Senin, 21 Desember 2020

Catatan Akhir Tahun 2020

Catatan Akhir Tahun 

2020 adalah tahun yang unik, mengkhawatirkan, menakutkan, bikin putus asa, namun juga tahun di mana kami, saya dan istri melihat tangan Tuhan menyertai.

Kami memulai tahun ini dengan sukacita.

Kami merayakan anniversary gereja yang pertama.

Memasuki tahun ini dengan semangat dan antusias.

Pandemi Covid-19 yang hanya kami dengar maupun saksikan melalui media massa akhirnya datang juga ke Indonesia di tahun 2020 ini.

Tiba-tiba, ibadah tatap muka, kami hentikan beralih ke online.

Tidak cukup sampai di sana, di semester awal tahun ini saya dan istri dimampiri oleh virus Corona ini.

Bayang-bayang kematian menguasai diri, kecemasan akan hari esok akan orang-orang yang kami kasihi menjajah iman, seolah tidak ada Tuhan.

Secara harfiah saya lemas, loyo, tak berdaya, secara fisik, jiwa maupun roh.

Namun, pada masa-masa inilah saya merasakan jamahan Tuhan yang memulihkan dan menghidupkan, fisik, jiwa maupun roh, secara harfiah.

Roh saya bangkit, jiwa saya kembali terbakar, fisik secara perlahan namun pasti mengikuti jiwa dan roh, kembali bangkit. 

Benarlah apa yang ditulis oleh kitab suci, 

"Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang." 

Tuhan tidak mengizinkan sumbu roh saya menjadi padam, Dia menyulutnya kembali. 

Puji Tuhan. 

Pada masa-masa kelam itu pula kami mengalami pemeliharaan Tuhan, sekali lagi secara harfiah.

Selama kami isolasi mandiri di rumah, Ibu mertua yang sudah sepuh dan putra putri kami tidak dihinggapi virus ini.

Tuhan menjaga keluarga kami. 

Dia menunjukkan pemeliharaan-Nya, atau bahasa kerennya providentia-Nya.

Tahukah Anda bahwa selama berbulan-bulan sejak Maret, sampai hari ini kami tidak pernah membeli beras?

Tuhan mengirimkan ratusan kilo beras kepada kami melalui orang-orang budiman, yang sebagian merupakan sahabat rasa saudara, beberapa bahkan kami tidak kenal siapa mereka.

Saking berlimpahnya beras, puluhan kilo kami bagi kepada mereka yang membutuhkan, lagi-lagi kami dikirimi beras. 

Tergenapilah apa yang kitab suci firmankan: "berilah maka kamu akan diberi."

Itu baru beras, belum barang-barang lain, seperti makanan matang, vitamin, dll. 

Nyaris sehari bisa 2 atau 3 kali abang ojol meneriakan: "Paket!" di depan pagar rumah, sampai akhirnya kami sehat, semua itu berhenti. 

Kiranya Tuhan Yesus memberkati mereka.

Di tahun ini juga sebagai gembala, saya dan istri kehilangan 4 orang jemaat karena dipanggil pulang oleh Tuhan.

Gereja kami tidak besar, sehingga kekerabatan di antara kami sangat kuat, gereja menjadi seperti keluarga, bisa Anda bayangkan duka yang saya dan istri rasakan.

Ditambah satu keluarga juga didaulat kena virus ini dan seorang  jemaat senior masuk ICU.

Doa dan banyak doa kami panjatkan untuk kesehatan mereka.

Ada juga jemaat yang kena imbas secara ekonomi.

Sesuatu rasanya ketika tidak banyak yang kami bisa lakukan untuk membantu mereka.

Hanya doa yang dapat kami panjatkan bagi mereka kepada Tuhan, Sang Gembala Agung kami.

Di tahun ini pula kami melepaskan seorang rekan pelayanan yang sudah bersama kami banyak tahun untuk menikah dan melayani di satu pulau bersama suaminya. 

Juga menikahkan jemaat dan kembali harus melepaskannya pergi untuk melayani bersama suaminya.

Karena ini kami sekeluarga bisa pergi ke Pulau Bali, karena saya didapuk menjadi wali dari mempelai wanita yang adalah pengerja sekaligus keponakan.

Sebuah short holiday hadiah dari Tuhan.

Oh ya, sebelum ke Bali saya juga menemani kawan baik pergi ke Bengkulu, belum pernah sebelumnya saya ke propinsi itu.

Di akhir tahun ini, kami diberkati oleh seorang bayi laki-laki tampan, putra pertama dari pasangan muda, salah satu leader di gereja.

Segera saja kami dipanggil Opa dan Oma.

Puji Tuhan.

Ada banyak kisah terjadi di tahun yang unik ini.

Namun, satu hal saja kami garisbawahi bahwa Tuhan selalu menyertai, melindungi, menjaga dan memelihara, terutama di kala badai.

Saya tutup catatan akhir tahun ini dengan mazmur dari Raja Daud,

"Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. 
Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap."

In His Movement 
Ps. Leo dan Sari Imannuel.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

#catatanakhirtahun

Selasa, 14 Juli 2020

SWEET REVENGE

Apakah Anda pernah terluka karena dikhianati?

Hubungan yang rusak?

Cara membalas dendam yang paling ampuh adalah dengan cara "Be Happy."

Hiduplah berbahagia, tunjukkan bahwa Anda bisa berbahagia tanpanya.

Pergilah berlibur, kunjungilah tempat-tempat bagus yang instagramable, jangan lupa berswafoto alias selfie dan upload-lah di media sosial.

Cobalah hal-hal baru yang positif dan menantang, bungee jumping misalnya, atau tracking di gunung atau lembah.

Whatever you do just be happy.

Do better than before, live a happy life than before.

Untuk menjadi berbahagia setelah terluka maka pertama-tama Anda harus melepaskan pengampunan.

Sulit memang, tapi ini maha penting, jika tidak melakukannya maka kebahagiaan hanyalah mimpi di siang bolong.

Mengampuni sama saja artinya dengan  melepaskan kebencian, kemarahan dan luka-luka yang ditimbulkan untuk pergi menjauh dari ruang hati dan hidup Anda.

Jika tidak maka kemanapun Anda pergi dan apapun yang Anda lakukan maka kemarahan, kebencian dan luka-luka tersebut akan terus menerus ikut terbawa, termasuk sosok yang menyebabkan semua itu, dia akan ikut menemani Anda di dalam ingatan penuh amarah, namun juga terselip sedikit rindu, jujur saja, benar kaaan...

Makanya untuk hidup berbahagia, pertama-tama, lepaskan pengampunan.

Yang kedua, setelah mengampuni maka lanjutkanlah hidup Anda, bahasa anak gaol sekarang adalah muph on alias  "Move On."

Percayalah, kemarahan dan kebencian tidak akan pergi jika Anda tidak bersedia move on.

Langkah logis berikutnya setelah mengampuni adalah melanjutkan hidup.

Ini hidup Anda, tentukan definisi kebahagian menurut Anda sendiri.

Bekerjalah, hang out dengan sahabat-sahabat, besarkan anak (jika ada), libatkan diri di dalam pelayanan, jalan-jalan, lakukan hobi Anda, menyanyi, lompat-lompat sesuka hati, dll adalah bagian dari move on.

Anyway and anyhow this is your life, bangunlah hidup Anda sebaik mungkin.

Di sana, pada suatu sudut gelap, dia akan menyesal telah meninggalkan Anda, tapi heeeiiii..... Itu bukan lagi urusanmu, urusanmu adalah hidupmu sendiri yang engkau perlu bangun dan juga orang-orang disekelilingmu yang mengasihi dan juga Anda kasihi.

Selamat berbahagia.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

PERAN KECIL NAMUN MENENTUKAN

PERAN KECIL NAMUN MENENTUKAN. 

By Leo Imannuel 

Siapakah nama gadis pelayan ini?

2 Raja-raja 5:2-3
(2) Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman.

(3) Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya."

Tidak ada yang tahu siapa namanya, si gadis misterius ini hanya tercatat di kedua ayat di atas, namun tanpanya Naaman tidak akan pernah sembuh dari sakitnya.

Lalu, siapakah nama pegawai-pegawai Naaman?

2 Raja-raja 5:13-14
(13) Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." 

(14) Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.

Alkitab juga tidak menyebutkan namanya, namun tanpanya Naaman tidak akan merendahkan hatinya, untuk kemudian menerima kesembuhan.

Siapakah nama anak ini? 

Yohanes 6:9
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"

Lagi-lagi misterius. 

Namun, tanpa kemurahhatiannya memberi bekal makanannya, maka dia tidak akan memainkan peranan penting dalam kisah mukjizat memberi makan lima ribu orang. 

Baik si gadis, para pegawai dan si anak adalah tokoh-tokoh tanpa nama di dalam Alkitab, namun mereka memainkan peranan yang sangat penting untuk membawa kesembuhan dan dengannya menyatakan kemuliaan Tuhan,

"......Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel......"  2 Raja-raja 5:15.

Mungkin di dalam hidup ini Anda merasa tidak penting, menganggap diri hanya memainkan peranan  remeh, hanya menjadi seorang istri, seorang ibu, seorang pelajar, seorang hamba Tuhan, dlsb.

Namun, ketahuilah dan sadarilah bahwa Anda sedang membentuk dan membangun sesuatu.

Jangan-jangan, anak-anak yang Anda besarkan itu akan menjadi orang-orang hebat, bukankah orang tua Pak Jokowi barangkali tidak pernah bermimpi bahwa anaknya suatu saat akan menjadi seorang presiden.

Jangan-jangan, khotbah-khotbah Anda akan menyelamatkan hidup seseorang, menyelamatkan pernikahan seseorang, ada orang-orang yang termotivasi dengannya.

Pernahkah Anda menyadari bahwa jemaat yang sepertinya tidak bertumbuh secara kuantitas itu tetap terpelihara imannya kepada Tuhan karena pelayanan Anda? Mereka tetap mengasihi Tuhan bahkan di tengah-tengah masa sukar seperti sekarang ini karena Anda dan khotbah-khotbah Anda? 

Ingatlah, tidak setiap orang namanya tertulis di Alkitab, tidak semua orang dicatat dalam buku sejarah, namun di balik layar mereka memainkan peranan yang tidak kalah penting.

Jadi, tetaplah semangat melakukan bagian Anda, jika lelah istirahatlah sejenak, namun jangan berhenti, lakukan lagi dan lagi, karena ada orang-orang yang perlu Anda sentuh kehidupannya,

Tetap semangat!

Salam Antusias.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Senin, 27 April 2020

SAYA PENTAKOSTA dan SAYA PERCAYA MUKJIZAT MASIH TERJADI

SAYA PENTAKOSTA dan SAYA PERCAYA MUKJIZAT MASIH TERJADI

By Leo Imannuel 

Saya menganggap diri seorang Pentakosta.

Saya bergereja dari kecil di gereja beraliran ini.

Saya bersekolah di STT yang mengembangkan teologia Pentakosta.

Saya berbahasa roh, percaya bahwa mukjizat masih terjadi hingga hari ini, yakin berbagai karunia rohani masih bekerja hingga sekarang.

Saya masih berdoa mengharapkan mukjizat Tuhan terjadi di dalam hidup terutama dalam keadaan sulit, saya tidak sungkan dan malu memintanya kepada Tuhan dan Juru Selamat saya.

Bahkan berdoa memohon mukjizat saya anggap sebagai tindakan mengakui Kemahakuasaan Tuhan dan sebuah pernyataan kebergantungan kepada-Nya.

Dalam pelayanan saya, sering melihat bagaimana mukjizat dan berbagai karunia rohani yang bekerja memberikan kekuatan dan penghiburan bagi jemaat.

Namun, memang perlu diingat bahwa berkat terbesar itu bukan hanya misalnya kesembuhan ilahi, mukjizat terbesar itu bukan orang mati hidup lagi.

Berkat dan mukjizat terbesar yang Tuhan pernah lakukan bagi setiap manusia adalah, Yesus Kristus, kelahiran-nya, kehidupan-nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya, sampai nanti kedatangan-Nya kedua kali.

Tidak ada berkat dan mukjizat apapun yang mampu menandingi itu semua.

Jadi, ingat-ingatlah ketika jawaban doa tidak seperti yang diharapkan, mukjizat tidak terjadi sebagaimana yang diinginkan, kita telah menerima berkat dan mukjizat terbaik yaitu Tuhan Yesus sendiri.

Tetap setia, apapun yang terjadi.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
#AllAboutJesus 

SURGA TIDAK DIAM

SURGA TIDAK DIAM

By Leo Imannuel

Apakah surga benar-benar terdiam menghadapi pandemi virus Corona ini?

Apakah Tuhan benar-benar tidak berdaya?

Apakah Dia sudah melupakan umat-Nya?

Jika menjadi seperti saya yang mesti karantina mandiri, Anda akan mengetahui bahwa Tuhan masih dan sedang bekerja.

Dia tidak pernah meninggalkan umat-Nya.

Dari mulai diharuskan isolasi mandiri, sampai hari ini saya mengalami pertolongan Tuhan.

Pertama Dia menjamah saya di dalam doa, dan itu menjadi semacam booster yang membangkitkan kerohanian saya, membuat saya berbahagia dan bergairah kembali.

Bahagia dan semangat yang sempat hilang, tiba-tiba terbakar kembali.

Kedua, Tuhan menunjukkan kasih dan pemeliharaan-Nya kepada kami melalui orang-orang yang melakukan kasih dalam tindakan nyata.

Orang-orang yang mendoakan kami.

Somehow doa-doa mereka memberi kekuatan kepada kami.

Orang-orang yang mengirimkan pesan-pesan yang menguatkan, baik melalui WA maupun sosmed.

Membuat kami semangat.

Orang-orang yang mengirimkan berbagai vitamin, obat-obat tradisional, madu, bahkan makanan, termasuk beras, juga uang yang sangat berguna untuk kami berobat.

Saya dan istri bersyukur dan berkata bahwa Tuhan itu baik, Dia menggerakkan orang-orang untuk berbuat baik bagi kami, orang-orang yang kami kenal dekat, sampai orang-orang yang bahkan kami tidak kenal.

Bahkan sampai hari ini (22/4), hampir setiap hari ada orang kirim makanan.

Orang-orang dermawan ini, para sahabat yang sudah menjadi seperti keluarga ini, menyadari bahwa kami tidak bisa masak, takut menodai makanan lalu menularkan kepada anggota keluarga.

Sebenarnya kami bisa membeli makanan melalui ojol, namun sahabat-sahabat ingin membantu ikut ambil bagian meringankan beban ini. 

Ini adalah mukjizat atau pertolongan Tuhan versi saya, entah ada berapa banyak kisah serupa yang dialami oleh saudara-saudara seiman lainnya.

Jadi, apakah surga berdiam diri?

Apakah Tuhan tidak berdaya?

Menurut saya, justru inilah saat-saat tersibuk (busy hour) surga.

Bayangkan, Tuhan mengutus para malaikat-Nya untuk mendistribusikan berbagai keperluan logistik bagi orang-orang yang tak berdaya seperti saya dan banyak orang lainnya.

Keperluan logistik yang sangat diperlukan, seperti sukacita, kekuatan, ketabahan, semangat, penghiburan, makanan, obat-obatan, vitamin, uang, keperluan medis, dan lain sebagainya.

Tuhan sangat sibuk, namun Dia masih sempat duduk diam bersama kita untuk sekedar menemani dan mendengarkan doa-doa kita.

Tidak!

Surga tidak berdiam diri!

Surga sibuk!

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
#AllAboutJesus 

KETIKA SURGA TERDIAM

KETIKA SURGA TERDIAM

By Leo Imannuel

Doa-doa sudah dipanjatkan ke haribaan Tuhan oleh milyaran umat beragama di dunia ini, termasuk dari anak-anak Tuhan, supaya pandemi Covid-19 atau virus Corona ini segera berhenti.

Namun, sepertinya surga terdiam.

Virus tetap merajalela.

Bahkan kita baca entah sudah berapa banyak hamba-hamba Tuhan berguguran karena virus ini.

Kemana hamba-hamba Tuhan yang berkarunia kesembuhan ilahi?

Tidakkah seharusnya mereka bertindak, merapal doa dan bum! Kesembuhan ilahi terjadi, para pengidap virus ini sembuh total.

Namun, mereka juga terdiam, membisu, diam di rumah seperti anjuran pemerintah.

Apakah berbagai kesembuhan ilahi yang kita dengar itu semua bohong? Dibesar-besarkan?

Sampai detik ini saya belum mendengar satu pasienpun yang sembuh seketika karena mukjizat. 

Mungkin ada tapi sifatnya pribadi, bukan dramatis seperti dalam KKR-KKR lapangan. 

Rata-rata para pasien sembuh karena perawatan dokter.

Jangan salah, bagi pengidap yang sembuh, itupun sebuah mukjizat mengingat belum ada satu vaksin cespleng diketemukan sebagai penawar virus ini, namun bukan kesembuhan ilahi a la KKR-KKR lapangan.

Apakah surga terdiam tak berdaya?

Begini ya, bahkan hamba Tuhan yang merasa paling berkarunia kesembuhan ilahipun akan berkata bahwa kesembuhan itu dari Tuhan.

Tuhan yang berdaulat menyembuhkan, mereka hanya alat yang dipakai.

Nah, jika Allah yang berdaulat itu tidak atau belum mau menyembuhkan atau menyapu bersih virus ini, siapa mereka dapat bertindak melampaui Tuhan? 

Jadi berhentilah merundung mereka.

Kedua, Tuhan tidak kehabisan kuasa untuk menghentikan virus ini.

Dalam masa terdiamnya surga ini, tidakkah Anda berpikir bahwa Dia sedang menunggangi virus ini untuk melaksanakan rencana-Nya?

Sebuah rencana yang kita belum paham, yang jelas dalam masa "pembiaran" ini dunia berguncang sangat keras, mengguncang semua faktor, , apakah itu iman, agama, sosial, ekonomi, politik, dll. 

Ada apa dengan guncangan dunia yang seolah dibiarkan ini? 

Supaya tinggal tetap yang tak terguncangkan! 

Jadi, meski ikut terguncang, pastikan jangan sampai roboh dan tercabut dari akar iman kita. 

Sebagai anak-anak-Nya, kita harus tetap percaya, dan semakin bersungguh hati terhadap Dia.

Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa tetap memegang kendali, Dia sedang melaksanakan rencana-Nya. JLI. 

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
#AllAboutJesus 

ALFA dan OMEGA

ALFA OMEGA

By Leo Imannuel

Tuhan itu Alfa dan Omega.

Alfa adalah huruf pertama dan Omega adalah yang terakhir dalam aksara Yunani, seperti A dan Z dalam aksara yang kita gunakan pada umumnya.

Ini artinya Tuhan adalah yang awal dan akhir.

Awalnya siapa dan akhirnya siapa?

Tuhan?

Tentu bukan!

Awal dan akhir di sini merujuk kepada seluruh ciptaan, termasuk manusia.

Semua ciptaan memiliki awal atau alasan keberadaan, yaitu Tuhan Sang Pencipta.

Khususnya manusia, juga memiliki akhir dan kemana dia setelah semua berakhir, tentu kembali kepada Sang Pencipta, entah untuk menerima mahkota atau hukuman.

Hidup manusia berawal dari Tuhan dan akan berakhir juga di sana.

Dari dalam kekekalan Tuhan merancangkan rencana-Nya bagi manusia, terutama anak-anak-Nya, rencana-Nya pasti indah, mulia dan membawa kebaikan bagi kita.

Keindahan dan kebaikan rencana-Nya mesti dilihat dari sudut pandang kekekalan, dan tidak boleh selalu dinilai dari sudut pandang kehidupan di dunia saja.

Maksud saya, pandangan yang berpikiran karena rencana Tuhan itu indah, mulia dan membawa kebaikan bagi kita maka pasti mukjizat akan terjadi, sakit menjadi sembuh, terobosan dalam hal keuangan, mendadak toko rame sendiri di kala kanan kiri sepi, dan lain sebagainya.

Jangan salah juga, Dia kadang mengerjakan yang demikian dalam hidup beberapa orang, kisah-kisah mukjizat mewarnai kehidupan kekristenan kita.

Namun, bagaimana dengan mereka yang hanya bisa mendengar kesaksian-kesaksian demikian namun tidak mengalaminya?

Apakah Tuhan kurang mengasihi mereka?

Apakah ada noda dalam hidup yang menghalangi mukjizat terjadi?

Ataukah salah cara mereka berdoa? Kurang intens? Kurang berpuasa?

Ataukah Tuhan yang memegang kendali di belakang itu semua?

Begini, jika kasih Tuhan hanya diukur dari terjadinya mukjizat atau tidak, alangkah dangkal kasih tersebut.

Kasih Tuhan melampaui hidup di dalam dunia ini, dia menjangkau bahkan sampai pada kekekalan.

Jadi, ketika mukjizat tidak terjadi, jawaban doa berbeda dari yang diharapkan, Tuhan tetap memegang kendali, dia merencanakan yang terbaik, dan kadang yang terbaik adalah membiarkan anak-anak-Nya berjalan melewati lembah kekelaman, bahkan kematian.

Bukankah, kematian sudah kehilangan sengatnya ketika Kristus bangkit dari kematian?

Jadi, bahkan kematianpun bukan lagi menjadi momok menakutkan bagi orang-orang percaya.

Kematian adalah jalan untuk bersama-sama dengan Tuhan.

Ini adalah sebuah penghiburan kuat di tengah-tengah kedukaan.

Sulit bagi kita untuk mengerti rencana Tuhan, sehingga juga sulit untuk bisa mengucap syukur di tengah-tengah kesukaran, itu semua semata-mata karena kita belum mengerti rencana-Nya. 

Jadi, yang perlu kita lakukan tetaplah percaya kepada Tuhan, tetap mengasihi-Nya. 

Karena pasti rencananya sempurna, indah, mulia dan mendatangkan kebaikan bagi kita. 

Jangan biarkan ketidakmengertian kita merusak hubungan kita dengan Tuhan. JLI. 

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Selasa, 14 April 2020

UNTUK TENAGA MEDIS DI MEDAN PEPERANGAN MELAWAN COVID-19

Begitu hasil tes lab darah, rongent thorax dan CT Thorax keluar, langsung ranjang saya di IGD dipindahkan ke ruangan isolasi.

Sendirian, bingung tidak tahu apa yang terjadi, haus, lapar dan kedinginan, menanti dengan tidak pasti.

Sampai akhirnya istri saya datang sambil menangis dan menjelaskan jikalau hasil tes kami berdua mengarah ke Covid-19.

Setelah menunggu dan tidak ada arahan dari pihak rumah sakit, saya memanggil perawat.

Tidak ada yang menanggapi, tidak satupun berani mendekati kami.

Sampai akhirnya seorang perawat pria dengan baju lengkap memasuki ruangan kami.

Beliau menyapa ramah, berusaha menjelaskan keadaan kami, bahwa mereka sedang menghubungi beberapa rumah sakit dan wisma atlet, mencari ambulance.

Dengan baju lengkap itu saya tahu pasti "engap" untuk bernafas, saya tawarkan duduk beliau menolak, karena memang tidak boleh duduk, terlihat sang perawat berusaha untuk membuat kami tenang dan nyaman.

Saya sangat berterima kasih terhadap beliau.

Terbayang ribuan tenaga medis lain yang seperti beliau, setiap hari langsung berhadapan dengan pasien pengidap virus corona, selama berjam-jam menahan lapar, haus, menunda ke toilet.

Saya termasuk yang tidak betah memakai masker, karena nafas yang panas tertahan, nah, bayangkan mereka, bisa 8 jam bermasker dan berbaju super gerah demikian.

Terbaca, banyak yang berguguran, baik dokter maupun perawat.

Hormat saya bagi mereka, bagi saya mereka adalah pahlawan.

Terbayang wajah jemaat saya, dua orang dokter dan seorang perawat yang juga terjun ke medan peperangan melawan Covid-19 ini.

Doa saya menyertai mereka.

Tuhan, lindungilah mereka dan keluarga mereka.

Salam hormat! 

Sabtu, 11 April 2020

SAYA dan COVID-19

Sabtu, 4 April menjadi salah satu hari yang paling melelahkan di dalam hidup saya.

Setelah sebelumnya, sejak tgl. 26 Maret Saya menderita demam tinggi, turun naik, batuk-batuk, susah makan, tidak bisa tidur, mimpi buruk, gelisah, hingga akhirnya memutuskan untuk ke rumah sakit.

Hasil test lab darah, rongent thorax dan CT Scan Thorax, hasilnya ada flex pada paru-paru, yang semua mengarah positif Covid-19.

Sebelum hasil diberitahukan, tiba-tiba ranjang saya di IGD dipindahkan ke ruangan sendiri yang dinginnya luar biasa.

Kelaparan, kehausan, kedinginan, sendirian, tanpa informasi apapun, saya mulai curiga pasti ada yang salah, sampai istri saya datang sambil menangis, menerangkan hasil lab kita berdua tidak bagus.

Pada detik itu kekuatan fisik dan emosi saya sudah sampai titik nadir. 

Atas saran seorang kawan, sore itu kami memutuskan untuk melakukan swab tes di sebuah Rumah Sakit swasta di Jakarta Selatan.

Istri saya setir.

Swab test tidak dilakukan di ruang ber-ac yang nyaman, melainkan di pinggiran rumah sakit, tanpa AC, tanpa toilet.

Mereka membangun bedeng-bedeng sederhana. 

Kekuatan saya benar-benar sudah habis, lemas, demam, perasaan tidak enak campur baur jadi satu, menahan ke belakang, mengantuk, dan lain sebagainya.

Sampai akhirnya kami dipanggil, di wawancara 2 kali di dua bedeng yang berbeda, sebelum akhirnya swab test dilakukan, di bagian belakang rumah sakit, masih di dalam bedeng.

Hari itu selesai.

Sesampainya di rumah, saya segera mandi, masuk kamar isolasi dan tidur.

Puji Tuhan, 1 hari terlewati. 

Penyakit ini telah menyedot habis kekuatan saya secara fisik, rohani maupun jiwani.

Iman yang perkasa tertunduk, keceriaan mendadak pergi berlibur entah kemana, tubuh lemah, tidak ada semangat sama sekali.

Tuhan ada di mana?

Tidakkah saya berdoa?

Apakah Tuhan tidak mendengar doa-doa saya? 

Lalu saya belajar apa dari ini semua?

Begini, Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. 

Dalam konteks saya Dia menunjukkan penyertaan-Nya melalui jemaat yang sangat perduli dengan kami, sahabat-sahabat yang langsung bergerak membantu kami, orang-orang jauh yang bahkan kami belum pernah berjumpa mengirimkan berbagai macam multi vitamin, madu, obat bahkan makanan, sekedar menanyakan kabar, mendoakan, mengirimkan berbagai macam artikel maupun video yang menguatkan.

Pada masa-masa sulit seperti ini yang mereka lakukan memberikan kekuatan dan penghiburan yang tidak sedikit bagi saya dan istri.

Kami berhutang kepada setiap saudara.

Dalam penderitaan itu saya berdoa meminta kesembuhan, namun tidak terjadi, pada saat-saat seperti itu saya belajar artinya berserah.

Tidak ada hal lain dapat dilakukan.

Berserah karena memang sudah tidak punya apa-apa lagi untuk diandalkan, berserah karena memang lemah dan rentan, berserah karena bahkan berdoapun sudah tak bisa, berserah karena memang sudah tidak memiliki apapapun untuk diandalkan, tidak ada bayangan pengharapan akan kesembuhan sama sekali.

Berserah, karena hanya itu satu-satunya yang masih dapat dilakukan.

Saya teringat perkataan Asaf: 
"Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya." (Mazmur 73:26) 

Saya dibawa kepada keadaan di mana mau tidak mau mengatakan bahwa bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.

Seseorang tidak akan pernah bisa benar-benar berserah kepada Tuhan sampai dia merasa sudah tidak punya apa-apa lagi yang dapat diandalkan.

Bahkan harapan untuk sembuh secara mukjizatpun tidak diberikan.

Ketika mukjizat sirna, berkat-berkat jasmani tidak lagi berharga, berbagai karunia roh tidak bekerja, hikmat padam, saya tidak bisa berpikir apapun, kegagahan seorang hamba Tuhan hilang, lalu apa yang sisa?

Yang sisa hanya hati yang mengasihi Tuhan.

Saya teringat suatu malam saya berdoa sambil menangis, mengulangi dua buah ayat yang menjadi pokok doa harian kami, sebuah doa rutin yang entah mengapa malam itu menjadi berbeda, saya mengangkat tangan, bercucuran air mata, tidak banyak berkata-kata, hanya panggilan "Tuhan Yesus!"

Dan ajaibnya saya tahu Dia mengerti, saya tahu Dia perduli, saya tahu Dia ada bersama saya sepanjang perjalanan ini.

Hanya itu, tidak ada yang spektakuler, tidak ada penglihatan atau nubuatan, hanya sebuah hubungan hati, sebuah hubungan bathin, dan itu cukup untuk menyegarkan roh saya bahkan hingga hari ini, ketika hasil swab test menyatakan saya negatif Covid-19, saya masih isolasi diri di kamar.

Ah, masih banyak sisi-sisi lain yang bisa saya ceritakan, mungkin besok atau lusa saya menulis lagi.

Hamba Tuhan
Leo Imannuel

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

Jumat, 20 Maret 2020

TAKUT BUKAN PENGECUT, PEMBERANI JANGAN SEMBRONO.

Bedakan antara takut dan pengecut, berani dan sembrono.

Orang yang takut belum tentu pengecut.
Seorang pengecut sudah pasti seorang penakut.

Seorang Pemberani atau sembrono?
Seorang Pemberani belum pasti bertindak sembrono, seorang sembrono belum tentu seorang Pemberani, bisa-bisa dia adalah seorang pengecut.

Boleh memiliki rasa takut, tapi jangan jadi pengecut.

Boleh bertindak berani, namun jangan sembrono.

Menurut KBBI
Pengecut adalah seorang penakut atau seorang munafik.

Penakut adalah seorang yang mudah takut.

Sembrono memiliki 3 arti, yaitu:
1. kurang hati-hati; gegabah.

2. Kurang sopan; agak kurang pantas (perbuatannya); berjenaka (tapi kurang sopan); ceroboh.

3. secara sembarangan.

Memiliki rasa takut, tidak mesti menjadikan seseorang penakut.

Karena penakut atau pengecut akan dinilai berdasarkan pilihan yang dia pilih setelah rasa takut itu datang.

Sementara perbuatan sembrono lebih bersifat membabi buta, tanpa perhitungan dan bersifat lebih menghancurkan atau merusak.

Berkaitan dengan virus Covid-19, atau Corona ini, tidak boleh menjadi pengecut, sebaliknya jangan bertindak sembrono.

Penukaran virus Corona ini dari manusia ke manusia.

Jadi, kerumunan orang banyak berpotensi menjadi lokasi penularan.

Di manakah orang cenderung berkerumun?
Pasar, sekolah, konser musik, pertandingan olah raga dan rumah ibadah tentunya.

Tidak heran untuk memutus mata rantai penularan pemerintah melarang pertemuan-pertemuan yang melibatkan orang banyak, termasuk ibadah, yang disarankan untuk dilakukan di rumah-rumah.

Ini tidak ada urusannya dengan ujian iman, seolah para alim ulama yang menyetujui ibadah di rumah adalah seorang pengecut.

Ini masalah membantu pemerintah memerangi virus ini, dan masalah melindungi domba-domba dari tertular atau malah jadi penular virus Corona.

Apalagi ada banyak kejadian, baik di Korea atau di Eropa, penukaran rentan terjadi di ibadah agama.

Seorang kawan yang berdomisili di Belanda bercerita mengenai KKR yang akhirnya menjadi batu sandungan karena menjadi penyebab penularan virus Corona.

Jadilah berani, bertindaklah bijaksana, jangan sembrono.

#KiraKiraBegitu
#LeoImannuel

Kamis, 19 Maret 2020

GARA-GARA CORONA Bagian 2

BERANI ATAU SEMBRONO?
TAKUT ATAU PENGECUT?

By Leo Imannuel 

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya beranikan diri berdiskusi dengan para pemimpin gereja kami.

Apakah ibadah Mingguan sementara akan ditiadakan atau tetap dilanjutkan seperti biasa?

Hari Minggu sebelumnya saya sudah tawarkan kepada jemaat di ibadah Minggu kami, mau online atau ibadah seperti biasa, serentak jemaat memilih ibadah seperti biasa.

Namun, melihat perkembangan yang semakin kurang kondusif, dan memerhatikan anjuran pemerintah untuk sementara waktu jangan ibadah di rumah ibadah, akhirnya kami putuskan untuk meniadakan ibadah mingguan.

Saya sudah rekaman khotbah, yang akan saya taruh di YouTube, tinggal share link-nya ke jemaat.

Apakah saya takut?

Pasti ada unsur itu.

Takut saya dan jemaat saya tertular atau malah menjadi penular (carrier) COVID-19, alias Corona.

Di lain pihak, saya ingin ikut memerangi musuh bersama ini dengan cara memutus mata rantai penularan, yaitu dengan social (physically) distance.

Pada, sisi lain ada hamba-hamba Tuhan yang dengan gagah perkasa menolak ibadah di rumah, dan keukeuh tetap ibadah di gereja.

Karena gereja adalah rumah Tuhan, virus pasti tidak akan bisa masuk.

Ya, silakan saja berbuat demikian.

Buat saya yang memilih ibadah online dan mereka yang memutuskan tetap kebaktian di gereja, mohon perhatikan perbedaan kata ini:

Yang kita lakukan itu apakah sebuah keberanian atau kesembronoan? Sekedar takut atau pengecut?

Karena ada garis batas yang jelas antara berani dan sembrono.

Takut bukan berarti pengecut.

Menurut saya, Anda boleh berbeda, dalam situasi seperti sekarang ini tetap melakukan perkumpulan orang banyak adalah bentuk kesembronoan.

Bagi saya itu bukan tantangan atau ujian bagi iman saya.

Sebaliknya, juga bukan sebuah bentuk kepengecutan, jika saya memindahkan ibadah dari offline ke online.

Saya tidak menganggap iman saya kalah dengan melakukannya.

Ada ujian-ujian iman berat lainnya yang telah saya hadapi dan mungkin akan saya hadapi lagi dengan bentuk yang berbeda ke depan.

Namun, memindahkan ibadah bukanlah salah satunya.

Saya bukan pengecut, saya tidak lari dari medan pertempuran. 

Sebaliknya, saya sedang berada di barisan depan, di mana medan pertempuran yang paling sengit sedang terjadi.

Saya sedang memerangi COVID-19, dengan cara berusaha memutus mata rantai penularan, dengan mengajak jemaat untuk sementara waktu diam di rumah, sehingga penularan dari orang ke orang dapat terminimalisir.

Penawar virus ini belum diketemukan, sampai dia diketemukan mau berapa banyak makan korban?

Jadi, cukuplah! Stop!

Sementara waktu, hanya sementara, sedapat mungkin diamlah di rumah, jikalau tidak terpaksa jangan keluar rumah, kurangi pertemuan sosial, jangan share berita-berita yang tidak jelas juntrungannya, seringlah cuci tangan menggunakan air dan sabun, makanlah makanan denga gizi seimbang, olah raga rutin.

At least, itu yang bisa saya dan jemaat saya lakukan untuk mendukung pemerintah berperang terhadap Corona.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

GARA-GARA CORONA Bagian 1

GARA-GARA CORONA Bagian 1

By Leo Imannuel

TAKUT

Takut.

Kata itu sering diucapkan hari-hari belakangan ini.

Dikontraskan antara jangan takut dan takut alias tidak berani.

Terutama perbedaan pandangan di antara hamba-hamba Tuhan dan jemaat, berkaitan dengan sebagian pendeta yang memutuskan untuk mengubah sementara waktu ibadahnya dari di dalam gereja menjadi on line, akibat semakin merebaknya penularan virus COVID-19, atau virus Corona.

Sebagian pendeta dan jemaat menuduh pendeta-pendeta yang memindahkan ibadahnya tersebut tidak memiliki iman, karena bukankah Tuhan Yesus Maha Kuasa? Masak kalah sama Corona, seharusnya Corona yang takut masuk gereja.

Dari sudut pandang mereka kata 'takut' menjadi sesuatu yang hina.

Padahal, benarkah demikian?

Apakah rasa takut adalah sesuatu yang hina?

Bisakah seseorang hidup tanpa rasa takut?

Menurut saya, tidak ada seorangpun bisa hidup tanpa rasa takut.

Seperti yang sudah berkali-kali saya tulis dan sebut di dalam Khotbah saya, rasa takut adalah alarm alami di dalam jiwa, gunanya untuk memperingati kita bahwa sesuatu yang buruk mungkin sedang terjadi atau berpotensi akan terjadi.

Tujuannya agar kita semakin berhati-hati, berjaga-jaga dan berdoa, bukannya malah tinggal di dalam ketakutan.

Bayangkan, jika Anda punya anak tanpa rasa takut.

Dia berani melawan perintah Anda, dia berani nyebrang jalan tanpa lihat kanan dan kiri, berani melanggar hukum, melawan petugas, semata-mata hanya karena tidak memiliki rasa takut. Bahkan berani berbuat dosa karena tidak takut kepada Tuhan.

Bahaya kan?

Jadi, memandang hina orang yang memiliki rasa takut, adalah sebuah kesalahan besar yang konyol.

Jadi, benarkah kata 'jangan takut' berarti seseorang tidak boleh sama sekali memiliki rasa takut?

Tentu tidak demikian.

Salah satu manusia paling berani di dalam Alkitab adalah Daud.

Apakah Daud tidak memiliki rasa takut?

Bacalah Mazmur tulisannya, banyak ketakutan dan kecemasan di dalamnya.

Apakah Daud memiliki pengawal?
Untuk apa dia memiliki pengawal? Untuk apa Daud mengangkat triwira yang perkasa?

Kecuali untuk mengatasi rasa takutnya.

Rasa takut yang membuat orang berjaga-jaga, rasa takut yang membuat seseorang hidup sehat, berolah raga, menabung, dlsb.

Jadi, rasa takut bukanlah masalahnya, melainkan respon kita terhadap rasa takut tersebutlah yang menjadi masalah.

Nelson Mandela pernah berkata, keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemenangan atas rasa takut itu (courageous is not the absence of fear, but the triumph over it).

Apakah memindahkan ibadah gereja dari offline di gedung, menjadi online adalah wujud ketakutan?

Menurut saya bukan.

Saya juga meniadakan ibadah di aula gereja, ke rumah masing-masing jemaat.

Apakah saya takut?

Mungkin juga.

Saya takut terpapar virus Corona, dan lebih takut lagi semua jemaat saya tertular.

Oleh karenanya saya berusaha memerangi virus tersebut.

Salah satu cara paling ampuh yang orang awam seperti saya bisa lakukan adalah menaati pemerintah dalam hal social (physically) distance.

Gini, virus COVID-19, menular dari manusia ke manusia, berarti tempat yang paling banyak kerumunan manusia itu menjadi tempat yang berbahaya, nah, di manakah itu?

Konser musik, pasar, pertandingan olah raga, dan tentunya rumah ibadah.

Ketika saya dan banyak orang mengurung diri, maka sama saja saya memutus mata rantai penularan, yang olehnya mudah-mudahan mengurangi jumlah yang tertular.

Sampai di sini mengertikah Anda?

Pemerintah sudah menganjurkan untuk sementara waktu tidak beribadah di tempat ibadah, dengan alasan di atas itu, lalu kita sebagai anak negeri dengan pongahnya koppig tetap mengadakan ibadah.

Kira-kira hal demikian, membantu atau malah menyusahkan pemerintah?

Jadi, please deh, jangan buru-buru acungkan jari telunjuk menuduh kami ini sebagai penakut, tidak percaya kuasa Tuhan.

Helloooowwww.......

Sepertinya akan bersambung.......

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Minggu, 15 Maret 2020

REVIVAL

Ada satu tempat retreat di mana untuk pertama kalinya saya dan adik-adik rohani merasakan lawatan Tuhan secara nyata.

Sepulang dari sana kami sangat berapi-api. 

Bayangkan acara doa anak-anak muda tidak kurang dari 3 jam! Pun demikian dengan kebaktian youth, tidak kurang dari waktu itu. 

Tiap kali kami selalu mengalami Tuhan secara nyata. 

Dan setiap kami bernostalgia mengenai masa lalu, wisma retreat tersebut selalu di-refer sebagai tempat bersejarah.

Hingga suatu kali, kembali saya mengunjungi tempat tersebut.

Ada sedikit getaran dalam hati (goosebumps) ketika memasuki kompleksnya.

Namun, setelah masuk lebih dalam dan melihat-melihat sambil mengenang kejadian di masa lalu, saya tidak "mendapatkan" perasaan seperti dahulu, tidak ada hadirat Tuhan sekuat dahulu.

Hanya ada saya, termangu di dalam nostalgia masa lalu.

Mengapa demikian?

Di mana anak-anak muda yang dahulu menangis di dalam sensasi lawatan Tuhan? 

Di mana Tuhan?

Sederhana, anak-anak itu sudah melanjutkan hidup, mereka sudah lulus sekolah, bekerja bahkan menikah. 

Tuhan ada di mana? 

Tuhan sudah move on, saya belum. 

Tuhan melawat kami saat itu bukan supaya kami berkutat hanya di sana. 

Ada dunia luas dengan begitu banyak orang perlu dijangkau. 

Jangan bandingkan masa lalu dengan hari ini di mana kita berada.

Bahkan, jika bisa kembali ke masa lalu, sejaya apapun kita dikala itu, hal tersebut adalah sebuah bentuk kemunduran. 

Keinginan untuk kembali di masa lalu adalah sebuah tanda ketidakpuasan akan masa kini. 

Masa lalu sudah lewat, sudah selesai, Tuhan juga sudah selesai dengan masa lalu kita. 

Lalu mengapa kita tidak melakukan yang sama? 

Jangan hidup di masa lalu, jadikan masa lalu sebuah pembelajaran untuk membangun hari ini, demi masa depan lebih baik. 

Boleh membangun monumen, namun jangan pernah tinggal di sana, apalagi terikat tak bisa bergerak darinya. 

Kita hidup di hari ini, Tuhan ada di masa kini, bekerja sama dengan kita untuk membangun masa depan. 

#KiraKiraBegitu 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

#TheEncounter 

#LeoImannuel

FREE WILL

Free will atau kehendak bebas adalah hal terbaik yang Tuhan anugerahkan kepada manusia dari awalnya.

Dengan kehendak bebas manusia memiliki intelektualitas untuk dapat berpikir, mempertimbangkan, mengembangkan, mempunyai rasa seni, selera, dapat memilih dan mengembangkan segala potensi yang ada di bumi ini, dan lain sebagainya.

Kehendak bebas membuat manusia menjadi spesies dominan di bumi ini, menjadi berbeda dari binatang.

Kehendak bebas juga yang menjadikan manusia jatuh di dalam dosa dan segala kejahatan. 

Tuhan meminta manusia memberikan yang terbaik yang dia miliki, yakni kehendak bebasnya.

Tuhan meminta kita untuk mengasihi-Nya dengan cara menundukkan seluruh kehendak bebas kita kepada kehendak-Nya yang sempurna.

Itulah ketaatan.

Ketaatan adalah sebuah kata yang kita gunakan untuk menggambarkan ketika seseorang menyerahkan seluruh hal yang dihasilkan oleh kehendak bebasnya, apakah itu keinginan, mimpi dan cita-cita, dan lain sebagainya.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

#TheEncounter

#LeoImannuel

BANGKITLAH dan MENJADI TERANG

Yesaya 60:1

TB LAI 
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu." 

NIV
“Arise, shine, for your light has come, and the glory of the Lord rises upon you."

THE MESSAGE
“Get out of bed, Jerusalem! Wake up. Put your face in the sunlight. God ’s bright glory has risen for you."

AMPLIFIED
“Arise [from spiritual depression to a new life], shine [be radiant with the glory and brilliance of the Lord ]; for your light has come, And the glory and brilliance of the Lord has risen upon you."
(“Bangkitlah [dari depresi spiritual ke kehidupan baru], bersinar [bersinarlah dengan kemuliaan dan kecemerlangan Tuhan];  karena terangmu telah datang, Dan kemuliaan dan kecemerlangan Tuhan telah naik atasmu.)

Kata bangkit diterjemahkan dari kata Ibrani qûm yang memang dapat diterjemahkan dengan kata 'bangkit' yang berkonotasi tadinya duduk, bukan duduk santai, melainkan duduk terjerembab, letih dan lesu, takut, cemas, dan berbagai kenegatifan lainnya.

Bangkit! Jadi jawaban, menyatakan diri, bertanggung jawab.

Kenapa harus bangkit?

Kata bangkitlah ditujukan bukan kepada setiap orang, melainkan kepada anak-anak Tuhan.

Jangan ikut-ikutan takut, bangkit, jadilah terang, bangkit dan ambil tanggung jawab, bangkitlah dan jadi jawaban.

Kamu harus bangkit, karena tanggungjawabmu untuk menjadi terang bagi sesama, inilah waktunya kamu menjadi jawaban, waktunya bersinar.

Menjadi terang, karena ada kegelapan yang berkuasa, menakutkan semua orang.

Adalah wajar menjadi takut, cemas, lemas dan terduduk lemah dan lunglai, seperti semua orang lainnya.

Namun, Anda bukan semua orang lainnya, Anda berbeda, Anda adalah anak-anak terang, anak-anak Tuhan, orang-orang yang memiliki pengharapan di dalam Tuhan yang hidup dan berkuasa.

Terang bersinar paling cemerlang di tengah-tengah kegelapan.

Terang Tuhan telah datang, bangkitlah, jadilah terang bagi sesama.

Menjadi terang berarti menjadi berkat bagi sesama, maksudnya memiliki hidup yang bermanfaat bagi sesama.

Pada masa-masa sulit, bangkitlah, tunjukkan keberanian diri, ketenangan yang lahir dari kedalaman hubungan dengan Tuhan dan Juru Selamat.

Berbagilah, bermurah hatilah, berdoalah, bagi sesama.

Ini kesempatan untuk bersinar terang.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
#AllAboutJesus

BUAH YANG BAGUS dan YANG TAMPAK BAGUS

"Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."

Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.

Buah yang baik adalah akibat dari pohon yang baik, begitu pula sebaliknya, buah yang jelek adalah akibat dari pohon yang jelek.

Namun, bagaimana seandainya buah yang baik tidak dihasilkan secara alami?

Masa kini, buah-buah yang beredar di pasaran dibuat agar terlihat baik alias segar dan terasa manis, padahal itu semua hasil dari zat-zat aditif, lilin yang membungkus buah agar terlihat segar dan mengkilap misalnya, atau cairan gula yang disuntikkan ke dalam buah agar terasa manis, bahkan ditambahkan zat pewarna. 

Dari sini saya percaya kita akan setuju bahwa proses menjadikan buah yang siap di pasaran jauh lebih penting daripada kualitas sekilas buah tersebut. 

Jika dikaitkan dengan kehidupan atau pelayanan, akan terlihat ambigu jika hanya secara sekilas melihat buah kehidupan atau pelayanan seseorang, tanpa perlu merasa repot melihat bagaimana proses buah tersebut dihasilkan.

Bicara buah pelayanan atau buah kehidupan tentu kita akan melihat kepada prestasi, apakah perusahaan yang dibangun, karir, gereja besar dengan jemaat yang berlimpah, jadwal khotbah yang padat, dlsb.

Banyak kita akan terkagum-kagum melihat berbagai prestasi tersebut, tanpa perlu melihat bagaimana semua itu diraih.

Bagaimana seandainya proses meraih prestasi itu dilakukan dengan cara yang tidak baik, mengorbankan orang lain, bahkan melanggar hukum. 

Fokus pada buah dan bukan proses ini telah berjasa memudarkan idealisme kasih mula-mula banyak orang.

Yang dahulu setia dan tulus, sekarang mengejar nama dan uang.

Yang dahulu setia di dalam proses, kini lebih suka sesuatu yang instan.

Yang dahulu fokus terhadap jiwa-jiwa, zaman now fokus terhadap keuntungan diri.

Kebanggannya adalah buah jadi dan bukan proses, terlihat dari pamer pelayannya di berbagai platform media.

Bagaimana jika kebanggaan dirubah ke hal-hal yang berbeda dan tidak populer, seperti dahulu mudah marah bahkan terhadap hal-hal kecil, setelah setahun melatih diri sekarang lebih sabar, di verifikasi oleh orang-orang dekat.

Dahulu perhitungan, sekarang bisa berbagi bahkan ketika keadaan pas-pasan.

Dan masih banyak yang lainnya.

Yah, hal-hal kecillah yang tidak layak untuk diposting di sosmed. 

Intinya sih, meski penting, namun PROSES UNTUK MENGHASILKAN BUAH JAUH LEBIH PENTING DARIPADA BUAH YANG TERDISPLAY.

#KiraKiraBegitu 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

Jumat, 06 Maret 2020

GEREJA YANG SEMPURNA, ADAKAH?

PERJALANAN MENCARI GEREJA YANG SEMPURNA. 

By Leo Imannuel

"Ah, gembalanya payah, gak punya visi!"

"Ah, khotbahnya bikin ngantuk!"

"Anak-anak gereja sini gak keren!"

"Ah, praise and worship-nya jelek!"

"Jemaat sini mengecewakan!" 

"Gereja itu seharusnya bla..bla..bla..

Pernah mendengar kalimat-kalimat demikian? Atau malah mengucapkannya?

Setelah itu dimulailah perjalanan cek gereja sebelah, dan sebelahnya, lalu sebelahnya, sampai akhirnya lelah sendiri, kepahitan, jelek-jelekin gereja, mengeneralisir setiap gereja dan hamba Tuhan secara sepihak, jelek, mata duitan, hamba uang, pro orang kaya, dll.

Bagaimana jika saya katakan TIDAK ADA GEREJA YANG SEMPURNA!

Karena gereja dikelola oleh manusia-manusia yang belum sempurna dan dikunjungi oleh orang-orang yang tidak sempurna.

Nah, bagaimana mau sempurna, wong pengelolanya saja belum sempurna?

Bagaimana bisa yang belum sempurna menyuguhkan yang sempurna?

Nah, pengunjung gereja, baik yang hendak beribadah maupun yang mencari kesempurnaan juga orang-orang yang belum sempurna. 

Lalu bagaimana mungkin dapat menemukan kesempurnaan sementara mencarinya dengan kaca mata ketidaksempurnaannya?

Bahkan, Tuhan yang sempurnapun jadi tidak sempurna kelihatannya.

Loh koq bisa?

Buktikan?!

Gampang saja, 

Berapa sering kita komplain ke Tuhan manakala rencana kita berbeda dengan rencana-Nya?

Minta naik, malah turun.

Minta berkat malah sepertinya rugi besar.

Minta sembuh malah meninggal.

Minta nikah malah diselingkuhi.

Hayooooo.... Siapa yang pernah kecewa sama Tuhan?

Kekecewaan kita itu sebenarnya adalah perwujudan komplain dari ketidaksempurnaan kita terhadap rencana yang sempurna dari Allah yang Maha Sempurna.

Jadi perjalanan mencari gereja yang sempurna adalah sebuah kesia-siaan.

Batalkan saja niat itu.

Sepanjang pengetahuan saya, gereja yang sempurna itu adalah:

1. Gereja di mana kita tidak ada di dalamnya.

Gara-gara kita hadir gereja yang sempurna itu jadi tidak sempurna lagi.

2. Gereja yang sempurna itu adalah gereja di mana kita tutup mata dan tutup mulut akan ketidaksempurnaannya.

Dengan lain kata, kita memaklumi ketidaksempurnaannya.

3. Gereja yang sempurna itu, gereja di mana kita hanya jadi pengunjung saja.

Tidak terlibat di dalam dapur pelayanannya, sehingga tidak mengetahui bagaimana proses dari tidak ada sampai jadi ada produk berupa pelayanan.

Datang, nikmati ibadah lalu pulang.

4. Gereja yang sempurna itu ada sampai kita menyadari bahwa itu hanya ilusi yang ditimbulkan akibat ketidaksempurnaan diri sendiri. 

Makna gereja itu adalah kumpulan orang-orang yang berseru kepada Tuhan, atau yang kedua gereja itu adalah diri kita sendiri. 

Jadi ketika ada gereja yang dirasa kurang sempurna, berhentilah bertanya salah pendeta atau pengurus gereja di mana? 

Mulailah bertanya, andil saya di mana sehingga jurang sempurna dan ketidaksempurnaan ini menjadi semakin lebar saja. 

5. Gereja yang sempurna (paling tidak, kita berhenti komplain) akhirnya tercipta ketika ada kesadaran bahwa kita semua hanyalah makhluk tidak sempurna yang sedang berjuang menjadi sempurna. 

Jadi terimalah dengan lapang dada gereja di mana kamu terpanggil untuk beribadah di dalamnya.

CATATAN:

Tulisan ini BUKAN sebagai sebuah pembenaran bagi makhluk-makhluk durjana yang memang menjadi parasit berbahaya bagi gereja Tuhan. 

Anda orang jahat dan sedang berbuat jahat dengan mencari keuntungan pribadi di dalam gereja, meski dengan mengorbankan orang lain.

Sudah jangan berlagak pilon, Andalah orangnya yang semakin melebarkan jurang antara kesempurnaan dengan ketidaksempurnaan.JLI.

#KiraKiraBegitu.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

Kamis, 27 Februari 2020

BAGAIMANA AKHIR HIDUPMU

BAGAIMANA AKHIR HIDUP? 

By Leo Imannuel 

Ibrani 13:7
"Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka."

Ayat di atas adalah perintah Tuhan kepada jemaat, untuk mengingat para pemimpin rohani yang telah menaburkan benih firman.

The Message Bible menggunakan kata 'appreciate' (menghargai),

Sementara terjemahan NIV maupun NKJV sama-sama menggunakan kata 'remember' (ingat).

Hal apakah yang akan diingat oleh jemaat, sangat tergantung kepada kesalehan hidup para pemimpin rohani tersebut.

Penghargaan mereka sangat bergantung kepada ketaatan dan ketulusan para pemimpin tersebut, selama hidup bahkan sampai matinya. 

Demikianlah ayat ini dimaksudkan.

Seorang pemberita firman wajib hidup saleh, sebuah kesalehan yang berlanjut dari sekedar ucapan bibir sampai kepada kehidupan praktis sehari-hari.

Dari jualan khotbah sampai kepada meneladankannya dalam kehidupan.

Bagaimana dapat menguji kesalehan seorang pemimpin? 

Di dalam keluarga rohani, dalam hal ini adalah komunitas rohani atau gereja lokal yang kental dengan nilai-nilai kekeluargaan, di mana kehidupan seorang pemimpin terpapar di hadapan jemaatnya. 

Itulah tema besar Ibrani pasal 13 ini. 

Ayat 1 menegaskannya
"Peliharalah kasih persaudaraan!" 

Kekeluargaan!

Kata perhatikanlah pada ayat di atas diterjemahkan dari kata Yunani anatheōreō, yang bermakna perhatikan/pelajari dengan teliti.

Jemaat diminta meneliti sungguh-sungguh keteladanan para pemimpin rohani untuk kemudian mencontoh hidup mereka.

NIV memakai kalimat "imitate their faith" (contohlah iman mereka).

TPT memakai istilah 'follow their walk of faith' (ikuti langkah iman mereka).

THE MESSAGE, memakai istilah 'let their faithfulness instruct you, as well as their truthfulness' (Biarlah kesetiaan mereka mengajarmu, sebagaimana juga kebenaran mereka).

Betapa harus amat sangat berhati-hatinya para pemimpin menjalani hidup, karena apa yang mereka lakukan akan dicontoh oleh para pengikutnya. 

Tidak heran Tuhan Yesus memperingati untuk mengikatkan batu kilangan kepada leher orang-orang yang menyesatkan (Matius 18:6; Markus 9:24; Lukas 17:2).

Kesetiaan terlihat dari awal dan terutama sampai pada akhirnya.

Bagaimana akhir hidup seorang pemimpin? 

Tetapkah ia setia? 

Apakah dia tetap memegang teguh nilai-nilai kejujuran, ketulusan dan kemurnian hidup, ataukah ketenaran dan uang sudah menggeser hatinya?

Para pemimpin, apakah uang dan aset gereja telah menggeser kasih mula-mula di hati Anda?

Kemana perginya semua ketulusan itu?

Apakah kesusahan hidup telah menggesernya menjadi keserakahan?

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Rabu, 26 Februari 2020

MEMAHAMI MAKNA KEBAIKAN TUHAN.

MEMAHAMI MAKNA KEBAIKAN TUHAN. 

By Leo Imannuel 

Mazmur 34:9
"Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"

Apa yang Anda akan lakukan pertama, melihat makanan baru mengecapnya atau mengecapnya baru kemudian melihatnya?

Sudah dapat dipastikan setiap orang akan melihat makanan baru kemudian mengecapnya.

Oleh karena itu dalam industri kuliner tampak makanan sama pentingnya dengan rasa makanan itu sendiri.

Bukan cuma sekedar rasa, namun juga bagaimana mempresentasikan makanan tersebut.

Tengoklah iklan makanan baik berupa gambar atau video, semua memiliki kesamaan yaitu kita cuma melihat namun tidak bisa mengecapnya bukan?

Apa yang ditampilkan oleh berbagai iklan tersebut?

Benar, tampilan menggiurkan dari berbagai makanan yang diiklankan, karena, bukankah selera muncul setelah melihat makanan? 

Namun, Tuhan berbeda, Beliau memutar balikan sistem dunia, 

"Kecaplah dan (baru kemudian) lihatlah."

Bagaimana seandainya dalam sebuah permainan mata Anda ditutup lalu kemudian Anda diminta mencicipi makanan yang Anda tidak tahu apa dan rasanya seperti apa. 

Bagaimana perasaan Anda? 

Takut? Pasti! khawatir? Apalagi! 

Namun, dalam permainan tersebut Anda pasrah (kemungkinan sambil tertawa), dan mencicipi makanan tersebut. 

Kenapa? Karena Anda percaya tidak akan diracun, paling hanya 'dikerjain.' 

Bagini, Apa itu kebaikan?

Banyak kita, entah sadar atau tidak menerjemahkan kebaikan sebagai sesuatu yang enak, tidak pernah susah, tidak pernah mengalami sakit, tidak akan khawatir apalagi menakutkan, tidak pernah rugi, selalu untung, tidak pernah gagal, dan lain sebagainya. 

Berarti ketidakbaikan adalah semua yang negatif bukan? 

Menilai sesuatu itu baik atau tidak dilihat dari bagian akhir sebuah rencana. 

Sebuah rencana yang didesain untuk mendatangkan kebaikan, seperti contohnya memberi obat pahit kepada seorang anak kecil.

Anak kecil ini menangis bahkan meraung, menolak obat pahit tersebut, orang tua bukannya jahat, namun berusaha memberi kesehatan kepada sang Anak. 

Tuhan memiliki rencana buat setiap kita, dapat dipastikan semuanya untuk kebaikan kita. (Yeremia 29:11). 

Dalam rancang bangun kehidupan yang Dia rencanakan buat kita itu, tidak melulu berupa sesuatu yang nyaman, tiap kali Dia melatih kita melalui padang gurun, bahkan lembah kekelaman, kerja keras, penolakan, penundaan, tangisan, ratapan, rintihan, keputusasaan, ketakutan, kekhawatiran, dlsb. 

Di dalamnya dan melaluinya kita berproses agar berpengalaman, lebih ahli, lebih bisa, menghargai hal-hal yang mungkin selama ini diabaikan, belajar beriman dengan tetap bergantung kepada-Nya, belajar memercayai-Nya disaat-saat tergelap dalam kehidupan. 

Namun, di sepanjang pergumulan dan perjuangan itu ada penyertaan, penghiburan dan kekuatan-Nya. Tuhan memenuhi janji-Nya untuk tidak pernah meninggalkan kita. 

Dan jika menang, di penghujung akan ada kemuliaan menanti, bahkan sebetulnya kemuliaan dapat kita rasakan sepanjang jalan perjuangan, berupa ya itu, penyertaan-Nya, hadirat-Nya, dan berbagai mukjizat. 

Jadi, sama saja seperti Tuhan berkata: "Sudah kecap aja dulu, rasakan dulu, baru kamu bisa melihat kebaikan-Ku."

Di sini peranan iman atau kepercayaan bahwa Dia baik, bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi batu atau ular beracun kepada anak-anak-Nya (Matius 7:9-11), sangat diperlukan.

Pada akhirnya kita akan mengerti, kenapa Tuhan izinkan semua penderitaan dan penundaan itu terjadi, ternyata untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28).

Jadi, yuk beranikan diri, tetapkan langkah, untuk 'mengecap' agar kita 'melihat' kebaikan Tuhan. JLI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus

Kamis, 20 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-10

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian KE-10, 
Bagian Terakhir

ANAK, BUKAN PEGAWAI 

Mengapa respon si sulung demikian? 

Jika kemarin kita belajar mengapa respon si sulung demikian adalah akibat dia tidak memiliki mental seorang Ayah (fathership), hari ini kita akan belajar si sulung juga tidak memiliki mental anak (sonship). 

Hal ini terlihat dari respon si sulung 

Lukas 15:29-38
(28) "Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia."

(29) "Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku."

(30) "Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia."

Dia mepresentasikan segenap prestasi diri seperti ketaatan dan kerajinannya, lalu mengontraskannya dengan dosa-dosa adiknya, dari sini kemudian dia menunjukkan kelayakannya untuk dipestakan oleh ayahnya. 

Yang terjadi sebenarnya adalah si sulung tidak memiliki fathership atau mentalitas seorang ayah, sehingga tidak bisa mengerti mengapa Bapanya bukan hanya menerima kembali, namun memestakan anak yang telah bikin malu keluarga tersebut, seorang anak yang tidak berprestasi, kemudian dia juga tidak memiliki sonship, atau mentalitas seorang anak. 

Dia mengajukan berbagai kelebihan diri (prestasi), dibandingkan dengan adiknya yang tidak berprestasi. 

Si Sulung lupa bahwa dia seorang anak. 

Menjadi seorang anak memiliki sebuah keistimewaan khusus, dia diikat oleh pertalian darah. 

Berprestasi atau tidak, seorang anak tetaplah seorang anak. 

Seorang karyawan bisa tidak lagi menjadi karyawan jika dia tidak berprestasi, tapi seorang anak? Kata orang tidak ada mantan anak. 

Secara posisi sulung adalah seorang anak, namun bermental karyawan. 

Sang Bapa sampai harus mengingatkannya:

"Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu." 
Lukas 15:31. 

Semua fasilitas bapa menjadi miliknya dan bisa digunakannya. 

Kita adalah anak-anak Tuhan, fasilitas sorgawi adalah milik kita dan dapat kita gunakan. 

Milikilah mentalitas pembapaan (fathership), sekaligus juga keputraan (sonship), yang pertama akan membuat kita mengasihi dan memahami kasih Bapa secara lebih komprehensif, yang kedua akan membuat kita taat, mendengarkan Bapa, belajar dari-Nya, mengasihi Bapa, dan memiliki mental memiliki (ownership), sekaligus melayani (stewardship)

JANGAN MILIKI MENTAL PEGAWAI, MILIKILAH MENTALITAS SEORANG ANAK. 

S E L E S A I. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Rabu, 19 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-9B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-9B

KAMU TIDAK MERASAKAN APA YANG BAPA RASAKAN

Lukas 15:25, 28-30
(25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.

(28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.

(29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

(30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.

Apa yang terjadi dengan si sulung? 

Bukankah seharusnya dia ikut bersukacita karena adiknya yang terhilang telah kembali? 

Mengapa dia malah bersunggut-sungut? 

Mengapa dia memerotes ayahnya? 

Protes si sulung diakibatkan oleh satu hal, dia bukan seorang ayah, sehingga tidak dapat mengerti bagaimana rasanya kehilangan seorang anak, dan kemudian secara ajaib anaknya didapat kembali. 

Dia tidak bisa mengerti sakit, kecewa, takut, cemas karena kehilangan seorang anak, dan sukacita besar ketika mendapatinya kembali. 

Nah, Lukas 15 ini berusaha menjelaskan semua perasan tersebut  melalui 3 buah perumpamaan, dari mulai Perumpamaan tentang domba yang hilang (1-7), dirham yang hilang (8-10), lalu puncaknya adalah perumpamaan anak yang hilang (11-32). 

Pada kedua perumpaan pertama Tuhan Yesus selalu menutupnya dengan kalimat:

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." Lukas 15:7 & 10. 

Tidak heran kalau sang Bapa sangat bersukacita, ini mukjizat! 

Bagaimana seandainya orang yang Anda kasihi meninggal dunia, dan kemudian mukjizat terjadi dia hidup kembali, bayangkan perasaan duka, sedih, kecewa, marah, jadi satu dan kemudian betapa besarnya sukacita tersebut. 

Tak heran sebenarnya respon Sang Bapa adalah: 

"Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." Lukas 15:32 

Tuhan itu menggambarkan dirinya sebagai seorang Bapa yang penuh kasih, pertobatan dan kepulangan kembali Anda merupakan sebuah sukacita besar bagi-Nya. 

Untuk dapat mengasihi jiwa-jiwa, terutama yang berdosa, dibutuhkan mentalitas seorang Bapa (fathership)

Anda tidak akan didakwa, Anda akan dipeluk-Nya dengan penuh sukacita dan kehangatan yang hanya dapat diberikan oleh seorang ayah yang baik dan sangat mengasihi anaknya. 

BERTOBATLAH, KEMBALILAH, PULANGLAH! 

BAPA MENANTI! 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Selasa, 18 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-9A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG

By Leo Imannuel

Bagian Ke-9A

PENDAKWA

Lukas 15:25, 28-30
(25) "Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian."

(28) "Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia."

(29) "Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku."

(30) "Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia."

Apa yang terjadi dengan si sulung? 

Bukankah seharusnya dia ikut bersukacita karena adiknya yang terhilang telah kembali? 

Mengapa dia malah bersunggut-sungut? 

Mengapa dia memprotes ayahnya? 

Si sulung memerotes ayahnya yang membuat pesta _home coming_ (kepulangan) adiknya adalah karena dia merasa dengan semua yang telah dilakukan oleh si Bungsu maka tidak pantas mendapatkan segala keistimewaan tersebut. 

Baginya, sang adik telah terbuang dan tidak layak untuk kembali. 

Ingatkah Anda pada proposal reposisi si Bungsu? 

Nah, kali ini ada yang setuju dengannya. 

Sang ayah, tidak perduli, sementara sang kakak sangat setuju dengan proposal reposisi sang adik. 

Dalam langkah pertobatan, selalu ada dua kutub, satu yang bersuka cita, sisi lain mencibir. 

Selalu ada pendakwa yang meragukan niat tulus kita untuk bertobat, tiap kali kata-kata dakwaan mereka sangat menyakitkan. 

Mereka bukan pendukung yang baik, jangan dengarkan mereka, jangan biarkan kata-kata negatif mereka menghentikan langkah Anda untuk hidup benar. Pada waktunya Tuhan akan berurusan dengan mereka. 

Kata-kata mereka tidak akan menentukan hidup Anda atau merubah kasih Tuhan kepada Anda. 

Para pendakwa hanya memiliki satu pekerjaan, yakni memastikan Anda selalu ingat akan masa lalu dan terus menerus merasa bersalah akan itu. 

Sementara Tuhan, senantiasa mengingatkan Anda akan masa depan bersama-Nya, dan ingin Anda terus menerus bersukacita dan semangat akan hal tersebut. 

DENGARKAN TUHAN, DIA PENDUKUNG TERBESAR ANDA UNTUK BERTOBAT. 

TERUS MELANGKAH, JANGAN UNDUR

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus

Senin, 17 Februari 2020

Iblislah Yang Menjadi Bapamu.... Jangan-Jangan.....

Yohanes 8:44
"Iblislah yang menjadi bapamu......"

Salah satu dialog dalam film The Assasin Creed, jika saya tidak salah adalah:

"Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah."

"Semuanya diperbolehkan."

"Kami bergerak di dalam gelap untuk melayani terang."

Bagaimana jika di balik?

"Kami bergerak di dalam terang untuk melayani kegelapan."

Di dalam gereja kita pikir, kita sedang melayani Tuhan, kita tutup mata terhadap penyimpangan yang terjadi di dalamnya, padahal sebenarnya semua adalah plot dari kegelapan.

Di dalam institusi terang ini kenapa banyak penyesatan, penipuan, pelecehan, perampokan?

Just watch the news!

Hati kecil pasti memperingati bahwa ada yang salah, cuma Anda tekan dan bunuh dia dengan memberi alasan pembenaran atas berbagai perilaku dan praktik menyimpang yang dilakukan oleh beberapa orang yang katanya hamba Tuhan tersebut. 

Jika iblis adalah "bapa segala dusta" maka ini merupakan penipuan terbesarnya.

Iblis buat kita semua berpikir sedang melayani Tuhan, padahal sedang melayani diri sendiri, bukan melayani ambisi Tuhan, melainkan melayani ambisi pemimpin, golongan dan organisasi, lebih manut terhadap peraturan gereja daripada firman Tuhan, belas kasihan selalu terbentur dengan peraturan ketat, yang bahkan lebih ketat daripada Alkitab, menjadi sebuah taurat baru. 

Berhati-hatilah......

#KiraKiraBegitu

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-8B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-8B

2 FOKUS YANG BERBEDA

Salah satu penghalang seseorang untuk bertobat lalu kembali pulang adalah perasaan tidak layak. 

Dengan perasaan tidak layak ini si bungsu membuat sebuah proposal reposisi pada ayat 18-19.

Lukas 15:20-23
(20) "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." 

Di dalam pelukan ayahnya, dia mengajukan proposal reposisinya, 

(21) "Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa." 

Anehnya sang Bapa seolah tidak mendengar apa yang diucapkan oleh putranya. Dia tidak perduli. 

Responnya adalah:

(22) "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya." 

(23) "Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." 

Sementara sang anak fokus kepada semua dosa-dosanya, sang Bapa fokus kepada kasih dan pengampunan. 

Tidak sekalipun dia mengomeli anaknya, atau memberi kuliah 2 semester mengenai akibat kejatuhan. 

Sang Bapa yang bijaksana dapat melihat bagaimana kehidupan telah cukup mengajar dan menghajar putranya, dia tidak mau menambahi beban putranya lagi. 

Kuliah etika semacam begitu dapat dilakukan nanti, setelah secara emosional dan rohani si Bungsu dalam keadaan baik dan telah benar-benar dipulihkan, tapi bukan sekarang. Sekarang saatnya bersuka cita. 

Fokus alami kita seringkali adalah dosa-dosa yang telah dilakukan, namun Bapa tidak pernah fokus kepada itu, Dia fokus kepada kasih-Nya. 

Respon Tuhan Yesus terhadap perempuan yang kedapatan berzinahpun bukanlah khotbah panjang lebar dalam dan luas mengenai akibat dosa, melainkan sebuah peringatan lembut

"Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Yohanes 8:11. 

AYO, DATANG BERTOBAT dan FOKUS KEPADA KASIH-NYA. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Minggu, 16 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-8A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-8A

KASIH YANG LEBIH BESAR DARIPADA AMARAH DAN KEBENCIAN. 

Dengan niat kuat untuk bertobat dan ingatan manis akan rumah Bapa, si bungsu melangkah pulang. 

Kira-kira apa yang dia pikirkan sepanjang perjalanan? 

Berbagai perasaan takut dan cemas pasti berkecamuk di dalam hatinya. 

Bagaimana jika ditolak? 
Bagaimana jika Bapa menutup pintu? 

Itulah mengapa si bungsu memikirkan sebuah proposal reposisi. 

Asumsinya adalah, dosanya sangat besar, maka sudah pasti posisi anak sudah hilang, paling tidak, dia sudah tidak berani menganggap diri sebagai anak, cukuplah menjadi orang upahan (Lukas 15:18-19). 

Sebuah proposal reposisi yang akhirnya dia ucapkan juga di ayat 21, kita akan bahas ini besok. 

Namun, sebelum sempat diucapkannya sebuah kejadian tak terkira terjadi

Lukas 15:20
"Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." 

Ketika masih jauh, ayahnya telah melihatnya, tergerak oleh belas kasihan, lalu berlari mendapatkan so bungsu sebelum dia sampai ke pagar rumah, merangkul, kemudian menciumnya. 

Tunggu dulu, mengertikah Anda betapa dalamnya maknanya? 

Begini, si bungsu keluar dari rumah Bapanya dengan membawa segala kekayaan dan kemewahan. 

Berpakaian bak raja, berbau harum, berperawakan sangat baik, khas para pangeran. 

Nah, kira-kira bagaimana perawakannya ketika kembali pulang?

Bagaimanakah imajinasi Anda membayangkan perawakan seorang depresi karena pernah kaya, lalu menjadi miskin? Bagaimanakah kira-kira perawakan seorang penjaga babi? 

Saya bayangkan tubuhnya kurus tak terurus, gerutan tua muncul di wajahnya akibat depresi, baju compang camping khas seorang miskin dan akibat perjalanan jauh, lalu bau tubuhnya yang menyengat. 

Menurut imajinasi saya, demikianlah keadaan si bungsu. 

Nah, pada sisi sang Bapa, ketika terakhir melihat putranya, dia masih bagus, keren, berpenampilan bagus. 

Kemudian dari kejauhan dia melihat putra bungsunya dalam keadaan yang sangat berbeda, tak heran hatinya tergerak oleh belas kasihan. 

Kata melihat, diterjemahkan dari kata Yunani eidō, yang bermakna bukan cuma melihat, namun memeriksa, mengamati, kemudian berlari (trechō = seperti lari seorang atlet lari di perlombaan, artinya si bapa berlari cepat) mendapatkan sang anak. 

Tanpa rasa jijik, Sang Bapa langsung memeluk sang Anak. 

Kasih yang besar telah mengalahkan kejijikannya, melumerkan hatinya dari kemarahan dan kekecewaan terhadap pembangkangan dan pengkhiatanan si Bungsu. 

Ini adalah gambaran kasih Bapa yang begitu besar, bahkan lebih besar dari semua perbuatan dosa yang kita lakukan. 

Tidak perduli hidup sudah sejauh apa membawa Anda, sudah sedalam apa Anda jatuh, Kasih Bapa selalu lebih besar daripada itu semua, Dia mampu dan mau mengampuni dan membersihkan Anda. 

DATANGLAH, PULANGLAH, BAPA MENANTI. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Jumat, 14 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-7

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

By Leo Imannuel 

Bagian Ke-7

GOOD MEMORIES 

Pertobatan dimulai dari kesadaran diri, namun kemudian apakah yang menyebabkan si bungsu pulang ke rumah Bapanya? 

Ayat 17 menjelaskan hal ini:

Lukas 15:17-18
(17) "Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan."

(18) "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa," 

Di tengah-tengah keterpurukannya dia ingat akan rumah Bapa, dia ingat setiap kenangan manis di dalamnya, dia menyadari betapa baiknya sang Bapa, bahkan terhadap orang-orang upahannyapun bapa sangat baik, apalagi kepadanya sebagai seorang anak. 

Dengan mengkontraskan hidupnya saat itu, dengan ingatannya akan rumah Bapa, tiba-tiba si bungsu merindukan rumah Bapa. 

Betapa pentingnya ingatan akan kebaikan (good memories) dalam proses pertobatan dan tentu kepulangan si bungsu ke rumah. 

Jikalau kita adalah seorang pribadi berotoritas, baik orang tua atau Gembala, betapa pentingnya mengelola keluarga atau jemaat yang Tuhan percayakan dengan nilai-nilai kebaikan atau keluhuran. 

Setiap hari, setiap kejadian, sebenarnya kita sedang menciptakan memori atau ingatan di dalam diri anak-anak atau jemaat. 

Pastikan itu sebuah ingatan yang baik, sebuah memori yang menyenangkan, dan suatu saat akan dirindukan oleh mereka. 

Buat Anda yang sedang berada jauh dari Bapa, Dia mengasihimu dan kasih-Nya tidak berkurang meskipun Anda telah melakukan yang tidak baik, bahkan jahat. 

KEMBALILAH PULANG, DIA HANYA SEJAUH DOA. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Kamis, 13 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-6

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-6

BERUBAH!

Anda pasti pernah mendengar atau membaca power statement demikian:

"Perubahan bukanlah perubahan sampai terjadi sebuah perubahan."

Betapa benarnya statement tersebut. 

Perubahan bukanlah sebuah konsep, perubahan adalah sebuah tindakan nyata. 

Mirip demikian adalah juga sebuah pertobatan. 

Niat untuk bertobat belumlah dapat dikatakan sudah bertobat, menangis di dalam doa dan KKR belumlah dapat dikatakan sudah bertobat. 

Pertobatan terjadi ketika kita berubah. 

Lukas 15:18-20
(18) "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,"

(19) "aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa."

(20) "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia."

Kata kunci pertobatan di atas ada pada ayat ke-20 'maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.'

Pertobatan sejati terjadi ketika niat, diteruskan menjadi sebuah tindakan nyata, sebuah tindakan nyata perubahan.

Kata bangkit di atas berasal dari kata Yunani anistēmi yang bermakna 'bangkit dari' bisa dipakai bangkit dari kursi, bangun dari tidur, bangkit berdiri di hadapan sebuah dewan, atau bangkit dari kematian. 

Jadi, pada ayat di atas anistēmi berarti bangkit, merubah posisi, dalam hal ini bisa diartikan bangkit untuk memulai sebuah perbedaan. 

Tadinya terkulai, terjerembab, maka memutuskan untuk bangkit, bukan cuma bangkit namun tetap dalam keadaan semula, tapi juga 'pergi' menjauhi, untuk mendekat kepada bapa. 

Ini saatnya kita bangkit, bangun, untuk merubah posisi hidup dari menjauhi Tuhan, menjadi mendekati Tuhan, dari berbuat dosa, menjadi bertobat alias tidak berbuat dosa lagi. 

Pertobatan dimulai di dalam hati, yang kemudian merubah pikiran. 

Ini baru terjadi di tataran filosofis, sebuah pertobatan haruslah dilanjutkan ke dalam tataran praktis, yaitu 'bangkit' dan 'pergi' menjauhi hidup lama, untuk kemudian melangkah mendekati bapa. 

Inilah tindakan perubahan. 

Yuk, MULAI BERUBAH SEKARANG!

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Rabu, 12 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-5B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-5A

SADARLAH dan BERTOBATLAH

Si bungsu benar-benar telah mencapai titik nadir di dalam hidupnya, sampai-sampai memakan ampas makanan babipun tidak diperbolehkan. 

Lukas 15:16
"Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya." 

Ampas makanan babi diterjemahkan dari kata Yunani keration, yaitu nama buah, Ceratonia silqua atau carob tree (disebut juga roti Yohanes Pembaptis, karena polongnya yang menyerupai  "belalang", yang merupakan makanan dari Yohanes Pembaptis). Buah ini berbentuk seperti tanduk dan memiliki rasa manis; buah ini digunakan untuk menggemukkan babi, dan sebagai bahan makanan warga miskin.

Pada poin inilah kemudian di ayat 17 menuliskan 

"Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan." 

Kata menyadari diterjemahkan dari kata Yunani erchomai, yang menurut Strong Dictionary, secara metaforis bermakna sadar atau eling. 

Kadang kita suka bingung melihat seorang suami atau istri bisa melupakan istri atau suaminya dan terutama anak-anaknya sendiri lalu kabur dengan wanita atau pria lain. 

Mengapa bisa demikian? Sebenarnya mereka sedang mabuk, lupa diri. 

Nah, pertobatan dimulai dari kesadaran diri, kesadaran akan keadaan diri dibandingkan dengan sewaktu berada di rumah Bapa. 

Di sinilah proses metanoia dimulai, sebuah proses perubahan cara berpikir yang akhirnya menuntunnya pulang ke rumah Bapanya. 

Merubah cara berpikir, akan merubah seluruh perilaku kita. 

Mulailah merubah cara pandang terhadap hidup, terhadap berbagai pilihan yang telah kita ambil. 

Pikirkanlah dari sudut pandang firman Tuhan. 

BERBALIKLAH KEPADA KRISTUS, BERTOBATLAH dan KEMBALILAH KEPADA-NYA. 

Filipi 4:8
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."


#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Selasa, 11 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-5A

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-5A

DO IT NOW! 

Banyak kali orang bertobat di ruang ICU ketika kekuatan sudah meninggalkan tubuhnya, kala sakit penyakit telah menggerogoti kekuatannya. 

Atau orang baru cari Tuhan dengan sungguh-sungguh setelah jatuh bangkrut, setelah kesombongannya dipatahkan bak buluh, ketika kebanggaannya sirna seperti embun terkena cahaya matahari. 

Ayah mertua saya seorang kuat, nan sakti mandraguna. 

Bagaimana tidak, beliau tidur di papan berpaku, lalu ditutupi dengan papan berpaku lainnya, bak keju di tengah roti tawar, kemudian mobil melindas tubuhnya, dan tidak ada luka sama sekali. 

Ayah mertua saya menarik truk tronton dengan giginya, menahan laju 3 buah motor Harley Davidson 1000 cc, kiri dan kanan dengan lengannya dan depan dengan giginya. 

Bahkan saya melihat dengan mata kepala sendiri, beliau dibakar hidup-hidup dan selamat tanpa luka sedikitpun. 

Bagaimana mempertobatkan orang kuat demikian?

Sampai suatu hari beliau sakit dan lama kelamaan menjadi lemah, pada titik itulah beliau menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. 

Seperti si bungsu, beberapa orang memang perlu dipepet sedemikian rupa, sampai apa yang dia andalkan tidak mampu menolong, ampai jatuh tergeletak dan tidak mampu bangun kembali, 

Lukas 15:16-17
(16) "Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya."

(17) "Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan."

Singkatnya, jangan tunggu stroke dulu baru bertobat. 

Jangan nanti hingga bangkrut, baru merintih dan bertobat. 

Jangan sampai datang kepada Tuhan dengan merangkak karena kekuatan tubuh hilang digerogoti oleh penyakit, baru melolong memohon belas kasihannya. 

Syukur jika masih keburu bertobat, jika kalah cepat dengan maut bagaimana? 

Bukankah lebih baik pergi menghadap Tuhan dengan membawa kasih karunia-Nya, daripada membawa dosa. 

LAKUKAN SEKARANG! 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus 

Senin, 10 Februari 2020

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG Bagian Ke-4B

SI BUNGSU Vs. SI SULUNG 

Bagian Ke-4B 

PERHATIKAN DI MANA KITA BERPIJAK. 

Pernahkah Anda jatuh terpeleset karena lantai licin? 

Atau pasti pernah melihat bangunan runtuh karena pondasinya buruk. 

Dalam kehidupan nyata, ada orang-orang yang menyerah lalu bunuh diri atau ada juga yang terhanyut ke dalam dunia akibat tidak kuat akan tekanan hidup dan tidak kuat bertahan menghadapi godaan dunia

Kesamaan mereka adalah tidak berpijak pada dasar yang kokoh. 

Si bungsu menaruh harapan pada uangnya. 

Sementara memang dapat diandalkan, sampai kemudian uang tidak bisa menolongnya

Lukas 15:14
"Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat."

Apa yang kemudian terjadi? 

Seraya merosot keuangannya, merosot pula kehidupannya, serendah penjaga babi. 

Berarti kita mesti berpijak kepada pijakan yang pasti, terbukti tidak pernah tergoncangkan, tidak akan pernah habis, tidak pernah gagal barang sekalipun. 

Sebagaimana perumpamaan Tuhan Yesus yang tercatat baik di Matius 7:24-27 maupun Lukas 6:45-49, tentang seorang yang membangun rumahnya di atas batu dan pasir. Ketika badai datang rumah berpondasi batu tetap kokoh berdiri, sementara yang berpondasi pasir hancur berantakan. 

Apakah pondasi batu dan pasir itu? 

Setiap orang yang mendengar firman Tuhan dan melakukannya, itulah pondasi batu, dan mereka yang mendengar firman Tuhan, namun tidak melakukannya, itulah pondasi pasir. 

Tidak ada pondasi sekuat dan sekokoh Tuhan, yang terwahyukan oleh Roh Kudus melalui firman-Nya. 

Kuncinya adalah 'hear and Obey' (dengar dan taat). 

Bangunlah bangunan kehidupan kita di atas firman Tuhan, baca, renungkan dan lakukan firman Tuhan (hear and obey). 

Manakala bangunan tersebut diuji oleh badai atau gempa kehidupan, maka nasib bangunan itu akan dijaga oleh pondasinya yang kuat, meski ada kerusakan, namun akan tetap berdiri kokoh. 

#TheProdigalSon

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#AllAboutJesus