Rabu, 30 Maret 2022

AWAS IRI dan DENGKI

Lukas 6:7
"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Iamenyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia."

Tunggu-tunggu..... TUNGGU!

Mereka (ahli Taurat dan orang Farisi) percaya pada fakta bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang! 

Tapi mereka tidak perduli.

Coba pikir, dari mana seorang manusia biasa, guru agama keliling biasa dan bukan dari golongan terhormat memiliki kuasa untuk menyembuhkan yang sakit, mengusir setan, membuat berbagai mukjizat spektakuler, membangkitkan orang mati, mengajar dengan hikmat yg luar biasa dan memiliki kesempurnaan moral dan karakter seperti itu? 

Jangan-jangan Yesus adalah sebagaimana klaim-Nya, yaitu Putra Tunggal Allah, yang menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosa mereka, seperti yg telah dinubuatkan oleh para nabi?!

Kecemburuan, iri hati dan kedengkian telah menutup mata hati dan logika berpikir mereka dari kemungkinan fakta yg demikian. 

Markus 15:10 
"Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki."

Dengki = phthonos (phtheirō) 
Yang dapat bermakna rusak secara moral

Kata ini dalam PB dapat juga bermakna "menjauhkan orang Kristen dari pengetahuan (akan Firman Tuhan atau kehendak Tuhan) dan kekudusan yang mana seharusnya wajib ditaati"

Amsal 14:30
"Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang."

Iri hati dan kedengkian akan seseorang yg tampaknya lebih berhasil dari diri sendiri telah menutup pintu hati dan pikiran terhadap berbagai fakta akan kebaikan orang tersebut. 

Iri hati dan kedengkian merusak iman seseorang dan menjauhkannya (bahkan menolaknya) dari pengenalan akan Allah dan kehendak-Nya. 

JANGAN IRI HATI dan DENGKI YA

Setiap orang unik dan diberkati Tuhan dengan keunikannya sendiri.
 
Fokuslah kepada kelebihan diri sendiri daripada kepada kelebihan orang lain

Karena ketika kita fokus kepada kelebihan orang dan membandingkannya dengan kekurangan diri sendiri, maka kenegatifan akan menguasai diri, ditandai dengan tertutupnya mata hati dan pikiran terhadap kebaikan orang lain. 

Dan tidak akan ada hasil atau karya yg baik akan tercipta dari kenegatifan. 

Iri Hati dan Kedengkian Menghancurkan. 

Keep Winning by Keep Away from Envy! JLI

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

Selasa, 29 Maret 2022

ORANG TULUS Vs. ORANG FASIK Bagian Ke-5 (Terakhir)

Mazmur 11:2-3
(2) Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. 
(3) Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?

Tidakkah Tuhan melihat bahwa hamba-hamba-Nya diperdaya dan sering teraniaya, bahkan terbuang?

Di manakah Tuhan selama ini?

Tidakkah Dia membela hamba-hamba-Nya yang telah dengan tulus melayani?

Apakah yang harus dilakukan oleh orang tulus? 

Kalimat pertama yang Daud katakan di ayat satu adalah "Pada TUHAN aku berlindung".

Tuhan adalah tempat perlindungan yang kokoh. 

Lalu, mengapa Tuhan mengizinkan orang-orang tulus-Nya diperlakukan tidak adil? 

Mazmur 11:4-5 memberitahu kita jawabannya, 

(4) TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia. 
(5) TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. 

Tuhan memanfaatkan orang-orang fasik sebagai ujian bagi setiap orang. 

Ketulusan perlu diuji. 

Namun, bukankah Dia Maha Tahu, lalu perlu apa lagi? 

Begini, menurut saya ujian atau pencobaan bukan buat diri-Nya melainkan sebuah pembuktian bagi diri kita sendiri maupun bagi orang-orang yang kita layani.

Maksudnya, bukankah kita perlu mengetahui dengan bahan apakah kita membangun bangunan iman, kehidupan dan pelayanan sebelum waktunya Tuhan mengadakan perhitungan? 

Ujian adalah cara Tuhan untuk membantu kita mengetahuinya. 

Jangan-jangan tanpa sadar kefasikan sudah merasuki hati, perlahan namun pasti motivasi mulai bergeser. 

Ujian mencelikkan mata sehingga kita sadar akan hal itu. 

Selain itu ujian juga melatih iman agar semakin berakar di dalam kebenaran. 

Hasil dari tahan uji adalah:

2 Korintus 9:13
"Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang."

Kemenangan di dalam ujian membuat orang-orang melihat Tuhan melalui kita, dan kemudian memuliakan-Nya.

Orang memuliakan Tuhan karena salut alias kagum dengan keteguhan kita dalam menjaga nilai-nilai kebenaran.

Ada orang-orang yang memperhatikan perjuangan kita, terberkati dengan keteguhan hati kita, terinspirasi oleh cara hidup kita. 

Mereka inilah yang senantiasa memuliakan Tuhan karena hidup kita. 

Gusti ora sare, Tuhan tidak tidur demikian menurut sebuah ujar-ujar, tenang saja akan ada masanya di mana keadilan datang, 

"Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka." Mazmur 11:6

Tapi itu bukan urusan kita, itu urusan Tuhan, jadi jangan ditunggu dan jangan diharapkan. 

Tetaplah semangat melakukan tugas kita, tetap on the track, Jangan berpaling, orang tulus tidak akan rugi. JLI. 

"Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya." Mazmur 11:7

SELESAI. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

Senin, 28 Maret 2022

ORANG TULUS Vs. ORANG FASIK Bagian Ke-4

Rasa Aman Sejati dan Palsu 

Mazmur 11:2-3
(2) Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. 
(3) Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?

Di manakah Tuhan selama ini?

Tidakkah Dia tahu dan membela hamba-Nya yang telah dengan tulus melayani?

Pertama-tama kita harus melihat ayat pertama, 

Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!" Mazmur 11:1.

Pada bagian kedua, kemarin saya berkata bahwa serangan orang fasik melalui perkataan. 

Mengapa ada kalimat: "Terbanglah ke gunung seperti burung!"

Melihat respon Daud dan keseluruhan kalimat dalam ayat 1 ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa kalimat tersebut adalah godaan orang fasik kepada orang tulus, dalam hal ini adalah Daud. 

Setiap orang memerlukan yang namanya rasa aman. 

Rasa aman menimbulkan rasa nyaman dan tenang. 

Rasa aman ditimbulkan dari jaminan akan kepastian. 

Contohnya, rasa aman akan hari depan muncul karena memiliki tabungan yang berlimpah. 

Rasa aman di tengah pergumulan muncul karena ada jaminan kepastian pertolongan dari seseorang yang lebih berkuasa dari kita. 

Dan masih banyak contoh lain. 

Nah, nasihat untuk "terbang ke gunung" adalah sebuah bentuk jaminan kepastian yang akan menimbulkan rasa aman. 

Namun, Daud menolaknya dengan berkata: 

"Pada TUHAN aku berlindung."

Tuhan adalah tempat perlindungan, Dia dan hanya Dia saja yang seharusnya menciptakan rasa aman di dalam diri kita. 

Orang tulus seringkali bergeser menjadi fasik karena rasa amannya terganggu.

Orang fasik sangat tahu ini, karena saya curiga dahulupun mereka orang-orang yang pernah tulus dan kemudian bergeser 

"lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." Markus 4:19

Ingatlah selalu apa yang dikatakan oleh Asaf di dalam Mazmur 73:25-26

(25) "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi." 
(26) "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya."

Tuhanlah milik kita, pusaka kita, Kebanggan kita, rasa aman kita.

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. JLI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

Di manakah Tuhan selama ini?

Tidakkah Dia membela hamba-Nya yang telah dengan tulus melayani?

Apakah yang harus dilakukan oleh orang tulus? 

Nantikan bagian terakhir, besok.

Minggu, 27 Maret 2022

ORANG TULUS Vs. ORANG FASIK Bagian Ke-3

Tulus Bukan Berarti Bodoh 
Mazmur 11:2-3
(2) Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. 
(3) Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?

Ketulusan kadang kala dianggap sebagai kebodohan, semata-mata hanya karena orang tulus melakukan sesuatu yang tidak populer dan tidak menguntungkan.

Hitungan keuntungan di dalam hati mereka bukanlah secara ekonomi, melainkan apa yang paling menguntungkan bagi kerajaan sorga.

Dan memang orang tulus sering diperdayai oleh orang fasik, oleh karena itu Tuhan Yesus di dalam Matius 10:16 memperingati dan menasihati kita, 

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." 

Kata cerdik atau wise dalam terjemahan KJV, di atas berasal dari kata phronimos, oleh Thayer diartikan bijaksana yang menyiratkan karakter yang berhati-hati. 

Tulus dalam melakukan sesuatu, namun tidak sembrono memercayai semua orang dan ketika melakukan sesuatu. 

Kata phronimos, berkaitan dengan kata sophos, salah satu makna dari kata ini menurut Thayer adalah sebagai membuat rencana terbaik dan menggunakan cara terbaik dalam pelaksanaannya

Jadi, ternyata tulus saja tidak cukup, diperlukan juga kecerdikan.

Begini, diperlukan hati dan niat tulus untuk melakukan sesuatu, namun supaya sesuatu itu jadi diperlukan sebuah kecerdikan.

Supaya kecerdikan tidak berubah menjadi kelicikan yang hanya bertujuan menguntungkan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain, dan supaya menjadi pembeda antara tulus dan fasik, Tuhan Yesus menambahkan kata "tulus seperti merpati", atau 'harmless' sebagai penyeimbang kata "cerdik seperti ular".

Kata tulus di atas berasal dari bahasa Yunani akeraios yang menurut Thayer bermakna pikiran, tanpa campuran kejahatan, bebas dari tipu daya, tidak bersalah, sederhana.

Jadi kecerdikan seperti ular dijaga oleh ketulusan seperti merpati.

Kecerdikan dan ketulusan ini penting, untuk menjaga orang tulus agar tidak dimanfaatkan oleh orang-orang fasik, terutama orang-orang fasik berjubah imam, serigala berbulu domba, dan sebaliknya kecerdikan orang-orang tulus dilindungi oleh hatinya yang tidak ada kejahatan sama sekali.

Kedua kualitas tak terpisahkan ini perlu diperingatkan oleh Tuhan Yesus karena Dia sadar telah mengutus kita "seperti domba ke tengah-tengah serigala".

Bagaimana mungkin kecerdikan anak-anak dunia hanya dilawan oleh ketulusan? Tidak bisa.

"...... Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang." Lukas 16:8b

Tuhan tidak hanya meminta kita untuk tulus dan jujur, namun juga cerdik. JLI. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)  

Bagaimanakah orang tulus dapat tergoda?

Pada bagian mana ketulusan dapat bergeser menjadi kefasikan?

Temukan jawabannya, besok.

Sabtu, 26 Maret 2022

ORANG TULUS Vs. ORANG FASIK Bagian Ke-2

Mazmur 11:2-3
(2) Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. 
(3) Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?

Seperti orang tulus masih banyak, pun demikian dengan orang fasik, (the wicked = râshâ‛) yang dapat diartikan sebagai seseorang yang bertindak salah secara etika maupun agama.

Mereka mungkin juga melayani Tuhan sebagian ada di dalam gereja, namun telah kehilangan "keculunan", hatinya lebih mencari keuntungan diri daripada keuntungan kerajaan sorga.

Secara natural musuh mereka adalah orang-orang yang tulus hati.

Mengapa bisa demikian?

Sederhana, hanya orang-orang tulus hatilah yang secara alami menentang mereka ketika hendak mencari keuntungan pribadi.

Karena kepentingan orang fasik pasti tidak akan diakomodir oleh orang tulus, ketulusan hati nurani mereka tidak akan mengizinkannya. 

Di sini kita melihat ketulusan bukanlah kelemahan, namun kekuatan karakter. 

Tentu kita ingat frasa terkenal yang diucapkan oleh salah seorang mantan pejabat tinggi negeri ini:

"Pemahaman nenek lu!"

Sontak ucapan tersebut menjadi viral, sebuah ucapan yang menggambarkan sikap penolakan tegas terhadap kepentingan diri sendiri dan golongan.

Dibutuhkan sebuah keberanian untuk menentang kefasikan. Pengecut tidak akan pernah mampu melakukannya. 

Tidak herankan kalau orang tulus pasti dimusuhi oleh orang fasik?

Nah, bagaimanakah cara orang fasik menyerang orang tulus? 

Kita mesti melihat ke ayat 3
"Apabila dasar-dasar dihancurkan".

Apa itu dasar?

Kata dasar di sana berasal dari bahasa Ibraninya shâthâh yang menurut Strong's secara figuratif berarti sebuah dasar moral.

Kenapa orang tulus tidak cari untung?

Karena dasar moralnya adalah dia bekerja bagi Tuhan untuk melayani sesama.

Mereka "membuang diri ke ladang Tuhan" demikian kata sebuah lagu, sehingga menempatkan keinginan kaya raya dan terkenal ke poin yang paling buncit dalam daftar keinginan. 

Siapa sih yang tidak ingin punya banyak uang? 

Namun, orang tulus tidak mau meraihnya dengan mengorbankan dasar moral atau nilai-nilai luhur dari kasih mula-mula. 

Nah, dasar moral inilah yang coba dihancurkan oleh orang-orang fasik.

Karena ketika dasar moral orang tulus bergeser, maka mereka dapat diajak bekerja sama untuk mendatangkan keuntungan pribadi.

Kalau masih dapat diajak berkawan, bereslah barang itu.

Kalau orang tulus keukeuh tidak mau maka akan disingkirkan.

Dengan licik orang fasik memanah orang tulus di "tempat gelap" (ôphel = menurut BDB Dictionary secara figuratif bermakna kesuraman spiritual).

Ada kalanya orang-orang tulus juga mengalami getir hati, kecewa dan putus asa.

Nah, kala itulah orang fasik menarik panahnya dan membunuh orang tulus.

Gambaran anak panah orang fasik menurut saya adalah perkataan yang melemahkan dengan maksud merusak dasar moral orang tulus dan perkataan gosip yang menghancurkan martabat dan reputasi orang tulus.

Ketika dasar moral mengapa orang tulus melakukan segalanya dengan tulus hancur, maka pasti ketulusannya akan bergeser, setelah itu otomatis menjadi culas karena kecewa dan akhirnya entah bergabung dengan orang fasik dengan ikutan menjadi fasik atau pergi meninggalkan pelayanan dan menyangkali panggilannya.

Gosip yang disebar, berbagai kecaman yang diberikan bagaikan ratusan anak panah yang bertubi-tubi menyerang orang tulus, terutama di dalam keadaannya yang memang sedang lemah.

Tujuannya hanya 1, bergabung atau pergi!

Kawan, jangan korbankan idealisme yang kita peroleh dari kasih mula-mula. 

Pasanglah perisai imanmu (Efesus 6:16). 

Orang fasik pasti memiliki gerombolan, demikian juga seharusnya orang tulus. 

Cari komunitas orang-orang tulus yang akan memberikan kekuatan, nasihat, bahkan perlindungan kala kita diserang. 

Please Stay Strong, for The Kingdom Sake. JLI. 

Wahyu 14:13
Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

#PursuingGodsHeart 

Ketulusan terkesan bodoh, karena seringkali diperdayai oleh orang fasik.

Benarkah harus selalu demikian?

Temukan jawabannya, besok dalam kelanjutan renungan harian ini.

Jumat, 25 Maret 2022

ORANG TULUS Vs. ORANG FASIK Bagian Ke-1

Mazmur 11:2-3
(2) Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. 
(3) Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?

Dosen saya Bpk. Pdt. Dr. Erastus Sabdono, M.Th kerap kali berkata di dalam kelas, kira-kira demikian:

"Nak, kalau nanti sudah hebat, sudah berhasil di dalam pelayanan, jangan sampai kehilangan keculunan (culun) kalian."

Maksud beliau adalah ketulusan kasih mula-mula untuk melayani Tuhan dan sesama yang mengantarkan kami sampai sekolah teologi jangan sampai hilang dan berganti keculasan, dengan hitungan untung rugi yang kuat.

Ketulusan hati adalah modal utama maha penting untuk melayani Tuhan dan sesama.

Tidak cari untung, kecuali melihat jiwa-jiwa diberkati dan hidupnya berubah.

Tidak perduli rugi, meski mengorbankan diri, asal melihat jiwa-jiwa bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan.

Masih banyak pribadi-pribadi tulus demikian di dalam pelayanan, terutama mereka yang melayani ditempat-tempat sulit, dan jenis pelayanan yang berat.

Namun, sebenarnya godaan untuk tidak tulus dan menjadi fasik alias cari untung sendiri ada di manapun dan kapanpun. 

Tipuan kekayaan maupun keberhasilan dengan cara supaya kita berubah dari tulus ke fasik 

Ingatlah selalu jangan pernah bergeser sedikitpun. 

Reward sesungguhnya dari segala pengorbanan kita di dunia ini ada di dunia yang akan datang. JLI. 

Mazmur 73:1
"Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya."

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)  

Seperti orang tulus masih banyak, pun demikian dengan orang fasik.

Bagaimanakah mereka menyerang orang tulus?

Ikuti bagian kedua, besok.

Kamis, 24 Maret 2022

BEGINNER MISTAKE

Suatu kali seorang kawan yang juga berprofesi sebagai seorang investor ulung mengalami kerugian.

Dengan senyum kecut beliau menjelaskan kenapa bisa salah perhitungan dan akhirnya rugi besar: "Saya melakukan the beginner mistake," ujarnya

Maksudnya adalah beliau melakukan kesalahan yang biasa dilakukan oleh para pemula yang belum berpengalaman, atau istilah lainnya adalah the rookie mistake.

Kenapa bisa seorang berpengalaman melakukan kesalahan seperti itu?

Ada banyak penyebab, salah satunya adalah terlalu terburu nafsu sehingga mematikan nalar.

Seorang kawan yang juga pemain saham berkata bahwa musuh bermain saham itu diri sendiri. 

Jika seseorang dapat  mengendalikan hawa nafsu sendiri maka akan aman, namun jika sudah dikuasai nafsu, bisa habis-habisan.

Kesalahan pemula jika bisa diakibatkan oleh kesombongan karena menganggap diri sudah bisa bahkan piawai sehingga kurang hati-hati.

Been there, done that mentality, alias mentalitas sudah pernah mengalami dan melakukan segalanya. 

Saya alami ini ketika menyetir mobil turun dari parkiran sebuah gedung yang agak sempit, merasa bisa dan piawai akhirnya lalai, akibatnya bagian samping mobil baret lumayan parah akibat bergesekan dengan tembok.

Entah sudah berapa kali saya melewati jalan kecil tersebut, namun kali ini konsentrasi saya teralihkan dengan hal lain.

Seorang pengemudi berpengalaman seharusnya selalu berkonsentrasi terhadap bagaimana dia mengendarai kendaraannya di jalanan dan haram hukumnya jika konsentrasinya teralihkan, oleh gawai pintar misalnya.

Itulah beginner mistake.

Dalam kehidupan rohani sering kali seseorang terpancing untuk melakukan beginner mistake.

Penyebabnya?

Ya itu tidak jauh-jauh dari terburu nafsu dan sombong menganggap diri tidak mungkin bisa jatuh, sudah dewasa rohani, sudah kenyang makan asam garam dunia pelayanan, tidak mungkin tergoda, dlsb.

Kenyataannya?

Lagi-lagi beginner mistake.

Jadi seharusnya seseorang wajib harus selalu mawas diri.

Bagi yang melakukannya, mesti segera sadar, lalu bertobat, buat pemberesan dengan Tuhan dan diri sendiri, lalu lanjutkan hidup.

Jadikan kegagalan itu pelajaran hidup.

Bagi yang melihat kawannya sedang melakukan beginner mistake, maklumi saja, jangan hakimi, temani, hibur dan bantu dia berjalan lagi, melangkah lagi.

Tentunya si kawan harus rendah hati menerima dan mengakui kesalahannya. 

Semoga kesalahan pemula yang dilakukannya tidak fatal-fatal amat.

Jikalau fatal, tentu penyelesaiannya akan bertambah rumit.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Jumat, 18 Maret 2022

PRO KONTRA PENDAPAT MANUSIA

Seperti keping uang logam yang memiliki 2 sisi, begitulah manusia dan pendapatnya. 

Selalu ada pro kontra akan sesuatu atau seseorang. 

Dari hal lumrah ini ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil:

1. Kita tidak bisa menyenangkan semua orang.

Selalu akan ada pro dan kontra terhadap diri kita dan apa yang kita lakukan. 

2. Take it easy untuk setiap kontra, yang penting kita sedang mengejar/melakukan kebenaran. 

3. Jangan buru-buru berasumsi negatif tentang seseorang atau sesuatu hanya karena kita mendengarnya lebih dahulu daripada hal-hal yang positif, begitu pula sebaliknya. 

4. Jikalau penting, dengarkan dan pelajari keduanya, baru ambil kesimpulan, jikalau tidak, tinggalkan dan lupakan,  Arahkan energi untuk hal yang lebih penting. 

5. Mana yang lebih sering kita dengar dari orang yang sama? Hal-hal negatif atau positif? Jikalau sering negatif, jangan-jangan memang sumber kenegatifan berasal dari dalam dirinya, dan bukan dari obyek yang sedang dibicarakan. Aplikasikan juga pada diri sendiri. 

6. Setiap orang pasti pernah dan akan mengalami good day atau bad day.

Jangan berasumsi terlalu cepat terhadap seseorang yang tidak atau baru kita kenal, mungkin hari itu mereka sedang mengalami bad or good day. 

7. Meski menyebalkan, namun kadang kita mesti mendengarkan kontra, untuk evaluasi diri, agar diri menjadi lebih baik. 

8. Tentang diri sendiri mana yg lebih banyak?  Pro atau kontra?

Jika kontra ada baiknya evaluasi diri dan juga evaluasi sekeliling, jangan-jangan kita dikelilingi oleh para haters?

Jika pro, ada baiknya periksa sekeliling juga, siapa tahu kita dikelilingi oleh penjilat atau memang kita baik adanya, jika demikian santai aja, do our best like usual. 

9. Bagaimana membedakan penjilat dan pro sejati?

Para penjilat akan tetap pro meski kita salah, asal tetap menguntungkan dirinya sendiri. Pro sejati memiliki keberanian untuk mengoreksi. 

10. Ingatlah para pro belum tentu duduk sebaris dengan kita. Sebaliknya para kontra belum tentu duduk berhadapan dengan kita.

Ingatlah adalah Brutus yang menusuk Julius Caesar. 

11.Ingatlah para nabipun memiliki haters.

So once again take it easy.

It is not always about you, it is sometimes, even many times just the way people are and the way things going on in this world.

Kamis, 17 Maret 2022

KETERKAITAN PB dan PL

2 Yohanes 1:5
"Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu — bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya — supaya kita saling mengasihi." 

Perhatikan kalimat "bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya."

Perintah yang sudah ada, kemudian ditulis ulang, diingatkan kembali.

Ada di mana perintah yang pernah ada sebelumnya itu?

Ternyata ada di Yohanes 13:34-35
(34) "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." 
(35) "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Di dalam Alkitab banyak ayat-ayat seperti ini yang dapat kita temukan jejaknya di kitab-kitab yang tertulis lebih dahulu, seperti di atas contohnya, perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya diingatkan ulang kepada jemaat.

Atau ayat di dalam PB dapat kita temukan jejaknya di PL.

Karena memang Kekristenan juga berakar dari PL.

Contohnya adalah 1 Petrus 1:16
"sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

Beberapa orang salah menafsirkan ayat ini, seolah-olah Petrus sedang berkata bahwa kita kudus karena Allah itu kudus.

Jadi karena Allah Kudus, maka kita sebagai pengikut-Nya jadi auto kudus.

Jadi kekudusan kita tidak ada urusannya dengan semua perbuatan baik atau berbagai usaha untuk hidup benar, semata-mata karena kita auto Kudus. Nah, ini merupakan sebuah kekeliruan besar dalam mengartikan ayat tersebut. 

Mereka lupa ada kalimat "Sebab ada tertulis" pada ayat di atas.

Tertulis di mana?

Ternyata tertulis di dalam Imamat 11:44
"Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi."

Dari sini kita tahu bahwa Petrus tidak ujug-ujug dapat hikmat entah darimana menuliskan ayat di atas, melainkan beliau merujuk kepada ayat di dalam PL.

Para pembaca Petrus, pasti mengerti yang dimaksud dengan kalimat "kuduslah kamu, sebab Aku Kudus."

Karena mereka orang-orang Yahudi yang terdidik di dalam Taurat, tapi kita? Pasti tidak mengerti sebagaimana mereka mengerti, semata-mata karena kita bukan orang Yahudi yang tidak terdidik di dalam Torah. 

Dari melihat sumber aslinya kita bisa mengerti bahwa yang dimaksudkan oleh Petrus bukanlah auto kudus, melainkan sebuah tindakan menjaga kekudusan sebagai sebuah konsekuensi bertuhankan Allah Yang Maha Kudus.

Nah, tindakan menguduskan diri pada masa itu ada aturannya di dalam Taurat, seperti tidak makan binatang yang dilarang, tidak menyentuh mayat atau darah, dlsb.

Maka dari konteksnya kita tahu bahwa ayat di dalam 1 Petrus 1:16 itu sama sekali tidak sedang berbicara mengenai auto kudus.

Secara doktrinal, tindakan pengudusan Tuhan kepada manusia terjadi ketika oleh Roh Kudus seseorang sadar akan dosa-dosanya, kemudian melihat kepada korban Kristus di kayu salib, dan mengakui serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya (sanctification by Holy Spirit).

Inilah pengudusan dari Tuhan.

Cukupkah?

Setelah itu ada tindakan praktis untuk kita menjaga kekudusan tersebut dengan membenci dosa, dengan cara tidak lagi hidup dengan cara lama, hidup benar, hidup di dalam pertobatan.

Kira-kira seperti itu. 

Keterkaitan beberapa ayat PB dan PL ini  menjadi alat ukur alias kanonisasi bagi bapa-bapa gereja untuk memilah mana kitab yang sekedar tulisan, dan mana kitab yang memiliki bobot ilahi.

Contoh Kanon, apakah Tuhan Yesus dan Para Rasul pernah mengutip kitab tersebut? Apakah surat atau kitab tersebut dipakai secara umum oleh gereja-gereja Purba pada masa itu? Dan ada berbagai alat ukur lainnya.

Silakan baca buku-buku mengenai bibliologi.

Berbagai kitab yang terpilih itu kemudian jadi sebuah buku besar bernama Alkitab, baik PL maupun PB. 

#KiraKiraBegitu

Selasa, 15 Maret 2022

PROSES MENGHASILKAN BUAH

"Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."

Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.

Buah yang baik adalah akibat dari pohon yang baik, begitu pula sebaliknya, buah yang jelek adalah akibat dari pohon yang jelek.

Namun, bagaimana seandainya buah yang baik tidak dihasilkan secara alami?

Masa kini, buah-buah yang beredar di pasaran dibuat agar terlihat baik alias segar dan terasa manis, padahal itu semua hasil dari zat-zat aditif, lilin yang membungkus buah agar terlihat segar dan mengkilap misalnya, atau cairan gula yang disuntikkan ke dalam buah agar terasa manis, bahkan ditambahkan zat pewarna. 

Dari sini saya percaya kita akan setuju bahwa proses menjadikan buah yang siap di pasaran jauh lebih penting daripada kualitas sekilas buah tersebut. 

Jika dikaitkan dengan kehidupan atau pelayanan, akan terlihat ambigu jika hanya secara sekilas melihat buah kehidupan atau pelayanan seseorang, tanpa perlu merasa repot melihat bagaimana proses buah tersebut dihasilkan.

Bicara buah pelayanan atau buah kehidupan tentu kita akan melihat kepada prestasi, apakah perusahaan yang dibangun, karir, gereja besar dengan jemaat yang berlimpah, jadwal khotbah yang padat, dlsb.

Banyak kita akan terkagum-kagum melihat berbagai prestasi tersebut, tanpa perlu melihat bagaimana semua itu diraih.

Bagaimana seandainya proses meraih prestasi itu dilakukan dengan cara yang tidak baik, mengorbankan orang lain, bahkan melanggar hukum. 

Fokus pada buah dan bukan proses ini telah berjasa memudarkan idealisme kasih mula-mula banyak orang.

Yang dahulu setia dan tulus, sekarang mengejar nama dan uang.

Yang dahulu setia di dalam proses, kini lebih suka sesuatu yang instan.

Yang dahulu fokus terhadap jiwa-jiwa, zaman now fokus terhadap keuntungan diri.

Kebanggannya adalah buah jadi dan bukan proses, terlihat dari pamer pelayannya di berbagai platform media.

Bagaimana jika kebanggaan dirubah ke hal-hal yang berbeda dan tidak populer, seperti dahulu mudah marah bahkan terhadap hal-hal kecil, setelah setahun melatih diri sekarang lebih sabar, di verifikasi oleh orang-orang dekat.

Dahulu perhitungan, sekarang bisa berbagi bahkan ketika keadaan pas-pasan.

Dan masih banyak yang lainnya.

Yah, hal-hal kecillah yang tidak layak untuk diposting di sosmed. 

Intinya sih, meski penting, namun PROSES JAUH LEBIH PENTING DARIPADA HASIL. JLI.

#KiraKiraBegitu 
#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Senin, 14 Maret 2022

BANGKIT dan MENJADI TERANG

Yesaya 60:1
TB LAI 
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu." 

NIV
“Arise, shine, for your light has come, and the glory of the Lord rises upon you."

THE MESSAGE
“Get out of bed, Jerusalem! Wake up. Put your face in the sunlight. God ’s bright glory has risen for you."

AMPLIFIED
“Arise [from spiritual depression to a new life], shine [be radiant with the glory and brilliance of the Lord ]; for your light has come, And the glory and brilliance of the Lord has risen upon you."
(“Bangkitlah [dari depresi spiritual ke kehidupan baru], bersinar [bersinarlah dengan kemuliaan dan kecemerlangan Tuhan];  karena terangmu telah datang, Dan kemuliaan dan kecemerlangan Tuhan telah naik atasmu.)

Kata bangkit diterjemahkan dari kata Ibrani qûm yang memang dapat diterjemahkan dengan kata 'bangkit' yang berkonotasi tadinya duduk, bukan duduk santai, melainkan duduk terjerembab, letih dan lesu, takut, cemas, dan berbagai kenegatifan lainnya.

Bangkit! Jadi jawaban, menyatakan diri, bertanggung jawab.

Kenapa harus bangkit?

Kata bangkitlah ditujukan bukan kepada setiap orang, melainkan kepada anak-anak Tuhan.

Jangan ikut-ikutan takut, bangkit, jadilah terang, bangkit dan ambil tanggung jawab, bangkitlah dan jadi jawaban.

Kamu harus bangkit, karena tanggungjawabmu untuk menjadi terang bagi sesama, inilah waktunya kamu menjadi jawaban, waktunya bersinar.

Menjadi terang, karena ada kegelapan yang berkuasa, menakutkan semua orang.

Adalah wajar menjadi takut, cemas, lemas dan terduduk lemah dan lunglai, seperti semua orang lainnya.

Namun, Anda bukan semua orang lainnya, Anda berbeda, Anda adalah anak-anak terang, anak-anak Tuhan, orang-orang yang memiliki pengharapan di dalam Tuhan yang hidup dan berkuasa.

Terang bersinar paling cemerlang di tengah-tengah kegelapan.

Terang Tuhan telah datang, bangkitlah, jadilah terang bagi sesama.

Menjadi terang berarti menjadi berkat bagi sesama, maksudnya memiliki hidup yang bermanfaat bagi sesama.

Pada masa-masa sulit, bangkitlah, tunjukkan keberanian diri, ketenangan yang lahir dari kedalaman hubungan dengan Tuhan dan Juru Selamat.

Berbagilah, bermurah hatilah, berdoalah, bagi sesama.

Ini kesempatan untuk bersinar terang.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
#AllAboutJesus

Jumat, 11 Maret 2022

TUHAN BERTANYA

Tuhan bertanya?

Ya, bahkan Tuhanpun bertanya.

Namun, berbeda dengan kita, Tuhan bertanya bukan karena Dia tidak tahu, Dia bertanya supaya kita tahu atau sadar.

Contohnya di Taman Eden, Tuhan bertanya kepada Adam,

"Di manakah Engkau?" (Kej. 3:9)

Pertanyaan ini diajukan bukan karena Tuhan tidak tahu posisi keberadaan fisik, melainkan (menurut saya) Tuhan ingin Adam dan Hawa sadar bahwa posisi keberadaan rohaninya telah jatuh dan sebenarnya telah tersingkir dari hadirat-Nya.

Kedua, pertanyaan ini adalah sebuah bentuk pernyataan dan pada saat yang bersamaan juga merupakan sebuah satire mengenai hubungan yang rusak atau dirusak karena perbuatan manusia sendiri, ditandai oleh Adam dan Hawa bersembunyi dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu karena takut dan malu. 

Tuhan ingin Adam tahu bahwa posisinya sekarang sudah berbeda, yang secara otomatis sudah terusir sebelum Tuhan secara resmi mengusirnya dari Taman Eden.

Selain itu pertanyaan juga sebuah bentuk kepedulian dan perhatian.

Ketika Tuhan bertanya sebenarnya Dia hendak mengoreksi hidup kita karena Dia perduli.

Sebuah bentuk arahan atau peringatan halus supaya kita tidak melenceng terlalu jauh atau juga supaya kita melakukan tindakan antisipatif dan prefentif karena adanya potensi melenceng.

Singkatnya Tuhan bertanya dan umat-Nya harus belajar mendengar.

Tuhan, memberi manusia dua telinga dan satu mulut, supaya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Pun ketika berdoa seharusnya demikian, kita lebih banyak mendengar Tuhan, daripada membombardir surga dengan kata-kata. JLI. 

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Rabu, 09 Maret 2022

KARUNIA Vs. KARAKTER, MANA LEBIH PENTING?

Apa perbedaan antara meninggalkan dan menanggalkan? 

Meninggalkan adalah pergi dari sesuatu di luar diri. 

Sementara menanggalkan berarti melepaskan sesuatu yang melekat di dalam diri atau menempel di diri 

Kedua perbedaan itu kadang berkolaborasi menjadi satu, kemudian menjadi sebuah tantangan berat bagi setiap orang yang mau menjadi pengikut Tuhan Yesus. 

Matius 16:24
"Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." 

Gaya hidup yang kita hidupi, segala hal yang kita miliki, apakah itu teman, status sosial, maupun harta adalah sesuatu di luar diri, artinya sesuatu yang harus kita tinggalkan kalau mau ikut Tuhan. 

Namun, baik teman, status sosial maupun harta memiliki ikatan di dalam jiwa, sehingga bukan hanya harus kita tinggalkan, namun juga tanggalkan dari dalam hati. 

Untuk meninggalkan dan menanggalkannya kita perlu menyangkal diri. 

Kenapa? 

Karena setiap hal yang menghalangi kita untuk bisa mengikut Tuhan dengan maksimal memiliki hitung-hitungannya sendiri. 

Berat, karena kita pikir itu menguntungkan diri. Makanya kita perlu sangkal segala asumsi diri dan mentaati Tuhan. 

Lalu pikullah salib, artinya kita meninggalkan dan menanggalkan sesuatu yang kita anggap menguntungkan diri, lalu menukarnya dengan kehidupan baru yang kita anggap merugikan diri. 

Padahal apa yang kita akan dapatkan  akan amat sangat lebih indah dan mulia daripada yang kita tinggalkan dan tanggalkan. 

Sebagaimana yg Rasul Paulus katakan di dalam Filipi 3:7 
"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus."

Tuhan Yesus mengajak kita untuk memiliki pikiran-Nya (1 Kor 2:16), berpikir sesuai rasionalitas ilahi bukan duniawi. 

Segala kenikmatan duniawi akan sirna dan tidak akan membawa kita ke mana-mana, bahkan membuat kita kehilangan yang paling berharga, yakni kehidupan. 

Matius 16:25 
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya."

Pada akhirnya setiap manusia akan di hakimi menurut perbuatannya, tak perduli percaya atau tidak, suka atau tidak. 

Matius 16:27 
"Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya."

Dari sudut pandang ini kita akan menyadari bahwa ikut Tuhan dan pikul salib bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah kesempatan untuk memiliki hidup yang sejati sesuai standar Sang Pemilik Kehidupan, lolos dari penghakiman Tuhan dan mendapatkan reward yang mulia. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

MENANGGALKAN dan MENINGGALKAN

Apa perbedaan antara meninggalkan dan menanggalkan? 

Meninggalkan adalah pergi dari sesuatu di luar diri. 

Sementara menanggalkan berarti melepaskan sesuatu yg melekat di dalam diri atau menempel di diri 

Kedua perbedaan itu kadang berkolaborasi menjadi satu, kemudian menjadi sebuah tantangan berat bagi setiap orang yg mau menjadi pengikut Tuhan Yesus. 

Matius 16:24

"Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." 

Gaya hidup yg kita hidupi, segala hal yg kita miliki, apakah itu teman, status sosial, maupun harta adalah sesuatu di luar diri, artinya sesuatu yg harus kita tinggalkan kalau mau ikut Tuhan. 

Namun, baik teman, status sosial maupun harta memiliki ikatan di dalam jiwa, sehingga bukan hanya harus kita tinggalkan, namun juga tanggalkan dari dalam hati. 

Untuk meninggalkan dan menanggalkannya kita perlu Menyangkal diri. 

Kenapa? Karena setiap hal yg menghalangi kita untuk bisa mengikut Tuhan dengan maksimal memiliki hitung-hitungannya sendiri. 

Berat, karena kita pikir itu menguntungkan diri. Makanya kita perlu sangkal segala asumsi diri dan mentaati Tuhan. 

Lalu pikullah salib, artinya kita meninggalkan dan menanggalkan sesuatu yg kita anggap menguntungkan diri, lalu menukarnya dengan kehidupan baru yg kita anggap merugikan diri. 

Padahal apa yg kita akan dapatkan  akan amat sangat lebih indah dan mulia daripada yg kita tinggalkan dan tanggalkan. 

Sebagaimana yg Rasul Paulus katakan di dalam Filipi 3:7 
"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus."

Tuhan Yesus mengajak kita untuk memiliki pikiran-Nya (1 Kor 2:16), berpikir sesuai rasionalitas ilahi bukan duniawi. 

Segala kenikmatan duniawi akan sirna dan tidak akan membawa kita ke mana-mana, bahkan membuat kita kehilangan yg paling berharga, yakni kehidupan. 

Matius 16:25 
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya."

Pada akhirnya setiap manusia akan di hakimi menurut perbuatannya, tak perduli percaya atau tidak, suka atau tidak. 

Matius 16:27 
"Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya."

Dari sudut pandang ini kita akan menyadari bahwa ikut Tuhan dan pikul salib bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah kesempatan untuk memiliki hidup yg sejati sesuai standar Sang Pemilik Kehidupan, lolos dari penghakiman Tuhan dan mendapatkan reward yg mulia. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Selasa, 08 Maret 2022

REVIVAL ZAMAN NOW

Saya pernah mengalami lawatan Roh Kudus ketika remaja dulu.

Berbagai pengalaman supranatural yang mengikuti bahkan hingga bertahun setelahnya membantu akar iman saya mencengkram kuat di tanah Pentakostalisme.

Kala itu salah satu isu yang mencuat dan saya gumuli adalah revival atau kebangunan rohani.

Saya berdoa supaya kebangunan rohani terjadi atas gereja di mana kami melayani, atas kota dan bangsa.

Segala macam doa saya jalani, doa di gereja, doa keliling, doa puasa, segala jenis roh sudah kami tengking, doa pelepasan, dlsb.

Buku-buku karangan Peter Wagner dan terutama Owen Murphy yang menceritakan berbagai kebangunan rohani di seluruh dunia dan tak lupa video transformasi bajakan yang biasa dijual kala acara KKR, turut berjasa membentuk opini apa dan bagaimana seharusnya kebangunan rohani tersebut.

Tanpa sadar mereka membentuk sebuah blue print bahwa kebangunan rohani itu harus seperti itu, dan kala itu tak terjadi keraguan dan kekecewaan mulai muncul.

Ide mengenai kebangunan rohani sampai sekarang menurut saya tetap relevan, namun apakah itu akan terjadi persis seperti di buku-buku atau video kisah kota Almolonga?

Nah, itu yang saya ragukan.

Dunia berubah, zaman berubah, masyarakat berubah, dan Tuhan sangat kreatif karena Dia adalah Sang Kreator.

Menurut saya Tuhan akan bertindak dengan cara yang berbeda.

Bukan lagi khotbah-khotbah KKR lapangan yang menampilkan seorang, ya hanya 1 orang pembicara hebat, di beberapa tempat KKR lapangan sudah sangat tidak memungkinkan dan kurang efektif, disamping superstar rohani seringkali jatuh ke dalam skandal baik seks maupun keuangan. 

Saya percaya kebangunan rohani sekarang bukan lagi superstar namun super team, super Christian. 

Tidak terjadi di KKR apalagi di dalam gereja, namun akan terjadi di market place, dunia kerja, dunia karya, di mana iman Kristen dipraktikkan secara nyata, di mana tantangan secara nyata di hadapi dan harus diatasi. 

Di mana iman Kristen bukan lagi di bahasakan hanya melalui doa dan dogma, melainkan sebuah karya nyata, bisa berupa karya seni, esai, buku, blog, film pendek atau bioskop, bahkan demonstrasi buat keadilan dan lingkungan hidup. 

Mimbar Kristen bukan lagi melulu dan hanya gereja, melainkan dunia politik, arena olah raga, pertelevisian, blog, YouTube, galeri seni, panggung-panggung seni gerak dan lagu, sekolah atau kampus, dlsb. 

Pelayanan bukan lagi melulu sekolah minggu, WL, singer, kolektan, dll, namun, profesi mereka adalah pelayanan mereka. 

Kemungkinan besar mereka tidak lagi atau jarang mengutip apa kata Louis Berkhoff, Luther atau Calvin, sebaliknya mereka akan lebih banyak mengutip apa kata Tim Tebow, Stephen Curry atau Mel Gibson, atau bahkan nama-nama yang asing bagi para ayah dan Opa. 

Lalu apa peran gereja? 

Masih adakah gereja? 

Masihkah gereja relevan bagi generasi sekarang dan nanti? 

Bagi Anda yang anti gereja, kecewa dengan gereja, apatis dengan gereja, nyinyir terhadap gereja daaann... diam-diam masih cari nafkah di dalam gereja hehehehehehehe.... 

Manurut saya gereja masih akan ada dan tetap akan ada, dan Tuhan masih mempercayakan gereja, semata-mata karena Dia yang punya gereja. 

Gereja adalah bisnis-Nya. 

Sepanjang sejarah gereja Tuhan sudah beberapa kali mereformasi gereja-Nya, namun gereja hanya berubah dan tetap seperti sekarang. 

Tidak kurang-kurang tokoh semacam Marthin Luther, Zwingli, Calvin mereformasi gereja, namun gereja ya sama saja. 

Secara spirit mungkin berubah, namun bentuk hirarki sama. 

Pergerakan macam methodisme, pietisme, holiness movement dan Pentakostalisme, bahkan karismatik melanda dunia, dan gereja ya sama saja. 

Jadi, yang ingin merubah wujud gereja, lupakan saja.

Reformasi praktik busuk di dalamnya dan berikan contoh bagaimana seharusnya praktik gereja yang benar, daripada meracuni orang dengan konsep gereja baru, seperti ibadah di rumah misalnya.

Lalu, apa peran gereja?

Menurut saya, gereja menjadi semacam training center, di mana Jemaat diperlengkapi secara rohani melalui firman dan urapan, termasuk mungkin pengetahuan akan hal-hal praktis yang akan berguna di dunia kerja dan karya.

Sehingga berita dari mimbar gereja tidak melulu dikuasai oleh masalah doktrinal, namun juga pesan-pesan yang membangun kesadaran jemaat akan misi dunia kerja dan dunia karya.

Tidak heran gereja-gereja yang memperlengkapi dan memotivasi jemaatnya dengan pesan-pesan positif yang relevan dengan dunia nyata, semakin digandrungi oleh orang. 

Jadi, berhentilah mengagungkan atau mengkultuskan ajaran sendiri, sambil menyesat-nyesatkan ajaran kelompok lain, atau kalau tidak bisa karena takut kekurangan bahan khotbah, cukup kurangi.

Perbanyak pesan-pesan bagaimana menjadi garam dan terang di dunia nyata. 

Bayangkan jemaat yang diperlengkapi oleh hal-hal rohani, penuh urapan dan visi ini bekerja dan berkarya di bidang mereka, kebangunan rohani akan melanda ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Daya ledaknya pasti akan lebih dahsyat. JLI. 

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

Minggu, 06 Maret 2022

PERJALANAN MENCARI GEREJA YANG SEMPURNA


"Ah, gembalanya payah, gak punya visi!"

"Ah, khotbahnya bikin ngantuk!"

"Anak-anak gereja sini gak keren!"

"Ah, praise and worship-nya jelek!"

"Jemaat sini mengecewakan!" 

"Gereja itu seharusnya bla..bla..bla..

Pernah mendengar kalimat-kalimat demikian? Atau malah mengucapkannya?

Setelah itu dimulailah perjalanan cek gereja sebelah, dan sebelahnya, lalu sebelahnya, sampai akhirnya lelah sendiri, kepahitan, jelek-jelekin gereja, mengeneralisir setiap gereja dan hamba Tuhan secara sepihak, jelek, mata duitan, hamba uang, pro orang kaya, dll.

Bagaimana jika saya katakan TIDAK ADA GEREJA YANG SEMPURNA!

Karena gereja dikelola oleh manusia-manusia yang belum sempurna dan dikunjungi oleh orang-orang yang juga tidak sempurna.

Nah, bagaimana mau sempurna, wong pengelolanya saja belum sempurna?

Bagaimana mungkin yang belum sempurna menyuguhkan yang sempurna?

Nah, pengunjung gereja, baik yang hendak beribadah maupun yang mencari kesempurnaan juga orang-orang yang belum sempurna. 

Lalu bagaimana mungkin dapat menemukan kesempurnaan sementara mencarinya dengan kaca mata ketidaksempurnaannya?

Bahkan, Tuhan yang sempurnapun jadi tidak sempurna kelihatannya.

Loh koq bisa?

Buktikan?!

Gampang saja, 

Berapa sering kita komplain ke Tuhan manakala rencana kita berbeda dengan rencana-Nya?

Minta naik, malah turun.

Minta berkat malah sepertinya rugi besar.

Minta sembuh malah meninggal.

Minta nikah malah diselingkuhi.

Hayooooo.... Siapa yang pernah kecewa sama Tuhan?

Kekecewaan kita itu sebenarnya adalah perwujudan komplain dari ketidaksempurnaan kita terhadap rencana yang sempurna dari Allah yang Maha Sempurna.

Jadi perjalanan mencari gereja yang sempurna adalah sebuah kesia-siaan.

Batalkan saja niat itu.

Sepanjang pengetahuan saya, gereja yang sempurna itu adalah:

1. Gereja di mana kita tidak ada di dalamnya.
Gara-gara kita hadir gereja yang sempurna itu jadi tidak sempurna lagi.

2. Gereja yang sempurna itu adalah gereja di mana kita tutup mata dan tutup mulut akan ketidaksempurnaannya.
Dengan lain kata, kita memaklumi ketidaksempurnaannya.

3. Gereja yang sempurna itu, gereja di mana kita hanya jadi pengunjung saja.
Tidak terlibat di dalam dapur pelayanannya, sehingga tidak mengetahui bagaimana proses dari tidak ada sampai jadi ada produk berupa pelayanan.

Datang, nikmati ibadah lalu pulang.

4. Gereja yang sempurna itu ada sampai kita menyadari bahwa itu hanya ilusi yang ditimbulkan akibat ketidaksempurnaan diri sendiri. 
Makna gereja itu kumpulan orang-orang yang berseru kepada Tuhan, atau yang kedua gereja itu adalah diri kita sendiri. 

Jadi ketika ada gereja yang dirasa kurang sempurna, berhentilah bertanya salah pendeta atau pengurus gereja di mana? 

Mulailah bertanya, andil saya di mana sehingga jurang sempurna dan ketidaksempurnaan ini menjadi semakin lebar saja. 

5. Gereja yang sempurna (paling tidak, kita berhenti komplain) akhirnya tercipta ketika ada kesadaran bahwa kita semua hanyalah makhluk tidak sempurna yang sedang berjuang menjadi sempurna. 
Jadi terimalah dengan lapang dada gereja di mana kamu terpanggil untuk beribadah di dalamnya.

CATATAN:
Tulisan ini BUKAN sebagai sebuah pembenaran bagi makhluk-makhluk jahat yang memang menjadi parasit berbahaya bagi gereja Tuhan. 

Anda orang jahat dan sedang berbuat jahat dengan mencari keuntungan pribadi di dalam gereja, meski dengan mengorbankan orang lain.

Sudah jangan berlagak pilon, Andalah orangnya yang semakin melebarkan jurang antara kesempurnaan dengan ketidaksempurnaan.JLI.

#KiraKiraBegitu.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

Sabtu, 05 Maret 2022

YUNUS Bagian Ke-9

Yunus Bagian 9

KASIH TUHAN YANG LUAR BIASA

Bagaimana respon Tuhan melihat tobat nasional orang Niniwe:

"Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya." Yunus 3:10

Lalu bagaimanakah respon Yunus:

(1) "Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia."
(2) "Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya."
(3) "Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup." 
Yunus 4:1-3

Alih-alih senang dan bangga karena tugasnya sukses, Yunus malah ngomel, ngedumel dan ngambek kepada Tuhan.

Dengan sabar Tuhan mengajarkan Yunus mengenai hati-Nya yang penuh kasih dan sayang kepada bangsa-bangsa selain Israel:

(10) "Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula."
(11) "Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" Yunus 4:10-11

Kisah Yunus menjadi seperti sebuah penegasan akan karya Kristus yang mati bagi semua bangsa dan tugas gereja yang mengabarkan kabar baik tersebut sampai ke ujung bumi.

Kasih Tuhan luar biasa.

Jangan salah, Tuhan memang penuh kasih dan pemurah dalam memberi ampunan bagi yang mau bertobat, namun, kasih-Nya tidaklah murahan.

Ayo, kita hargai kasih Tuhan dengan hidup benar dan menjaga anugerah-Nya dengan hidup sungguh-sungguh bagi Tuhan. JLI. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

#JonahTheSeries

Jumat, 04 Maret 2022

YUNUS Bagian Ke-8

Yunus Bagian 8

SEGALA KEMULIAAN HANYA BAGI TUHAN

Sebenarnya apa sih tugas yang Tuhan embankan kepada Yunus? 

Sederhana, Yunus harus pergi ke kota Niniwev

"Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." Yunus 3:4. 

Tugas yang sederhana namun berdaya ledak luar biasa:

"Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Yunus 3:5

Bahkan raja Niniwe memaklumatkan pertobatan nasional, dengan tidak melakukan dosa dan berpuasa, bahkan binatangpun berpuasa. (Yunus 3:6-9).

Sekarang kita pikir, benarkah hanya dengan kalimat sederhana bernada ancaman seperti: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan" mampu menakutkan satu bangsa besar yang terkenal kejahatannya?

Menurut saya tidak.

Lalu?

Pastilah Tuhan ikut andil mengurapi Yunus, sehingga apa yang dia katakan memiliki kuasa.

Lalu mengapa hanya untuk mengucapkan sebuah kalimat pendek demikian Tuhan perlu merepotkan Yunus, sehingga ada drama pelariannya?

Tidakkah Dia mampu melakukannya sendiri?

Mari kita lihat dari sudut pandang yang berbeda.

Dipakai Tuhan adalah sebuah kehormatan.

Begini, Tuhan mampu dan bisa melakukannya sendiri, namun Dia memberi sebuah kehormatan kepada Yunus untuk membantu-Nya, sehingga hal itu menjadi keberuntungan baginya.

Diberi kepercayaan oleh Tuhan adalah sebuah kehormatan, jadi hargailah tugas apapun yang  diembankan-Nya kepada kita.

Ketika pelayanan berhasil, tetaplah rendah hati, karena semua keberhasilan itu karena kuasa-Nya yang menyertai kita.

Kita hanya melakukan bagian kecil saja dari semua keberhasilan itu, sementara Tuhan melakukan porsi terbesar.

Sehingga pantaslah kita memberikan segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan. JLI. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

#JonahTheSeries

Kamis, 03 Maret 2022

YUNUS Bagian Ke-7

Yunus Bagian 7

UKURANNYA BUKAN MAMPU, NAMUN SIAP MENGERJAKANNYA. 

Setelah melewati 'kematian diri' Tuhan menganggap Yunus telah siap. 

Yunus 3:1-2
(1) "Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:" 

(2) "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."

Tuhan memberikan perintah yang sama persis seperti semula, namun kali ini dengan respon yang berbeda

(3) "Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah......."

Respon Yunus pada pasal 1 adalah melarikan diri, namun setelah mengalami kejadian yang membuatnya berserah kepada Tuhan, responnya adalah ketaatan.

Tiap kali, penghalang terbesar bagi seseorang untuk melayani Tuhan dan menggenapkan visi-Nya adalah konsep diri yang salah.

Tuhan tidak butuh orang pandai atau bisa sebutuh Dia akan orang yang taat dan bersedia mengenakan pikiran-Nya.

Ayo belajar untuk menanggalkan konsep diri sendiri dan mulai mengenakan konsep Tuhan.

Lembutkan hati sehingga Roh Kudus dapat perlahan-lahan membentuk hati kita dan mengisinya sesuai konsep-Nya.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

#JonahTheSeries

Selasa, 01 Maret 2022

YUNUS Bagian Ke-6

Yunus Bagian 6

KEMATIAN DIRI YANG MENGHIDUPKAN.

Yunus 1:17
"Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya."

Periode perut ikan adalah masa-masa yang paling menentukan di dalam hidupnya.

Ini adalah fase 'kematian' diri Yunus.

Fase di mana akhirnya dia menyadari segalanya dan  menyerahkan seluruh hidupnya kepada kehendak Tuhan.

Yunus 2:2 
"katanya: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku."

Keseluruhan pasal 2 adalah doanya kepada Tuhan.

Barulah setelah Yunus mengalami fase 'kematian diri' atau pertobatan inilah kemudian di pasal 3 Tuhan kembali memanggilnya.

Ketika Tuhan memanggil, Dia ingin kita menanggalkan semua konsep yang selama ini bercokol di pikiran dan menggantinya dengan konsep-Nya.

Dia ingin kita ikut rencana-Nya dan bukannya Dia yang ikut rencana kita.

Untuk itu Dia perlu membawa kita kepada fase 'kematian diri,' kematian dari seluruh ambisi diri hingga akhirnya kita rela menyerahkan semuanya kepada kehendak-Nya.

Sehingga kita dapat berkata "bukan kehendakku melainkan kehendak-Mu yang jadi."

Ingatlah bahwa kitalah yang melayani-Nya dan bukan sebaliknya. JLI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

#JonahTheSeries