2 Yohanes 1:5
"Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu — bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya — supaya kita saling mengasihi."
Perhatikan kalimat "bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya."
Perintah yang sudah ada, kemudian ditulis ulang, diingatkan kembali.
Ada di mana perintah yang pernah ada sebelumnya itu?
Ternyata ada di Yohanes 13:34-35
(34) "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."
(35) "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Di dalam Alkitab banyak ayat-ayat seperti ini yang dapat kita temukan jejaknya di kitab-kitab yang tertulis lebih dahulu, seperti di atas contohnya, perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya diingatkan ulang kepada jemaat.
Atau ayat di dalam PB dapat kita temukan jejaknya di PL.
Karena memang Kekristenan juga berakar dari PL.
Contohnya adalah 1 Petrus 1:16
"sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."
Beberapa orang salah menafsirkan ayat ini, seolah-olah Petrus sedang berkata bahwa kita kudus karena Allah itu kudus.
Jadi karena Allah Kudus, maka kita sebagai pengikut-Nya jadi auto kudus.
Jadi kekudusan kita tidak ada urusannya dengan semua perbuatan baik atau berbagai usaha untuk hidup benar, semata-mata karena kita auto Kudus. Nah, ini merupakan sebuah kekeliruan besar dalam mengartikan ayat tersebut.
Mereka lupa ada kalimat "Sebab ada tertulis" pada ayat di atas.
Tertulis di mana?
Ternyata tertulis di dalam Imamat 11:44
"Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi."
Dari sini kita tahu bahwa Petrus tidak ujug-ujug dapat hikmat entah darimana menuliskan ayat di atas, melainkan beliau merujuk kepada ayat di dalam PL.
Para pembaca Petrus, pasti mengerti yang dimaksud dengan kalimat "kuduslah kamu, sebab Aku Kudus."
Karena mereka orang-orang Yahudi yang terdidik di dalam Taurat, tapi kita? Pasti tidak mengerti sebagaimana mereka mengerti, semata-mata karena kita bukan orang Yahudi yang tidak terdidik di dalam Torah.
Dari melihat sumber aslinya kita bisa mengerti bahwa yang dimaksudkan oleh Petrus bukanlah auto kudus, melainkan sebuah tindakan menjaga kekudusan sebagai sebuah konsekuensi bertuhankan Allah Yang Maha Kudus.
Nah, tindakan menguduskan diri pada masa itu ada aturannya di dalam Taurat, seperti tidak makan binatang yang dilarang, tidak menyentuh mayat atau darah, dlsb.
Maka dari konteksnya kita tahu bahwa ayat di dalam 1 Petrus 1:16 itu sama sekali tidak sedang berbicara mengenai auto kudus.
Secara doktrinal, tindakan pengudusan Tuhan kepada manusia terjadi ketika oleh Roh Kudus seseorang sadar akan dosa-dosanya, kemudian melihat kepada korban Kristus di kayu salib, dan mengakui serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya (sanctification by Holy Spirit).
Inilah pengudusan dari Tuhan.
Cukupkah?
Setelah itu ada tindakan praktis untuk kita menjaga kekudusan tersebut dengan membenci dosa, dengan cara tidak lagi hidup dengan cara lama, hidup benar, hidup di dalam pertobatan.
Kira-kira seperti itu.
Keterkaitan beberapa ayat PB dan PL ini menjadi alat ukur alias kanonisasi bagi bapa-bapa gereja untuk memilah mana kitab yang sekedar tulisan, dan mana kitab yang memiliki bobot ilahi.
Contoh Kanon, apakah Tuhan Yesus dan Para Rasul pernah mengutip kitab tersebut? Apakah surat atau kitab tersebut dipakai secara umum oleh gereja-gereja Purba pada masa itu? Dan ada berbagai alat ukur lainnya.
Silakan baca buku-buku mengenai bibliologi.
Berbagai kitab yang terpilih itu kemudian jadi sebuah buku besar bernama Alkitab, baik PL maupun PB.
#KiraKiraBegitu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar