Jumat, 09 September 2022

PENGKHOTBAH TERKENAL

IMHO, alias menurut pendapat saya nih.

Pengkhotbah sudah gagal, jika diundang khotbah terutama  karena nama bekennya, bukan karena khotbahnya yang mendalam dan memberkati.

Diundang hanya karena namanya beken dan bisa menarik massa, meski khotbahnya cetek dan ngaco.

Sebenarnya ini penghinaan terhadap si pengkhotbah itu sendiri.

Sama seperti seorang tukang masak, buka restoran, dan orang banyak datang dan mereka berkata:

"Maaf Chef, kami makan di sini karena tempat ini terkenal, kalo masakan sih sebenarnya lebih enak warteg dekat rumah."

Pujian pantas bagi seorang chef adalah rasa masakannya.

Begitu pula, bagi seorang pengkhotbah, pujian yang sepantasnya adalah kepada khotbahnya yang mendalam dan memberkati.

Tapi, zaman sudah berubah kayaknya.

Pengkhotbah punya nama beken, meski khotbah hanya pandai bermain di jargon, namun miskin teologi lebih laku, karena semata dapat menarik massa.

Karena tuntutan pasar, pengkhotbah akhirnya tidak sudi sekolah Alkitab, yang penting hebat di jargon, meski kosong melompong.

Padahal, Alkitab adalah kebenaran, sementara jargon, belum tentu benar. JLI. 

Eh, Minggu ini jadwal khotbah saya berapa kali ya?

#KiraKiraBegitu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar