Jumat, 29 Juni 2018

Tentang Penderitaan

Sebagai seorang gembala jemaat kerapkali saya diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai penderitaan.

Berusaha menemukan jawaban yang cerdas dan memuaskan buat jemaat dan tentunya bagi pergumulan sendiri, saya banyak merenung, membaca dan mendengarkan.

Namun, sejujurnya semakin banyak membaca semakin pusing dibuatnya.

Demikianlah kesimpulan saya mengenai penderitaan:

1. Kadangkala bencana menimpa orang-orang baik tanpa alasan dan tanpa peringatan sebelumnya, demikian pula hal-hal baik kadang terjadi tanpa alasan dan peringatan sebelumnya, seperti kejutan, memenangkan undian, dan lain sebagainya.

Uniknya untuk hal-hal baik kita tidak pernah bertanya "Mengapa."

2. "Mengapa" menjadi pertanyaan favorit penderitaan.

Tidak akan ada jawaban yang cukup memuaskan untuk menjawabnya, mungkin karena memang "Mengapa" bukanlah pertanyaan yang seharusnya ditanyakan.

3. Bahkan jawaban yang paling masuk akalpun, kadang tidak cukup untuk menjawab "mengapa."

Seringkali dalam penderitaan bukan jawaban cerdas yang diperlukan. Yang terluka itu hati dan emosi, bukan intelegensia, jadi kadang sebuah senyuman, anggukan dan pelukan saja sudah cukup.

4. Meski bencana menimpa semua orang, misalnya tsunami, namun  penderitaan itu bersifat personal, sehingga tidak akan ada jawaban yang cukup memuaskan bagi semua orang. Malah kadang mereka tidak bertanya sama sekali, namun, entah mengapa kita kepo memberikan jawaban.

Jawabannya mesti diberikan kepada masing-masing individu, itupun kalau mereka bertanya.

5. Seringkali jawaban yang sepertinya rohani malah menambah keruh suasana. Seperti bencana terjadi karena Tuhan menghukum, pasti ada dosa, dan lain sebagainya.

Sadarkah Anda, bahwa jawaban-jawaban demikian menambah beban, bukannya mengurangi beban sang penderita.

6. Dalam situasi tertentu, diam adalah emas. Jangan mencoba memberikan jawaban yang Anda tidak pahami pertanyaannya, atau Anda tidak dalami kedalaman emosional dari pertanyaan tersebut. You are not responsible to answer the question, especially where there aren't one.

7. Balik ke masalah pertanyaan "Mengapa."
Dalam banyak kasus, kelepasan dari beban pergumulan bukan karena menemukan jawaban mengapa, melainkan karena pasrah dan menerima apapun kehendak Tuhan.
Meski kadang keliru untuk berpendapat bahwa penderitaan yang dialami adalah atas kehendak Tuhan.

Bersambung........ Selama masih ada penderitaan di dunia.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar