Kamis, 11 November 2021

BUAH

Buah itu hasil dari sebuah pohon yang sehat.

Jadi, jangan samakan buah dengan karunia roh, sehebat apapun karunia tersebut. 

Karunia adalah pemberian kepada siapapun, di manapun dan kapanpun oleh Sang Pemberi karunia. 

Sementara sebuah pohon berproses untuk menghasilkan buah, itu bukan pemberian, itu kerja keras si pohon, yang malah tidak terlihat maupun tidak terdengar. 

Proses itu terjadi di dalam, tahu-tahu musim berbuah dia berbuah. 

Demikian dengan buah roh, atau buah kehidupan. 

Ada proses terjadi di dalam diri seseorang, di dalam pergulatan bathinnya, melalui pertobatan dan pengertian yang Roh Kudus bisikan kepadanya, proses ini akan menghasilkan buah yang akan terasa pertama-tama oleh orang-orang dekat. 

Buah itu bukan jadwal pelayanan yang membludak, laris manis.

Hasil dari buah mungkin bisa menjadi penyebabnya, tapi itu bukan buah.

Karena hal-hal demikian bisa diperoleh melalui karunia berkata-kata, dan berbagai karunia lain, bahkan sedikit manipulasi.

Buah sejati tidak akan memanipulasi, atau melakukan berbagai bentuk kecacatan moral dan karakter lainnya.

Dia murni, suci, Kudus dan penuh kebaikan yang diidamkan oleh semua manusia. 

Buah itu akan sama dengan pohonnya, dia tidak akan menjadi buah yang lain.

Pohon mangga akan berbuah mangga, demikian kira-kira.

Jika pohon induk seseorang adalah Roh Kudus dan Firman Tuhan sudah pasti dia akan terasa manis, dan disukai oleh banyak orang. 

Secara singkat dikatakan "tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."

Karena secara akal sehatpun siapa orang di dunia ini yang akan menolak kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 
kelemahlembutan, penguasaan diri?

Namun, jika sebaliknya tentunya sudah dapat dipastikan pohonnya beracun.

Proses berbuah itu dimulai oleh kesadaran di dalam bathin akan kebenaran yang hakiki dan juga kesadaran akan keadaan diri yang jauh dari kebenaran tersebut.

Kemudian kebenaran tersebut diadopsi menjadi sistem nilai yang ditaati bagi kehidupan, yang menjadi dasar darimana dia mengambil keputusan apapun.

Bukan sistem nilai berupa buku berisi seperangkat hukum dan peraturan yang mesti ditaati secara ketat karena ada pahala dan hukuman (punishment and reward) sebagai ganjaran, melainkan sebuah kesadaran diri, sebuah hati yang berubah yang menjadikan respon otomatis manakala rangsangan datang menghampiri, terutama rangsangan negatif.

Kita menyebutnya sebagai lahir baru. 

Sehingga buah adalah juga adalah perlengakapan senjata peperangan antara positif dan negatif, kebaikan dan kejahatan.

Seseorang yang memiliki buah roh akan tetap berdiri tegap manakala godaan negatif datang menyapa, karena dia akan menjadikan kebenaran seperti ikat pinggangnya sehingga pakaian kekudusannya tidak melorot, bertindak bijaksana karena dia menjadikan keadilan bagaika baju zirah yang melindungi hatinya dsri berbuat dan berperilaku jahat terhadap sesama, sehingga otomatis dia membawa Injil damai sejahtera bagi sesama berupa perkataan dan tindakan kasih. 

Buah itu seperti iman yang menjadi perisai perlindungan terhadap nilai-nilai yang dia percayai dan lakukan, supaya dia dapat terus melakukannya meski banyak tantangan. 

Nilai-nilai yang dilakukan itu akan menjadi ketopong keselamatan bagi dirinya dan orang-orang yang terberkati okeh kelakuan mulianya. 

Buah roh yang berupa sistem nilai itu membuatnya menjadi pelaku Firman, seorang prajurit yang memegang pedang Roh.

Percayalah semua itu sangat sulit dilakukan, kecuali oleh orang-orang yang memiliki karakter kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar