Kamis, 19 Maret 2020

GARA-GARA CORONA Bagian 2

BERANI ATAU SEMBRONO?
TAKUT ATAU PENGECUT?

By Leo Imannuel 

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya beranikan diri berdiskusi dengan para pemimpin gereja kami.

Apakah ibadah Mingguan sementara akan ditiadakan atau tetap dilanjutkan seperti biasa?

Hari Minggu sebelumnya saya sudah tawarkan kepada jemaat di ibadah Minggu kami, mau online atau ibadah seperti biasa, serentak jemaat memilih ibadah seperti biasa.

Namun, melihat perkembangan yang semakin kurang kondusif, dan memerhatikan anjuran pemerintah untuk sementara waktu jangan ibadah di rumah ibadah, akhirnya kami putuskan untuk meniadakan ibadah mingguan.

Saya sudah rekaman khotbah, yang akan saya taruh di YouTube, tinggal share link-nya ke jemaat.

Apakah saya takut?

Pasti ada unsur itu.

Takut saya dan jemaat saya tertular atau malah menjadi penular (carrier) COVID-19, alias Corona.

Di lain pihak, saya ingin ikut memerangi musuh bersama ini dengan cara memutus mata rantai penularan, yaitu dengan social (physically) distance.

Pada, sisi lain ada hamba-hamba Tuhan yang dengan gagah perkasa menolak ibadah di rumah, dan keukeuh tetap ibadah di gereja.

Karena gereja adalah rumah Tuhan, virus pasti tidak akan bisa masuk.

Ya, silakan saja berbuat demikian.

Buat saya yang memilih ibadah online dan mereka yang memutuskan tetap kebaktian di gereja, mohon perhatikan perbedaan kata ini:

Yang kita lakukan itu apakah sebuah keberanian atau kesembronoan? Sekedar takut atau pengecut?

Karena ada garis batas yang jelas antara berani dan sembrono.

Takut bukan berarti pengecut.

Menurut saya, Anda boleh berbeda, dalam situasi seperti sekarang ini tetap melakukan perkumpulan orang banyak adalah bentuk kesembronoan.

Bagi saya itu bukan tantangan atau ujian bagi iman saya.

Sebaliknya, juga bukan sebuah bentuk kepengecutan, jika saya memindahkan ibadah dari offline ke online.

Saya tidak menganggap iman saya kalah dengan melakukannya.

Ada ujian-ujian iman berat lainnya yang telah saya hadapi dan mungkin akan saya hadapi lagi dengan bentuk yang berbeda ke depan.

Namun, memindahkan ibadah bukanlah salah satunya.

Saya bukan pengecut, saya tidak lari dari medan pertempuran. 

Sebaliknya, saya sedang berada di barisan depan, di mana medan pertempuran yang paling sengit sedang terjadi.

Saya sedang memerangi COVID-19, dengan cara berusaha memutus mata rantai penularan, dengan mengajak jemaat untuk sementara waktu diam di rumah, sehingga penularan dari orang ke orang dapat terminimalisir.

Penawar virus ini belum diketemukan, sampai dia diketemukan mau berapa banyak makan korban?

Jadi, cukuplah! Stop!

Sementara waktu, hanya sementara, sedapat mungkin diamlah di rumah, jikalau tidak terpaksa jangan keluar rumah, kurangi pertemuan sosial, jangan share berita-berita yang tidak jelas juntrungannya, seringlah cuci tangan menggunakan air dan sabun, makanlah makanan denga gizi seimbang, olah raga rutin.

At least, itu yang bisa saya dan jemaat saya lakukan untuk mendukung pemerintah berperang terhadap Corona.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

3 komentar: