Yonatan,

".......... dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri."

Bukti kesetiaan Yonatan kepada Daud diceritakan di dalam 1 Samuel 19:2:
"sehingga Yonatan memberitahukan kepada Daud: "Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana." "

Apa yang membuat Yonatan dan Daud menjadi sahabat yang bahkan lebih karib daripada seorang saudara (Amsal 18:24)?

Seorang hamba Tuhan pernah berkata kepada saya bahwa sahabat sejati itu diberikan oleh Tuhan, ketika dia dipertemukan dengan kita ada seperti klik di dalam hati (... berpadulah jiwa...).

Tentunya waktu akan membuktikan persahabatan tersebut  melewati suka, terlebih duka.

Manusia tidak bisa hidup sendiri, semua tentu paham dan setuju, namun bagaimana dengan sahabat? Semestinya hidup kita tidak akan lengkap tanpa seorang sahabat?

Apakah Anda memiliki sahabat sejati?

Seseorang yang mendukung Anda dalam masa sukses, terutama ketika sedang berada di dalam lembah kegagalan, seseorang yang menerima Anda tanpa penghakiman bahkan ketika Anda gagal.

Seseorang yang Anda berikan otoritas kepadanya untuk menegur Anda.

Tidak semua orang dapat dijadikan sahabat seperti itu.

Berdoalah, mintalah kepada Tuhan, sahabat yang seperti itu, sementara itu paling tidak jadilah sahabat yang seperti itu.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Amsal 18:24
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara."

Minggu, 03 Juni 2018

Daud Bagian 10

Daud 10

Alkitab menyimpulkan hidup Daud dengan sebuah kalimat pendek namun maha dahsyat.

"Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya......... "
Kisah Para Rasul 13:36a

Apakah kehidupan Daud begitu sempurna tanpa cacat?

Tidak adakah cela di dalam hidupnya?

Sebagaimana yang kita baca di Alkitab, kehidupan Daud tidaklah sesempurna tampaknya.

Daud bahkan melakukan dosa amoral, sebuah skandal yang memalukan dengan berzinah dengan Batsyeba istri prajuritnya sendiri dan kemudian untuk menutupi kejahatannya dia membuat plot untuk membunuh Uria (2 Samuel 11:1-27).

Bahkan Tuhan menganggap "hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat." 2 Samuel 11:27

Namun, mengapa Rasul Paulus menyimpulkan kehidupan Daud dengan kalimat yang dahsyat demikian?

Menurut saya semua karena Daud berhasil melewati berbagai ujian karakter.

Begini,

Pertempuran melawan Goliat bukanlah ujian bagi keberanian Daud, melainkan ujian bagi karakternya.

Ketika semua orang Israel gemetar, Daud tampil gagah berani dan menjawab tantangan Goliat. Karakter keberanian Daud teruji dan dia berhasil lolos.

Daud tahu bahwa dia akan menjadi raja Israel, dua kali kesempatan membunuh Saul ditolaknya, padahal itu adalah jalan cepat baginya untuk naik takhta. (1 Samuel 24:1-23; 26:1-25).

Daud tidak aji mumpung. Dia percaya pada proses Tuhan.

Takhta Israel bukanlah suatu jabatan yang dapat direbutnya, melainkan sebuah kehormatan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.

Jadi Daud menunggu waktu Tuhan.

Di sinipun Daud lolos terhadap ujian  karakternya. Dia tidak aji mumpung, Daud menunggu waktunya Tuhan. Tidak self fulfilled prophecy.

Daud telah siap menjadi raja bukan ketika dia merasa sudah siap, melainkan ketika Tuhan merasa bahwa dirinya sudah siap dipromosikan.

Ketiga, ketika Nabi Natan menegur Daud mengenai dosanya terhadap Uria, Daud tidak marah lalu membunuh Natan karena tersinggung. (2 Samuel 12:1-25)

Melainkan Daud segera merendahkan hatinya dan bertobat.

Menjadi raja bukanlah sebuah pencapaian sesungguhnya, melainkan sebuah ujian bagi karakternya.

Jabatan raja yang diembannya tidak membuat Daud tinggi hati, dia tetap merendahkan hatinya di hadapan Tuhan.

Selalu ingat bahwa segala pencapaian atau prestasi apapun di dunia ini bukanlah sebuah pencapaian final.

Meskipun perlu, namun jangan pernah arahkan mata kita hanya kepada prestasi-prestasi duniawi saja.

Pencapaian dan prestasi sesungguhnya bukan di dunia ini melainkan di dalam Langit Baru dan Bumi Baru.

Nasib akhir semua manusia akan ditentukan hanya oleh dua kalimat yang keluar dari mulut Tuhan,

"Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia"

Atau

"campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.
(Matius 25:14-30)

Segala sesuatu di dunia ini merupakan ujian bagi karakter kita.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Jumat, 01 Juni 2018

Daud Bagian 9

Daud 9

Bagi Saul, Goliat menjadi momok penyesalan seumur hidup.

Namun, bagi Daud, Goliat adalah batu pijakan pertama menuju takhta Israel.

Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa Goliat dilahirkan untuk dikalahkan oleh Daud.

Bayangkan bagaimanakah mengalahkan seorang prajurit raksasa dengan gambaran sebagai berikut:

1 Samuel 17:4-7
Lalu tampillah keluar seorang pendekar dari tentara orang Filistin. Namanya Goliat, dari Gat. Tingginya enam hasta sejengkal.

Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga.

Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga.
Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya.

Tak heran, tidak ada satupun dari prajurit Israel yang berani melawan Goliat, termasuk Saul.

Orang Israel pasti berpikir keras bagaimana mengalahkan prajurit seperkasa Goliat.

Segala cara dan kemungkinan mereka pikirkan namun tidak menemukan satu carapun.

Kemudian tampillah Daud, yang dengan gagah berani mengajukan diri untuk melawan Goliat.

Saul, memaksakan cara lama kepada Daud untuk melawan Goliat sehingga Daud kesulitan

1 Samuel 17:39
............. "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.

Saul tidak sadar bahwa Goliat adalah lawan jenis baru yang tidak dapat dilawan dengan cara-cara konvensional dan rumit.

Namun juga sebenarnya mengalahkan Goliat tidaklah serumit yang mereka pikir.

Goliat tidak dapat dilawan dalam pertempuran jarak dekat (close range fight) karena jarak jangkau lengan dan tombaknya akan lebih panjang daripada semua orang Israel.

Goliat harus dilawan dengan strategi pertempuran jarak jauh (far range fight).

Sampai di sini mengertikah Anda, mengapa saya bilang Goliat dilahirkan untuk dikalahkan oleh Daud?

Umban adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan Goliat.

Tentunya Daud bukanlah satu-satunya orang yang pandai memainkan umban, pasti banyak yang juga pandai menggunakannya di antara prajurit Saul, namun siapakah yang cukup berani dan nekat untuk melakukannya?

Hanya Daud yang cukup berani dan nekat melakukannya.

Pada akhirnya Daud berhasil mengalahkan Goliat

1 Samuel 17:50
"Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan."

Di manakah Daud menjadi piawai menggunakan umban? Di padang penggembalaan.

Jadi tepatlah jika saya katakan padang penggembalaan adalah tempat dimana Tuhan melatih Daud untuk kelak menjadi raja Israel.

Seberat apapun tantangan yang Anda hadapi, ketahuilah bahwa Anda dan keunikan yang Anda miliki lebih dari mampu untuk mengalahkannya.

Hari ini teruslah bersabar, teruslah tekun berjuang dan selalu memberikan yang terbaik, agar kelak Goliat tertentu di dalam hidup kita tidak menjadi momok penyesalan seumur hidup, melainkan menjadi batu pijakan menuju keberhasilan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel