Rabu, 12 Desember 2018

PELAYANAN, PEKERJAAN atau JATI DIRI?

Menurut KBBI jati diri adalah inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam; spiritualitas.

Menurut saya jati diri akan melahirkan mentalitas, yang menurut kamus yang sama berarti: keadaan dan aktivitas jiwa (batin), cara berpikir, dan berperasaan.

Semua pelayanan yang kita lakukan, termasuk pesan yang kita sampaikan, apakah itu sebuah pekerjaan atau jati diri?

Gini maksudnya,

Sederhananya, saya seorang ayah.

Menjadi seorang ayah adalah jati diri dan sekaligus mentalitas yang melahirkan pekerjaan menjadi seorang ayah.

Artinya ada tanggung jawab yang mesti dipenuhi.

Dimanapun dan selama saya hidup, saya adalah seorang ayah.

Tidak ada gaji, namun dilakukan dengan sukacita, semata-mata karena menjadi seorang ayah sudah menjadi jati diri saya.

Nah, hubungannya dengan pelayanan adalah begini,

Apakah pelayanan dan pesan yang kita sampaikan hanya sebuah pekerjaan atau sudah menjadi jati diri kita.

Contohnya, seseorang yang mengaku sebagai pelayan anak-anak  muda, dia banyak melakukan kegiatan pelayanan untuk anak-anak muda, selalu berada di antara anak-anak muda, hampir seluruh pesannya, baik khotbahnya maupun status sosmed-nya mengenai anak-anak muda.

Itu bagus dan sudah semestinya demikian, namun bagaimana jika mendapat 'mainan' baru (baca: pelayanan baru) yang tidak ada hubungannya dengan anak-anak muda, masihkah dia menggebu-gebu mengenai anak-anak muda?

Jika tidak, maka dapat dipastikan pelayanan anak-anak muda hanyalah sebuah pekerjaan dan belum menjadi jati diri di dalam dirinya.

Begitu pula dengan pelayanan doa, selalu berbicara mengenai doa, membuat acara-acara doa, namun apakah dia seorang pendoa?

Belum tentu, bisa jadi dia menggebu-gebu berbicara mengenai doa hanya karena bergabung di organisasi para church yang memfokuskan pelayanannya di doa.

Begitu dia pindah pelayanan ke organisasi para church dengan fokus beda, pasti dia akan menggebu-gebu dalam hal lain.

Ini artinya doa hanya menjadi sebuah pekerjaan dan bukan jati diri.

Jadi, bagaimana dong?

Semua bermula dari panggilan.

Ketika Tuhan memanggil Musa, maka respon Musa adalah: ".... "Siapakah aku ini..... " Keluaran 3:11.

Sebuah pertanyaan mengenai keraguan jati diri.

Ketika Tuhan memanggil, maka panggilan-Nya pertama-tama bukanlah menjadi sebuah pekerjaan, melainkan menjadi sebuah jati diri dan kemudian mentalitas, barulah setelah itu secara naluri akan menjadi pekerjaan yang dilakukan.

Bukan lagi hanya sekedar menjalankan tugas, namun tidak bisa tidak dia akan melakukannya, karena itu adalah jati dirinya, siapa dia, isi hatinya, mimpinya, hasratnya, dirinya sepenuhnya dan seutuhnya.

Ujiannya adalah ketika tidak ada keuntungan atau ditawarkan keuntungan yang lebih, apakah pindah?

Tuhan menawari Musa sebuah keuntungan besar dalam peristiwa anak lembu emas di dalam keluaran 32,  ketika Tuhan hendak membinasakan bangsa Israel dan kemudian menawarkan Musa menjadi nenek moyang dari bangsa di mana karya keselamatan Tuhan akan dinyatakan: "...... tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar." 10b.

Musa menolak dan membujuk Tuhan untuk mengampuni bangsanya.

Respon Musa hanya dapat terjadi ketika panggilan Tuhan telah menjadi jati dirinya.

Jadi, pertama-tama adalah panggilan, kemudian panggilan menjadi jati diri, jati diri menjadi mentalitas, output logis dan natural dari mentalitas adalah aktivitas  sehari-hari yang kita sebut pelayanan.

Nah, dari panggilan menjadi jati diri ini perlu proses.

Pertama-tama, menerima panggilan Tuhan, kemudian berproses agar panggilan tersebut menjadi jati diri.

Setelah menerima panggilan, harus wajib membangun hidup di atas panggilan, menyesuaikan hidup dengan panggilan, bukannya panggilan yang disesuaikan dengan hidup.

Ini berarti, pekerjaan, pendidikan, domisili, buku yang dibaca, seminar yang dihadiri, rekan-rekan komunitas, dll harus disesuaikan dengan panggilan.

Kemudian, tantangan akan menjadi ujian bagi proses panggilan menjadi jati diri.

Di dalam proses terbayang kerugian jika bertahan dan keuntungan yang terbayang jika pergi.

Jika bertahan, maka panggilan akan  menjadi jati diri, kemudian mentalitas dan barulah pelayanan.

Inilah yang diingatkan Mordekhai kepada Ester,

"..... Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Ester 4:14.

"Siapa tahu ini adalah panggilan dan pelayanan kamu." kira-kira demikian yang Mordekhai katakan kepada keponakannya itu.

Pelayanan ratu Ester adalah menyelamatkan bangsanya dari memusnahkan akibat enthnic cleansing yang diplot oleh Haman.

Ester melakukannya, meski ancaman mati terbayang.

Pelayanan akan tetap dilakukan meski tidak ada keuntungan yang membayangi.

Seseorang yang panggilannya telah menjadi jati dirinya tidak akan melayani atas dasar motivasi keuntungan (baca: uang dan ketenaran) yang didapat, kepuasannya adalah pelayanannya itu sendiri.

Contoh Paulus, dia mengerti panggilannya adalah memberitakan Injil.

1 Korintus 1:17a
"Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil..... "

Sehingga Paulus berpendapat seorang pemberitaan Injil harus membangun hidup di dalam tugas pemberitaannya tersebut.

1 Korintus 9:14
"Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu."

Panggilannya telah menjadi jati dirinya, sehingga semua yang dilakukan bukan atas dasar ketenaran atau kekayaan, melainkan jati dirinya.

1 Korintus 9:16
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku....."

Karena memberitakan Injil adalah panggilan yang kemudian menjadi jati dirinya maka tidak bisa tidak Paulus harus memberitakan Injil.

Ayat 16 ditutup dengan kalimat:
"..... Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."

Jadi, upah atau kesenangan Paulus bukanlah uang atau ketenaran melainkan ya pelayanannya itu.

1 Korintus 9:18
"Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil."

Saya tutup dengan pernyataan ini, sebuah aktivitas belum dapat dikatakan pelayanan sampai hal itu menjadi kesukaan Anda.

Agar supaya pelayanan menjadi kesukaan sebelumnya Anda harus mengenali panggilan Anda, menerimanya, lalu membangun hidup di atasnya, sampai panggila  itu menjadi jati diri Anda, mentalitas Anda dan pada akhirnya secara alami akan membuahkan aktivitas yang disebut sebagai pelayanan.

Bahkan, meskipun tidak diembel-embeli oleh istilah pelayanan, Anda akan tetap melakukannya, karena Anda adalah pelayanan Anda tersebut. Tidak dapat dipisahkan. JLI.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Senin, 05 November 2018

Musa Bagian 17

Mulai Keluaran pasal 20 sampai dengan pasal 31 berbicara mengenai berbagai hukum dan peraturan yang Tuhan berikan bagi orang Israel dan harus ditegakkan oleh Musa.

Dari mulai 10 hukum Musa, yang menjadi dasar hukum, semacam undang-undang dasar yang darinya tercipta hukum-hukum dan berbagai peraturan turunan lainnya.

Lalu peraturan kebaktian, hak budak Ibrani, jaminan nyawa sesama manusia, jaminan harta sesama manusia, peraturan mengenai dosa yang keji, peraturan mengenai orang-orang yang tidak mampu, berbagai peraturan-peraturan lainnya.

Mengapa Tuhan memberi hukum dan peraturan bagi orang Israel?

Menurut saya ada jawabannya dua.

Pertama, selama di Mesir, bangsa Israel hidup dengan peraturan Mesir, terlebih sebagai budak mereka hidup dan diperlakukan dengan berbagai peraturan sebagai budak, bermental budak, berkebiasaan sebagai budak.

Namun, kini mereka menjadi umat Allah, sehingga sudah seharusnya hidup di bawah hukum dan peraturan kerajaan Allah.

They are now under new management.

Hukum dan peraturan yang diberikan adalah cara Tuhan untuk mengenyahkan mental Mesir di hati bangsa Israel agar mereka dapat mengenakan mentalitas yang baru sebagai umat Allah.

Sebagaimana orang Israel, kitapun sudah menjadi umat Allah, sehingga sudah sepatutnya hidup di bawah hukum dan peraturan Allah yang tertulis di dalam Alkitab.

Sehingga hidup kita akan berbeda dengan orang-orang dunia, dan memang tidak bisa dan tidak boleh sama.

Sebagaimana yang Paulus tuliskan di dalam Roma 12:2

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Karena, sejak kita berpaling kepada Kristus dan menjadikan-Nya Tuhan dan Juru Selamat, kita bukan lagi dari dunia, gaya hidup kita harus berbeda dengan gaya hidup dunia.

"........ Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia....." Yohanes 15:19

Kedua, berbagai hukum dan peraturan yang  diberikan oleh Tuhan, bukanlah dimaksud untuk membatasi kehidupan orang Israel, melainkan justru untuk melindungi dan membedakan dari bangsa-bangsa yang tinggal disekeliling mereka.

"Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku." Imamat 20:26

Begini, peraturan diciptakan bukanlah untuk membatasi sebuah pertandingan olah raga, namun justru untuk melindungi pertandingan dan para atletnya, dan membedakan satu cabang olahraga dari yang lainnya.

Contohnya, apa yang membedakan olahraga bola basket dan sepak bola?

Sesungguhnya yang membedakan di antara keduanya adalah peraturan yang berbeda.

Seperti misalnya pemain sepak bola tidak boleh menyentuh bola dengan tangan, mereka harus menggunakan kaki, sementara pemain bola basket justru wajib menggunakan tangan.

Melalui berbagai peraturan tersebutlah kita melihat keindahan sebuah cabang olah raga dan kemahiran para atletnya.

Berbagai hukum dan peraturan yang diberikan Tuhan tidaklah untuk membatasi kita, jadi janganlah merasa dibatasi dan dibebani oleh itu.

Namun, sebaliknya melalui berbagai hukum dan peraturan tersebut, Tuhan berusaha membedakan hidup sejati yang dianugerahkan-Nya kepada kita melalui Tuhan Yesus Kristus dengan kehidupan palsu yang dunia tawarkan.

Sebagaimana yang tersurat dari terjemahan The Message Bible dari Roma 12:2 di atas.

"Don’t become so well-adjusted to your culture that you fit into it without even thinking. Instead, fix your attention on God. You’ll be changed from the inside out. Readily recognize what he wants from you, and quickly respond to it. Unlike the culture around you, always dragging you down to its level of immaturity, God brings the best out of you, develops well-formed maturity in you."

Dituliskan di atas bahwa budaya dunia di sekeliling kita yang selalu menarik jatuh sampai kelevel ketidakdewasaan mereka, namun Tuhan membentuk sebuah kematangan hidup yang sangat baik di dalam kita.

Jadi, hukum dan peraturan diberikan bukan untuk membatasi, melainkan justru untuk membedakan kita dengan dunia dan melindungi kehidupan sejati di dalam kita yang telah dianugerahkan-Nya melalui  Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat dunia.

Rabu, 26 September 2018

Musa Bagian 16

Keluaran 18:25
"Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang."

Setelah Musa mendengarkan nasihat mertuanya, maka kebutuhan akan pemimpin tersedia, lowongan dibuka.

Siapakah yang Musa pilih?

Apakah kualifikasinya?

Terjemahan LAI menyebutkan "orang-orang cakap."

KBBI: Cakap adalah sanggup/mampu/dapat/pandai/mahir melakukan sesuatu.

King James Version menyebutkan "able men."

Merriam-Webster: Able adalah memiliki kekuatan/keahlian/kemampuan yang cukup untuk melakukan sesuatu (mampu memecahkan masalah).

NIV menuliskan "capable men."

Merriam-Webster: capable adalah mampu melakukan sesuatu: berkualitas atau keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu dengan baik.

Sementara The Message mengkualifikasikannya sebagai "competent men."

Merriam-Webster: competent adalah memiliki kemampuan atau keahlian sehingga mampu melakukan sesuatu dengan sangat baik sesuai dengan standar yang ditentukan.

Jadi, dari berbagai keterangan di atas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa Musa tidak asal memilih pemimpin, beliau hanya memilih orang-orang yang memiliki keterampilan atau cakap melakukan tugasnya.

Kata "cakap' di atas diterjemahkan dari kata Ibrani chayil yang berarti memiliki kemampuan atau keahlian.

Dari mana mereka memiliki kemampuan tersebut?

Kata chayil sendiri berasal dari kata chûl chı̂yl yang salah satu artinya adalah kesakitan (seperti hendak melahirkan).

Saya artikan tidak pernah ada seseorang menjadi ahli di dalam kemudahan.

Semua ahli dibentuk di dalam kesulitan, semakin tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi dan kemudian diatasi, akan menjadikan seseorang semakin ahli.

Jangan salah, orang-orang yang Musa pilih bukanlah superman melainkan orang-orang biasa saja sebagaimana yang terlihat dari kata Ibrani ĕnôsh yang diterjemahkan menjadi 'orang-orang' pada ayat di atas.

Kata itu berarti orang biasa.

Bahkan kata kata ĕnôsh berasal dari kata ânash yang bermakna lemah atau menjadi sakit.

Artinya mereka hanyalah orang-orang biasa yang kemudian berproses di dalam kehidupan, menjadi bertanggungjawab dengan kewajiban mereka, oleh karenanya lambat laun mereka menjadi ahli di dalam bidangnya.

Dari sini kita belajar tidak perlu menjadi superman untuk dapat menjadi seorang ahli atau pakar, yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan niat kuat untuk berlatih dan berproses.

Ingat-ingatlah ini, bahwa seseorang dengan sedikit bakat namun disertai oleh kerja keras dapat mengalahkan orang berbakat namun malas.

Benarlah apa yang dikatakan oleh manusia terpandai di dunia ini, Raja Sulaiman:

"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." Amsal 22:29.

Jadilah seseorang yang cakap di dalam pekerjaanmu, temukan passionmu, berproseslah di sana dengan tekun, sabar dan kerja keras, niscaya orang-orang terhormat akan menghargai karyamu dengan cara terhormat pula.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Selasa, 25 September 2018

Musa Bagian 15

Keluaran 18:13-14
(13) Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang.
(14) Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?"

Sebagai lulusan Mesir, semestinya Musa tahu mengenai pendelegasian tugas, namun tampaknya itu tidak diterapkannya.

Dari kisah Yitro dan pengangkatan hakim-hakim ini kita dapat belajar beberapa hal:

1. Sehebat apapun seseorang, tetaplah dia membutuhkan nasihat dari orang lain.

Keluaran 18:17 & 19a
Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu ...........Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu......."

Sebenarnya nasihat Yitro bukanlah sesuatu yang istimewa, beliau hanya memberitahu Musa mengenai pendelegasian tugas.

Kadang seorang pemimpin terlalu fokus kepada hal-hal besar, sehingga lalai terhadap hal-hal simpel.

Kadang dia terlalu kaku terhadap sistem, sehingga tidak fleksibel.

Di sinilah peranan seorang Yitro, untuk memberi nasihat buat seorang pemimpin besar, hebatnya Musa dengan rendah hati mau mendengarkan dan menuruti nasihat mertuanya

Keluaran 18:24
"Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya."

Hal ini mengantar kita kepada pelajaran kedua.

2. Menjadi sebesar apapun Anda, selalu ingatlah jangan menjadi terlalu besar sehingga tidak ada seorangpun yang dapat menasihati atau menegur Anda.

Tuhan senantiasa meletakkan seseorang di bawah otoritas seorang lainnya, baik sebagai bapak rohani atau sahabat rohani.

Merekalah sparring partner kita.

3. Seorang pemimpin sehebat apapun dia, tetap memerlukan pertolongan.

Seorang pemimpin, baik di dalam gereja, kantor, maupun di salam rumah, tidak akan bisa mengerjakan semuanya seorang diri.

Area di mana dia lemah, adalah kesempatan bagi orang lain untuk melayani atau ikut bekerja bersama-sama.

Seorang pemimpin bukanlah seorang yang tahu segalanya, dan bisa semuanya, seorang pemimpin adalah seseorang yang dapat mengkaryakan semua orang sesuai dengan karunianya.

Melaluinya seorang pemimpin membantu menumbuhkan pemimpin-pemimpin baru di bawahnya.

Kira-kira mengapa Musa duduk menghakimi bangsa itu dari pagi sampai petang?

Mungkin karena Musa beranggapan bahwa dialah yang ditunjuk Tuhan sebagai pemimpin, sehingga semuanya harus dia yang melakukan, terutama hal-hal penting.

Atau bisa juga orang-orang Israel sendiri yang memperlakukannya demikian.

Mereka mengkultuskan Musa, mengingat sebelumnya ada berbagai mukjizat hebat, bahkan spektakuler.

Di dalam bidang rohani, seorang pemimpin memiliki kecenderungan untuk mengkultuskan dirinya atau dikultuskan karena sistem (jemaat/pengikut).

Berhati-hatilah, Anda hanyalah seseorang yang dikaruniai jabatan pemimpin, Anda bukan Tuhan.

#KiraKiraBegitu

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Jumat, 21 September 2018

Musa Bagian 14

Hidup memang kadangkala terasa tak adil dan berat.

Masalah datang silih berganti, seperti yang dialami oleh bangsa  Israel, baru saja lolos dari tangan Firaun, sekarang terhadang oleh orang Amalek.

"Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim." Keluaran 17:8

Secara garis keturunan orang Amalek dan orang Israel sebenarnya adalah sepupu, karena Amalek sendiri merupakan cucu dari Esau, kakak Yakub yang menjadi nenek moyang Israel.

Hanya orang-orang terdekatlah yang dapat menyakiti kita lebih sakit.

Ada tiga hal yang dapat kita pelajari dari pertempuran Israel dan Amalek ini.

Pertama, arti kata Rafidim sendiri adalah tempat peristirahatan.

Tuhan tidak pernah mengizinkan pergumulan datang menghantam disaat kita lemah.

Inilah prinsip yang rasul Paulus tulis ulang di dalam 1 Korintus 10:13, yang berbunyi demikian:

"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Suoaya berbagai pergumulan hidup itu tidak lebih kuat daripada kita, maka tidak pernah Dia izinkan menimpa di saat kita lemah.

Penyerbuan Firaun memang melemahkan hati, jiwa dan fisik orang Israel, terutama Musa, namun setelah keluar dari dalam laut, mereka resting alias beristirahat, untuk memulihkan kekuatan fisik, jiwa dan roh.

Kedua, kunci kemenangan Israel melawan Amalek adalah ketika Musa mengangkat tangannya di atas bukit.

Prinsip pertempuran adalah siapa menguasai tempat tinggi dia akan menang.

Pada zaman kini tidak heran negara Israel tidak pernah mau menyerahkan dataran tinggi Golan yang direbutnya dari Suriah pada peristiwa perang enam hari tahun 1967.

Di dataran tinggi inilah Israel membangun pusat pengamatan tentara atau "Mata Israel" (The Eye of Israel).

Dari dataran tinggi ini kita dapat melihat baik Suriah maupun Israel, dari bukit ini menyerang Israel menjadi lebih mudah.

Kembali kepada Musa di atas bukit, secara rohani, apa yang Musa lakukan adalah dia melakukan peperangan rohani di alam roh yang tak terlihat, namun tak kalah sengit.

Musa bertempur bersama Tuhan. Musa sadar bahwa tanpa bantuan Tuhan maka nasib Israel akan hancur, terbukti ketika dia menurunkan tangannya, Amalek menjadi lebih kuat.

Dalam setiap pergumulan, ayo kita kuasai dataran tinggi, maksudnya masuklah ke dalam ruang doa, puji  dan sembahlah Tuhan, kalahkan setan dengan kuasa Roh Kudus di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.

Bukankah perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.  Efesus 6:12

Ketiga, mengapa ada begitu banyak tantangan tantangan di dalam kehidupan orang Israel?

Sederhana saja, karena mereka masih di dalam perjalanan menuju tanah perjanjian.

Di padang gurun Tuhan melatih untuk mempersiapkan mereka memasuki tanga perjanjian dan kemudian membangunnya menjadi sebuah negara para imam di mana Tuhan sendiri yang menjadi pemimpinnya.

Namun sebelum terbentuk sebuah kerajaan teokrasi, maka mentalitas  kerajaan Imamat itu harus terlebih dahulu lahir di hati mereka.

Membentuk sebuah negara memang sulit, namun lebih sulit melahirkan negara, kecintaan, visi dan misi sebuah negara di dalam hati setiap rakyatnya.

Padang gurun adalah cara Tuhan untuk melakukannya.

Lalu apakah setelah memasuki tanya perjanjian masalah mereka berhenti?

Tentu tidak, karena mereka harus merebut dan membangunnya menjadi sebuah kerajaan seperti yang Tuhan inginkan.

Diperlukan kerja keras dan hikmat untuk mewujudkannya.

Hingga suatu hari kelak kerajaan yang sesungguhnya akan dinyatakan, di mana Tuhan sendiri akan menjadi raja seluruh bumi.

Kita mengalami banyak pergumulan karena memang belum "pulang."

Dunia ini seperti padang gurun kehidupan, di sini kita berjuang di dalam pertandingan iman.

Di dalam kehidupan ini Allah melatih kita agar kelak memang layak secara bathin (karakter) memasuki langit baru dan bumi baru yang Dia janjikan untuk menjadi warga negaranya (permanent resident).

Sebelum kelak dinyatakan, dunia yang akan datang itu perlu dilahirkan di hati kita.

Melalui pergumulan, Tuhan hendak melahirkan mentalitas langit baru dan bumi yang baru di dalam hati kita.

Supaya kita menghidupi hidup ini dengan karakter surga, memandang dunia dan segala hal di dalamnya dengan sudut pandang ilahi.

Sehingga otomatis kehidupan kita akan berbeda dengan orang-orang dunia, karena mentalitas atau hatinya berbeda.

Cara kita menjalani hidup buka berdasarkan hitungan untung rugi secara duniawi, melainkan dari sudut pandang kekekalan.

#KiraKiraBegitu

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Rabu, 12 September 2018

Musa Bagian 13

Keluaran 17:7
"Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"

Sebagaimana orang Israel yang bersungut-sungut bahkan meragukan Tuhan ketika menghadapi tantangan, kitapun cenderung melakukan hal yang sama.

Di dalam pergumulan berat sering kita mempertanyakan Tuhan dan kuasa-Nya:

"Mengapa Tuhan tidak menolong saya?"

"Tuhan ada di mana ketika saya menderita?"

"Apakah Tuhan perduli dengan hidup saya?"

Bahkan yang paling ekstrim kita sampai bertanya-tanya
"Tuhan itu ada tidak sih?"

Ujung-ujungnya kita menjadi seorang yang beranggapan bahwa kalaupun  Tuhan itu ada, Dia pasti tidak perduli dengan hidup saya.

Berbagai pertanyaan demikian juga diajukan oleh banyak orang Amerika ketika dua menara kembar WTC hancur dihantam pesawat terbang, dalam aksi terorisme yang kita kenal dengan peristiwa 911 (nine eleven) karena peristiwa tersebut memang terjadi pada tanggal 11 September.

"Di mana Tuhan ketika peristiwa ini terjadi?"

Pertanyaan demikian diajukan oleh banyak kaum ateis dan skeptis, yang bertujuan untuk mengolok-olok orang-orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada.

Anne Graham Lotz, memberikan salah satu jawaban terbaik di dalam sebuah acara televisi. Beliau menjawab kurang lebih demikian:

"Kita mengusir Tuhan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita meminta Tuhan keluar dari sistem peradilan, pendidikan dan bernegara, lalu ketika peristiwa ini terjadi kita bertanya Tuhan ada di mana?"

Bagaimana seandainya jika Tuhan yang bertanya demikian?

Di mana kamu ketika Aku ingatkan untuk berdoa? Membaca Alkitab?

Apa jawab kita?

Jangan-jangan memang selama ini kitalah yang tidak mengacuhkan-Nya.

Coba pikirkan sejenak, bagaimana mungkin kita memberikan kepada Tuhan sesuatu yang kurang baik namun mengharapkan berkat-berkat yang terbaik?

Pun demikian, Dia tetaplah Tuhan yang penuh kasih dan setia.

Dia tetap menjaga dan memelihara hidup kita.

Lagipula menurut Anda memangnya apa alasan mengapa kita tetap kuat dan bertahan sampai hari ini kecuali karena memang Dia yang menjaga dan memelihara hidup kita.

Tuhan Yesuslah alasan dibalik semua kekuatan yang kita peroleh untuk terus melangkah sampai hari ini.

Suatu kali dalam sebuah doa pribadi, muncullah berbagai gambaran saat-saat saya menderita, terluka, menangis dan merasa sendiri.

Di dalam doa tersebut, saya hanya bisa menangis.

Tanpa sadar hal-hal demikian menjadi seperti 'luka' di dalam jiwa, sebuah kekecewaan tersembunyi di dalam hati kepada Tuhan.

Kemudian saya mendengar suara di dalam kalbu, Tuhan berbicara, "Leo, tahu tidak bahwa di dalam semua kesusahan dan penderitaan tersebut Aku ada di sebelah kamu dan tidak pernah meninggalkanmu.

Saya menangis tambah keras, karena menyadari bahwa ternyata Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan saya seorang diri. Dia ada disebelah saya, menguatkan, menghibur dan berjuang bersama-sama saya.

Hari itu saya sembuh. Jiwa saya dipulihkan oleh-Nya.

Tuhan ada disebelahmu dan tidak pernah beranjak dari sana.

Itulah alasan kekuatanmu sampai hari ini.

Teruslah percaya dan berharap kepada-Nya.

Dia tidak pernah mengecewakanmu.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Minggu, 09 September 2018

Musa Bagian 12

Keluaran 14:21-22
(21) Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.
(22) Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.

Di Mesir orang Israel adalah rakyat biasa yang tak memiliki kemampuan atau keahlian tempur, lagipula sebagai budak secara alami mereka memiliki mental yang tunduk kepada orang Mesir, sehingga ketika dikejar oleh Firaun dan pasukannya keberanian mereka langsung hancur.

Terlalu lama ditindas membuat mereka bahkan tidak berani menegakkan kepala, namun Tuhan segera bertindak.

Di tengah-tengah ketakutan orang Israel Tuhan membuat salah satu mukjizat terbesar dan paling mustahil dilakukan sepanjang sejarah, yakni membelah laut menjadi dua.

Melalui mukjizat ini Tuhan ingin menunjukkan kepada orang Israel bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat.

Segala perbuatan ajaib-Nya yang diceritakan turun temurun oleh nenek moyang mereka adalah benar adanya.

Keluaran 14:31
"Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu."

Tuhan menunjukkan Kemahakuasaannya bukan karena Dia senang show off, namun agar orang Israel sadar siapa Dia dan menyembah-Nya.

Suka tidak suka, mau tidak mau, kadang pergumulan besar melanda hidup.

Namun, ingatlah satu hal bahwa mukjizat paling dahsyat terjadi dari pergumulan paling hebat.

Hidup mungkin sudah kepepet tidak lagi dapat bergerak ke kanan atau ke kiri, musuh datang di sekeliling, tetaplah percaya dan berserulah kepada Tuhan, Dia lebih hebat dan lebih berkuasa dari semua pergumulan kita.

Jika pergumulan yang datang akibat kelalaian diri sendiri, atau karena kesalahan diri sendiri, bertobatlah dan mintalah ampunan-Nya.

Lalu hadapilah pergumulan tersebut dengan hati yang bertobat, percayalah Dia tidak akan membiarkan anak-anak-Nya berjuang seorang diri.

Namanya adalah Imanuel, Allah yang menyertai kita.

Mazmur 121:1-3
(1) Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?
(2) Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
(3) Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Rabu, 08 Agustus 2018

Musa Bagian 11

Keluaran 14:10
"Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN."

Visi yang Tuhan berikan kepada setiap orang adalah untuk membawanya dari posisi hari ini menuju posisi lain yang jauh lebih baik.

Mesir memang baik buat orang Israel, meski menjadi budak setidaknya selalu ada kepastian makan dan minum.

Namun, Tuhan memanggil mereka bukan untuk menjadi budak, melainkan untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat, sehingga dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di dunia.

Di Mesir makanan memang cukup bahkan mungkin berlebih.

Mereka masih dapat berternak kambing domba, namun yang Tuhan sediakan bagi mereka jauh lebih berlimpah daripada hanya sekedar makan dan minum.

Apakah artinya makan minum dan kambing domba, namun menjadi budak dibandingkan dengan sebuah negeri yang berlimpah susu dan madu yang menjadi milik mereka sendiri. Mereka tinggal di sana sebagai orang merdeka.

Namun, belum lama meninggalkan Mesir, Firaun datang mengejar mereka dengan pasukan khusus Mesir.

Dari sini kita belajar bahwa:
1. Musuh utama dari masa depan adalah masa lalu.
Firaun adalah gambaran hidup lama. Dia seperti mungkin kebiasaan lama, kawan-kawan lama yang selalu mengajak kembali berbuat hal-hal buruk yang dahulu biasa kita lakukan bersama mereka, zona nyaman dan zona aman, bahkan juga keinginan diri untuk kembali ke masa lalu.

2. Meski melaksanakan visi Tuhan bukan berarti jalan hidup kita akan mulus seperti jalan tol, justru sebaliknya tantangan akan datang menghadang, tujuannya adalah  Tuhan melatih hidup kita agar kelak layak dan mampu mewarisi tujuan-Nya.

Seperti orang Israel, hanya yang berhasil mempercayai Tuhan di dalam segala tekananlah yang berhasil memasuki Tanah Perjanjian.

3. Selain untuk mendidik kita di dalam iman dan membentuk karakter, maksud lain dari tantangan yang kita hadapi adalah agar Tuhan dapat menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya, baik bagi kita dan terutama bagi orang-orang dunia.

"Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN." Lalu mereka berbuat demikian."
Keluaran 14:4

Jadi, entahkah di dalam pergumulan atau di dalam kelegaan, hidup kita adalah alat kesaksian bagi kemuliaan Tuhan.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Minggu, 05 Agustus 2018

Musa Bagian 10


Berkali-kali Tuhan mengemukakan alasan-Nya membuat berbagai mukjizat di Mesir.

"Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda." Keluaran 14:18

Kekayaan Mesir adalah sungai Nil yang memberikan kehidupan dan  kesuburan bagi pertanian mereka.

Kekuatan Mesir adalah militer mereka, dengan pasukan kereta kudanya yang gagah perkasa.

Kemuliaan Mesir adalah kepandaian dan tekhnologi, terutama dalam bidang arsitektur dengan bangunan-bangunan megah yang mereka bangun.

Kejayaan Mesir adalah mereka menjadi negara adidaya dan adikuasa pada masa itu.

Di sanalah terbentuk segala kebanggaan termasuk kesombongan mereka.

Orang Mesir memiliki banyak dewa, seperti Ra, Isis, Amun-Ra, Osiris, dan masih banyak yang lain.

Mereka beranggapan segala kekayaan, kekuatan, kemuliaan, kejayaan, berasal dari dewa-dewa ini, sehingga sujud menyembah kepadanya.

Tuhan memakai Musa untuk menjungkirbalikan kepercayaan ini, sehingga Firaun dan seluruh Mesir dapat melihat bahwa hanya ada satu Tuhan yang Maha Kuasa dan pencipta segalanya.

Dan selama ini Dialah yang telah memberkati Mesir, bahkan menyelamatkan mereka dari kepunahan akibat kelaparan pada zaman Yusuf, bukan dewa-dewa Mesir yang kosong.

Kepada siapakah kita meletakkan kebanggaan dan semua kejayaan?

Apakah harta kekayaan atau bahkan kepandaian diri?

Semua kekayaan dan kejayaan yang kita lihat dan dapat kita raih di dalam dunia ini, semua milik Tuhan.

Kejar semua itu, kita akan kehilangan faktor yang paling penting yakni Tuhan sendiri.

Kejar Tuhan maka kita akan memperoleh yang jauh lebih penting dan mulia dari itu semua, yakni kehidupan sejati yang memang hanya ada di dalam-Nya.

Suatu kali menjelang ajalnya, Alexander Agung memberi 3 perintah kepada para jenderalnya mengenai penguburannya kelak, demikian: pertama, yang mengangkat peti matinya haruslah para tabib yang mengobatinya, kedua, sepanjang perjalanan dari rumah duka ke kuburannya haruslah ditaburkan uang dan kekayaan yang diperolehnya semasa invasi militernya, ketiga, kedua tangannya harus berada di luar peti mati.

Alexander Agung menjelaskan demikian: para tabib yang mengangkat peti matinya berarti bahwa semua dokter yang paling hebat sekalipun tidak bisa menghindari dari kematian.

Harta kekayaan yang ditaburkan, bermakna bahwa pada akhirnya semua pencapaian itu akan sia-sia dan terbuang percuma.

Ketiga, tangan yang keluar dari peti mati bermakna, orang yang paling berkuasa di bumi, yang telah menaklukkan bangsa-bangsa, meninggal dengan tangan kosong.

"Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!"" Amos 5:4

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Kamis, 02 Agustus 2018

Musa Bagian 9

"Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel." Keluaran 11:7

Tuhan membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel.

Berkali-kali Tuhan menimpakan tulah atas Mesir, namun meluputkan tanah Gosyen di mana orang Israel berdiam.

"Tetapi pada hari itu Aku akan mengecualikan tanah Gosyen, di mana umat-Ku tinggal, sehingga di sana tidak ada terdapat pikat, supaya engkau mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, ada di negeri ini." Keluaran 8:22

Mengapa Tuhan membedakannya? Karena orang Israel adalah umat pilihan-Nya.

Sebagai anak-anak Tuhan, semestinya Tuhan membedakan perlindungan dan berkat-berkat-Nya atas kita daripada yang lain.

Namun, mengapa buat sebagian orang itu tidak terjadi?

Mungkin karena gaya hidup kita sama dengan yang lain.

Kita tidak dipanggil untuk menjadi sama dengan yang lain, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi dunia, sederhananya untuk menjadi sebuah contoh atau teladan, untuk itu mau tidak mau, hidup kita harus berbeda dari yang lain.

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu......" Roma 12:2a

Demikian nasihat Paulus kepada jemaat di Roma.

Di saat dunia sudah sangat permisif terhadap dosa, sebagai umat Allah, kita harus berani menarik garis batas yang jelas antara mana yang najis dan mana yang kudus, lalu dengan berani hidup di belakang garis zona kudus.

Bagaimana Tuhan mau membedakan kita dari yang lainnya, jika cara hidup kita sama dengan sistem dunia yang dianut banyak orang.

Sesungguhnya, apakah yang membedakan orang Israel dari orang Mesir dan bangsa-bangsa lain disekeliling mereka?

Apakah berkat-berkat jasmani, semacam kekayaan?

Tentunya bukan.

Jangan terkecoh, kekayaan bukanlah berkat terbesar, itu hanya akibat dari berkat sesungguhnya.

Ada yang jauh lebih berharga daripada tumpukan deposito di rekening bank kita.

Musa mengatakannya dengan sangat lugas di dalam Keluaran 33:16
"Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"

Ya, penyertaan Tuhan adalah berkat sejati paling berharga yang manusia bisa miliki.

Jika Tuhan menyertai kita sekalian, maka disitulah akan terlihat perbedaan kita dari yang lain.

Bahkan kelahiran Tuhan Yesus di dunia inipun sebagai lambang penyertaan Tuhan.

"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" — yang berarti: Allah menyertai kita. Matius 1:23.

Sesungguhnya disertai Tuhan jauh lebih berharga dari apapun di dunia ini.

Carilah senantiasa penyertaan-Nya.

Berdoalah setiap hari, mohonkanlah bimbingan-Nya dalam hidup kita, lalu berilah diri untuk mau hidup sesuai pengaturan-Nya. Jadilah pelaku Firman.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Minggu, 29 Juli 2018

Musa Bagian 8

Menghadapi Bangsa Israel yang menolaknya karena semakin dipersulit oleh Firaun.

Menghadapi Firaun yang sangat berkuasa dan kemudian menundukkannya.

Membuat berbagai mukjizat termasuk tulah di Mesir.

Memimpin kurang lebih dua juta orang Israel keluar dari Mesir.

Membelah laut.

Sampai di sini, dapatkah Anda bayangkan seorang Musa yang frustrasi dan rendah diri dapat melakukan semua itu?

Musa yang karena keminderannya berkali-kali menolak perintah Tuhan, dapat melakukan semua perkara tersebut?

(13) Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."
(14) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa...... "
Keluaran 4:13-14a

Pada akhirnya kita dapat melihat bahwa di balik semua keajaiban itu ada Tuhan.

Tugas Musa hanya taat melakukan apapun yang Tuhan perintahkan kepadanya.

Apapun yang dapat kita lakukan, segala prestasi dan keberhasilan semua karena Tuhan.

Juga Anda yang sedang gentar menghadapi visi yang Tuhan beri, apakah itu di dalam pelayanan, pekerjaan atau bisnis.

Bukan Anda, melainkan Tuhan yang akan bekerja di dalam dan melalui Anda.

Seperti Musa, yang Anda harus lakukan hanyalah mentaati-Nya.

Sepanjang Alkitab, kita membaca orang-orang biasa yang dipakai Tuhan dengan luar biasa.

Nuh, bisa membuat bahtera.
Daud yang muda dapat membunuh Goliat.
Ester, gadis biasa menjadi ratu.
Yefta seorang pelarian menjadi hakim Israel.
Para murid yang kurang pendidikan, mendirikan gereja yang bertahan sampai hari ini.

Semua karena mereka taat dipakai Tuhan.

Baiklah, saya tutup renungan ini dengan tulisan Paulus di dalam 1 Korintus 1:27-29:

(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,

(28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,

(29) supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Selasa, 24 Juli 2018

Musa Bagian 7

Musa 7

Tugas berat pertama bagi Musa adalah melangkahkan kakinya pergi keluar dari Midian.

Secara profetis keluar dari Midian adalah melangkah dari kematian terhadap diri sendiri kepada kehidupan di dalam Tuhan.

Keluar dari hidup lama yang biasa-biasa saja, untuk kemudian menjadi pemimpin besar.

Tantangan berat langsung dihadapinya, yaitu Firaun dan bangsanya sendiri yang kemudian menolak dia.

Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka: "Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!"
Keluaran 5:4

Akibatnya Firaun semakin menekan orang Israel, yang segera mengetahui kesusahan mereka akibat Musa dan Harun, merekapun jadi ikutan menolak juga.

Kemana Musa berpaling ketika tantangan datang?

Ya, Musa datang kepada yang mengutusnya, yakni Tuhan sendiri, adapun respon Tuhan adalah:

Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Sekarang engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun; sebab dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan membiarkan mereka pergi, ya dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan mengusir mereka dari negerinya." Keluaran 5:24

Mengapa Musa datang kepada Tuhan? Dan mengapa Tuhan mai perduli?

Sederhana, karena dari awal Musa beranggapan bahwa semua yang dia lakukan adalah pekerjaan Tuhan, dirinya hanya hamba yang melaksanakan perintah Tuhan.

Tuhan yang memerintahkan Musa adalah Allah yang bertanggung jawab.

Beliau tahu bahwa Musa adalah hamba yang melaksanakan pekerjaan yang dibebankan-Nya, sehingga Dia bertanggungjawab sepenuhnya akan Musa

Penolakan bangsa Israel adalah penolakan terhadap Musa akibat aniaya dari Firaun,

Namun, penolakan Firaun bukanlah penolakan terhadap Musa, melainkan penolakan terhadap diri-Nya, Allah semesta alam.

Tidak heran jika kemudian Tuhan bertindak.

Ketika tantangan datang dalam hidup kita, apakah itu keluarga, pekerjaan, bisnis ataupun pelayanan, kepada siapa kita berpaling?

Pasti kepada Tuhan.

Namun, apakah Dia perduli?

Ingatlah, apapun yang kita miliki, apapun yang ada di bawah kekuasaan kita adalah dari Tuhan, semua milik-Nya, kita hanya hamba yang dipercaya untuk mengelola.

Dari pengertian ini, ketika tantangan datang, kita bisa berpaling kepada-Nya dan percaya bahwa Dia akan bertindak.

Ingatlah kita hanya hamba yang mengelola, bukan pemilik.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Kamis, 19 Juli 2018

Musa Bagian 6

Saya pernah membaca kisah seorang muda yang memutuskan berhenti kerja, untuk kemudian berdagang keju dengan kereta kuda.

Bisnisnya tidak berjalan baik, bahkan nyaris bangkrut.

Sampai kemudian seorang teman Kristen menasihatinya, bahwa kegagalan bisnis kejunya karena dia tidak melibatkan Tuhan.

Pemuda ini sadar dan kemudian berdoa, kurang lebih seperti ini:

"Tuhan, mulai hari ini bisnis ini milik Engkau, saya hanya bekerja di sini, Engkau Boss dari perusahaan ini."

Tuhan memberkati pemuda ini, bisnisnya berkembang pesat.

Di ruang meetingnya selalu ada satu kursi besar yang kosong, itu adalah kursi untuk Tuhan, Boss perusahaan keju ini.

Nama pemuda ini adalah James L. Kraft, pemilik Kraft food. Produk kejunya pasti pernah kita nikmati.

Menjawab keraguan Musa, Tuhan berkata:

(12) Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."
(17) Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat." Keluaran 4:12, 17

Musa sangat paham mengeluarkan mereka dari sana merupakan sebuah kemustahilan, karena sebagai mantan 'orang dalam' istana, Musa mengerti betul betapa pembangunan Mesir sangat bergantung kepada tenaga kerja dari Israel.

Namun kunci utama keberhasilan proyek besar ini bukanlah Musa, melainkan penyertaan Tuhan sendiri.

"................ Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" Roma 8:31

Hari-hari ini mungkin Anda sedang menghadapi masalah besar atau sedang mengerjakan sebuah pekerjaan yang tampaknya sulit untuk dilakukan.

Ketahuilah bahwa kunci utama bukanlah keterampilan Anda, melainkan penyertaan Tuhan.

Pastikan Anda melibatkan Tuhan di dalamnya. Bahkan bukan hanya melibatkan-Nya saja, namun menjadikannya Boss Anda.

Pada akhirnya Musa mengerti betul dampak dari penyertaan Tuhan ini, sehingga dia berkata:

Keluaran 33:15-16
(15) Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.
(16) Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"

Ayo, berdoalah dan mempersilahkan Tuhan mengatur segalanya di dalam kehidupan kita.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Senin, 16 Juli 2018

Musa Bagian 5

Musa 5

Apa yang akan Anda lakukan jika mendapatkan mandat untuk membuat sebuah revolusi?

Kira-kira senjata apa yang akan Anda gunakan jika diminta untuk membuat sebuah kudeta?

Atau sebuah gerakan disintegrasi?

Pasti Anda akan merekrut banyak prajurit, lalu memperlengkapinya dengan berbagai senjata canggih, bukan?

Namun, berbeda dengan Tuhan.

TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat."
(Keluaran 4:2)

Alih-alih menggunakan senjata canggih dan prajurit terlatih, Tuhan meminta Musa yang menolak perintah-Nya (pasti karena takut dan merasa itu mustahil) untuk menunjukkan tongkat gembalanya.

Dan ternyata kemudian dengan tongkat tersebut Musa melakukan banyak mukjizat, yang akhirnya menundukkan Firaun dan bala tentaranya yang besar.

Apa istimewanya sebuah tongkat?

Para gembala sambil memperhatikan kawanan dombanya makan rumput, biasanya mengukir (menuliskan) kejadian-kejadian unik yang mereka alami selagi menggembalakan di tongkat mereka.

Jadi tongkat itu sudah seperti buku harian, sebagian besar hidup mereka tertulis di sana.

Ketika Tuhan meminta tongkat, sebenarnya Tuhan sedang meminta seluruh kehidupan Musa untuk diserahkan kepada-Nya, agar dapat dipakai-Nya menjadi alat kemuliaan.

Tuhan memiliki segala kepandaian dan kuasa, yang Musa harus lakukan hanyalah menyerahkan diri sepenuhnya agar Tuhan dapat menyalurkan kuasa dan hikmat-Nya melalui Musa.

"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat." 1 Korintus 1:27

Supaya orang dapat melihat bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan adalah karya Tuhan.

Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.
Zakharia 4:6

Kita harus senantiasa sadar bahwa semua yang kita bisa dan miliki adalah dari Tuhan, sehingga kita senantiasa merendahkan hati di hadapan Tuhan.

Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya, dan seolah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu! Yesaya 10:15

Ayo beri diri sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga Dia dapat bekerja di dalam kita dan melalui kita, bagi hormat dan kemuliaan-Nya.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Minggu, 15 Juli 2018

Musa bagian 4

Musa 4

"Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
Keluaran 3:10

Mengapa Tuhan memanggil Musa sekarang? Setelah koneksi, kekuatan bahkan kepandaiannya sudah habis?

Mengapa tidak waktu masih di Mesir, ketika Musa masih muda, energik dan kuat?

Menurut saya jawabannya sederhana saja.

Tuhan lebih baik bekerja dengan seorang bodoh namun rendah hati, daripada seorang pandai tapi sombong.

Karena toh, Tuhan tidak butuh kepandaian dan kekuatan manusia.

Hikmat dan kuasa-Nya tak terbatas.

Seorang bodoh yang rendah hati lebih berpotensi untuk bergantung kepada-Nya daripada orang pandai yang sombong.

Seperti apa yang Paulus tuliskan kepada jemaat Korintus di dalam
1 Korintus 1:27-29

(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,
(28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,

Semua itu dilakukan Tuhan dengan tujuan:

(29) supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Simaklah jawaban Musa atas perintah Tuhan

"Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" Keluaran 3:11

Jika perintah untuk memimpin orang Israel itu diberikan kepada Musa muda, maka pasti tanpa keraguan dia akan menerimanya.

Bukan karena mampu, melainkan berdasarkan ego semata.

Jadi, ketika Musa menolak sebenarnya itu tanda bahwa dia sudah siap dipakai Tuhan.

Tuhan tinggal membangun kembali kepercayaan diri Musa sesuai cetak biru-Nya.

Kita tahu bahwa Tuhan melihat hati dan bukan rupa, oleh karenanya mulai hari ini mari kita fokus memperbaiki hati dan karakter.

Semua daftar buah roh merupakan kualitas rohani, manusia batiniah yang pasti akan nampak keluar melalui sikap hati dan respon yang kita berikan kepada segala apapun yang dunia ini coba tawarkan.

Semua yang kita bisa dan punya adalah dari Tuhan dan sudah sepatutnya segala kemuliaan diberikan kepada-Nya.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Kamis, 12 Juli 2018

Musa bagian 3

Musa 3

Musa di Midian adalah Musa yang jauh berbeda dengan ketika dia masih seorang pangeran Mesir.

Di Midian, Musa mulai melupakan siapa dirinya dahulu.

Kebanggaan masa mudanya hanya tinggal ingatan samar menggoreskan luka di hati yang dia coba lupakan.

Dia sudah berkeluarga dengan 2 orang anak, karirnya sudah pasti, sampai meninggal dunia akan tetap  menjadi seorang gembala, jauh dari hingar hingar metropolitan Mesir.

Atau setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Musa, sampai Tuhan datang dan menyapanya

"Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api." Keluaran 3:2

Musa boleh mulai melupakan jati dirinya, namun Tuhan tetap mengingatnya.

Midian mungkin tempatnya melarikan diri untuk bersembunyi dari dunia, namun tidak ada satu tempatpun dimana Tuhan tidak bisa menjangkaunya.

Seperti apa yang Daud tulis di dalam Mazmurnya, banyak tahun setelah peristiwa semak terbakar ini

(7) Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
(8) Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.
(9) Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
(10) juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
Mazmur 139:7-10

Di manakah Tuhan menjumpai Musa? Di padang penggembalaan.

Di manakah Tuhan menjumpai Onesimus? Di dalam penjara.

Di manakah Tuhan menjumpai perempuan Samaria? Di sumur.

Di manakah Tuhan menjumpai Agustinus? Di balik tembok rumahnya.

Di manakah Tuhan menjumpai John Newton? Di dalam sel sebuah kapal yang hampir tenggelam di tengah lautan.

Tidak ada satu tempat atau apapun yang dapat menghalangi Tuhan menjumpai kita.

Tuhan sudah memanggil, ayo balas panggilannya.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Rabu, 11 Juli 2018

Musa bagian 2

Musa 2

Musa tumbuh menjadi seorang muda dengan pendidikan tinggi a la Mesir.

Di istana Firaun Musa mendapatkan berbagai keistimewaan yang membentuk karakternya menjadi arogan dan agak kurang berhikmat.

"Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir." Keluaran 2:12

Akibat kecerobohannya Musa melarikan diri jauh dari Mesir, meninggalkan keluarganya, kebanggaannya dan segala keistimewaannya sebagai orang dekat istana.

Namun, sebenarnya itulah awal pendidikan Tuhan bagi Musa.

Tuhan perlu membongkar semua pondasi didikan Mesir yang membangun Musa menjadi seorang ceroboh.

Tuhan membuat Musa menjadi nol bahkan mungkin minus.

Musa bukan lagi seorang pangeran Mesir, melainkan gembala biasa di Midian.

Sehingga ketika Tuhan hendak memakainya menjadi alat kemuliaan-Nya, respon Musa adalah:

"Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"" Keluaran 3:11

Tidak ada lagi sisa Musa muda yang berangasan, angkuh dan merasa dapat melakukan segalanya.

Detik itulah Tuhan "dapat" membangun Musa menjadi seperti rancangan-Nya.

Setiap kita adalah seperti Musa-Musa hari ini.

Tuhan hendak memakai kita bagi pekerjaan-Nya yang besar, di dalam bidang-bidang yang memang sudah Dia tentukan bagi kita.

Sebelum Dia dapat berkarya lebih, Tuhan perlu "menghancurkan" manusia lama, segala kesombongan dan "perasaan bisa" di dalam diri kita, agar Dia dapat membangun gambar diri-Nya di dalam kita.

Sesungguhnya, apapun bidang karya kita di dunia ini, Tuhan dapat memakai kita lebih dahsyat bagi hormat dan kemuliaan-Nya.

Sebelum mulai beraktivitas, ayo tundukkan kepala sejenak dan berdoa, minta Dia berkarya melalui diri kita di dalam profesi kita.

"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."
Amsal 3:6

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Selasa, 10 Juli 2018

Musa bagian 1

Musa 1

Keluaran 1:13-14
(13) Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,

(14) dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.

Musa dilahirkan dalam masa yang sulit, di mana orang Israel diperlakukan dengan sangat kejam.

Bayangkan ini, satu bangsa dipaksa untuk jadi budak!

Jika menjadi budak saja tidak cukup kejam, lebih jauh orang Mesir memerintahkan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, guna menekan angka pertumbuhan penduduk Israel. (Kejadian 1:16).

Pada masa-masa sukar demikianlah Musa lahir dan disembunyikan oleh ibunya selama tiga bulan sebelum akhirnya di hanyutkan di sungai Nil dan diketemukan oleh putri Firaun.

Tapi coba berpikir sejenak, setelah kita mengetahui kehidupan Musa, apakah mungkin Musa dilahirkan jika keadaan bangsanya baik-baik saja?

Musa dilahirkan untuk memutar balik keadaan bangsa Israel.

Setelah menyelamatkan seorang bayi Israel dari sungai Nil, maka putri Firaun menamainya Musa, ".... sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."" Keluaran 2:10

Sebuah nama yang aneh, namun jika kita telisik lebih jauh ke dalam bahasa aslinya kita akan mengerti.

Kata Musa di dalam bahasa Ibrani adalah Moshe (משה), yang dikatakan oleh putri Firaun "keluar dari air Meshi dia (משיתיהו)."

Persamaa pengucapan Moshe dan Meshi (menarik), membuat arti nama Musa akan semakin jelas.

Kata Moshe adalah sebuah bentuk aktif "Dia (yang) menarik keluar."

Sebuah nama yang sangat profetis untuk kehidupan Musa yang menarik keluar bangsa Israel dari perbudakan  di Mesir dan menarik bangsa Israel dari dalam laut Teberau.

Mungkin seperti Musa, Anda dilahirkan dalam keadaan sulit atau sedang menghadapi keadaan sulit.

Mari kita berpikir terbalik.

Alih-alih menyesali diri dan keadaan, coba kita mulai berpikir jangan-jangan kita dilahirkan di dunia ini untuk mengatasi dan mengalahkan semua kesulitan yang ada, lalu membalik keadaan menjadi sangat baik?

Musa dilahirkan untuk membebaskan bangsanya.

Jika menang, bayangkan akan ada berapa banyak orang yang hidupnya akan diberkati dan dibebaskan oleh karena Anda.

Sebagai sesama musafir dan pejuang di dalam kehidupan yang Tuhan anugerahkan ini, saya hendak menguatkan saudara-saudari sekalian:

"Stay Strong!"

"Keep on Fighting!"

"Never Give Up!"

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Minggu, 08 Juli 2018

Daud Bagian 18, (Suplemen) Tamat.

"Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini."
2 Samuel 12:24

Mengapa Daud menamakan anaknya, Salomo?

Salomo berarti damai sejahtera, mungkin setelah tragedi akibat kejahatannya terhadap Uria dan kematian anak hasil perzinahannya itu Daud mengharapkan adanya damai sejahtera di dalam hidupnya.

Namun, Daud melupakan satu hal, bahwa damai sejahtera bukanlah tujuan, dia adalah efek dari sesuatu hal yang jauh lebih penting lagi.

Hal inilah yang Tuhan coba sampaikan kepada Daud melalui Nabi Natan.

"dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN."
(2 Samuel 12:25)

Yedija berarti kekasih Yehova.

Anak hasil hubungan gelap Daud meninggal, sebagai sebuah tanda kemurkaan Tuhan,

"Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." 2 Samuel 12:14

Maka Yedija adalah anak yang secara profetis menjadi tanda bahwa Tuhan sudah mengampuni dan memulihkan hubungannya dengan Daud.

Sementara Daud merindukan damai sejahtera, Tuhan rindu memberitahunya bahwa damai sejahtera adalah efek dari hubungan yang mesra dengan diri-Nya.

Seringkali kita terpukau dengan bentuk, dan tidak mau tahu proses dibalik terjadinya bentuk tersebut.

Kita mengejar berkat, dan tidak mau tahu bahwa berkat adalah hasil dari ketaatan akan firman-Nya. Ulangan 28:1-2);

Kita terpesona dengan kuasa dan karunia, dan melupakan bahwa itu semua adalah karena Roh Kudus berdiam di dalam seseorang;

Kita menjadikan kuasa dan karunia sebagai yang utama, sehingga mengacuhkan fakta bahwa Tuhan terpesona dengan perubahan budi.

Kita memimpikan sukses, dan tidak perduli bahwa sukses diraih karena kesetiaan terhadap hal-hal kecil.

Damai sejahtera dengan sendirinya akan terjadi jika seseorang menjadi kekasih Tuhan.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

Selasa, 03 Juli 2018

Daud Bagian 17

Daud 17
Bagian akhir

Saya akan mengakhiri perenungan mengenai Daud mengenai topik di bawah ini.

Apakah warisan terbaik Daud bagi Salomo?

Apakah Takhta Israel?

Tentunya bukan.

Warisan terbaik Daud adalah bagian pertama dari pesan-pesan terakhirnya, yang kemudian menjadi pondasi Salomo untuk menjadi maha raja di Israel.

Pertama:
"Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki." 1 Raja-raja 2:2

Daud memberitahu Salomo bahwa dia akan meninggal, sang pahlawan, tulang punggung kerajaan Israel akan segera pergi.

Nasihat pertama bagi Salomo adalah" berlakulah seperti laki-laki."

Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi laki-laki adalah 'ı̂ysh, yang dapat juga diartikan sebagai 'great man' atau orang besar.

Semua manusia 'dapat' bahkan 'telah' menjadi orang, namun apakah mereka akan menjadi seperti kebanyakan orang atau menjadi orang besar semua tergantung kepada pilihan hidup dan tentunya kekuatan karakter.

Sangat tepat dan benar Daud menasihati Salomo demikian, mengingat tanggungjawab yang diembannya sebagai seorang raja tidak ringan.

Jangan pernah mau menjadi orang kebanyakan, berusahalah untuk menjadi orang besar.

Kedua,
"Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju." 1 Raja-raja 2:3

Setelah menasihati Salomo mengenai menjadi laki-laki, Daud melanjutkan maksudnya dengan nasihat pertama itu, "Lakukanlah kewajibanmu."

Inilah tanggung jawab.

Hanya seseorang yang telah dewasalah yang dapat memikul tanggungjawab, seberat apapun itu.

Dr. Edwin L. Cole mendefinisikan kedewasaan seorang pria demikian

"Kedewasaan seorang pria tidak diukur dari banyaknya umur, melainkan dari penerimaan akan tanggung jawab."

Daud sangat mengerti ini, tidak heran dia menasihati Salomo demikian, karena ada tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Lebih lanjut Daud memberi tahu Salomo rahasia kesuksesannya selama ini, yaitu Tuhan.

Ketaatan kepada Tuhan adalah rahasia kesuksesan, makanya Daud mewanti-wanti Salomo untuk mentaati hukum-hukum Tuhan.

Hari ini putuskanlah dalam hatimu untuk mulai mentaati Tuhan dalam segala hal, dimulai dengan hal yang paling sederhana, membaca dan merenungkan firman Tuhan.

Ketiga,
dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel. 1 Raja-raja 2:4

Pada bagian ini Daud memberi tahu Salomo perjanjian Tuhan dengan dirinya.

Perjanjian tersebut bersyarat.

Keberlangsungan keluarga Daud terhadap monarki Israel, bukan bergantung dengan kepandaian mereka mengelola negara, meski itu penting, melainkan kepada kebergantungan mereka kepada Tuhan.

Ketaatan kepada Tuhan adalah kuncinya.

Dari ketiga poin nasihat di atas, sebenarnya apakah warisan Daud terhadap Salomo?

Hubungannya dengan Tuhan.

Rahasia Daud cuma satu, Daud selalu mengaitkan segala sesuatu di dalam hidupnya dengan Tuhan.

Bacalah Mazmur, kita akan menemukan hasrat hatinya terhadap Tuhan.

Mana kala Daud berbahagia, Tuhanlah yang menjadi alasannya.

Bahkan, manakala sedang lemah dan tertekan, Daud selalu dapat melihat harapan karena ada Tuhan.

Hal inilah yang coba diwariskannya kepada Salomo, yang Puji Tuhan Salomo dengarkan dengan baik.

"Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya;....." 1 Raja-raja 3:3a

Tidak heran Tuhan sangat memberkati Salomo.

Selagi kita membangun hidup, jangan lupa satu hal yang paling penting dari semuanya, membangun hubungan dengan Tuhan.

"Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya... " Amsal 13:22a

Apa yang akan Anda warisankan kepada anak-anakmu?

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Sabtu, 30 Juni 2018

Maze Kehidupan

Maze adalah permainan masuk dan berusaha menemukan keluar. Di dalam maze orang bisa tersesat.

Meski tidak 100% sama, namun dunia adalah maze di dalam kehidupan manusia.

Kelahiran adalah pintu masuk, kematian adalah pintu keluar, dengan surga sebagai tujuan.

Di dalam maze ada banyak pilihan jalan, namun hanya satu yang benar dan akan menuntun kepada pintu keluar yang benar.

Di dalam kehidupan ada banyak jalan, namun hanya satu jalan yang benar.

Di dalam kehidupan seseorang tidak serta merta langsung tancap gas menuju surga, melainkan harus memilih berbagai hal yang akan memperlengkapi hidup, seperti pendidikan, pernikahan, profesi, harta, mobil, hobi, tempat tinggal, dan lain sebagainya.

Dengan semua hal yang melekat tersebut seseorang wajib membantu sesamanya sebagai sesama musafir kehidupan menuju pintu keluar.

Bantuan yang paling berharga adalah memberitahu mereka sekalian jalan yang benar, agar kelak mereka tidak tersesat dan akhirnya kecewa.

Perlu diingat bahwa semua predikat yang melekat di dalam diri bukanlah tujuan, semua itu hanya alat bantu supaya seseorang menambah nilai kehidupannya di dalam maze besar ini melalui berkarya nyata.

Tujuan sesungguhnya adalah surga.

Maze kehidupan ini sangat besar, rumit dan kompleks, sehingga tidak ada satupun yang pernah berhasil mencapai pintu keluar yang benar dan cuma satu itu dengan usaha dan kepandaiannya sendiri.

Di sinilah Sang Pembuat Maze memberikan bantuan, dengan memberikan Jalan yang Benar dan pasti jalan yang akan memberi Hidup.

Bantuan ini kita sebut dengan sederhana sebagai Kasih Karunia.

Jalan yang Benar dan memberi Hidup itu bukanlah sebuah benda, namun seorang pribadi, hanya Dia yang tahu jalan keluar yang benar.

Dari mana Dia bisa tahu? Sederhana saja sebenarnya, karena Dia diutus dari pintu keluar yang benar.

Begini, titik tolak setiap manusia dari pintu masuk, sementara Dia berasal dari pintu keluar, Dia masuk ke dalam Maze untuk membantu setiap orang jalan menuju tempat di mana Dia berasal.

#KiraKiraBegitu

SELAMAT HARI MINGGU, SELAMAT BERIBADAH DAN SELAMAT MELAYANI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Jumat, 29 Juni 2018

Mimbar Oh, Mimbar

Mimbar oh, mimbar....
Pada satu sisi engkau dipakai untuk mewartakan kebenaran, pada sisi yg lain engkau dipakai sebagai alat untuk memuliakan diri.

Mimbar oh, mimbar...
Engkau diperebutkan oleh orang-orang tertentu sebagai lambang prestise diri, sebuah ukuran keberhasilan karier keimamatan, meski dilakukan dengan cara-cara tak terpuji

Mimbar oh, mimbar
Di belakangmu pernah berdiri orang-orang hebat macam Jonathan Edward, George Whitefield, John and Charles Finney, John Wesley, John Sung, dan masih banyak yang lainnya.

Namun juga engkau dikotori oleh para oportunis rohani yang berkhotbah demi ketenaran dan keuntungan diri.

Mimbar oh, mimbar
Pesonamu luar biasa, engkau telah menjelma dari altar suci menjadi berhala mematikan yang membunuh secara diam-diam.

Mimbar oh, Mimbar
Mereka lupa bahwa engkau tidaklah hanya terletak di panggung besar nan mewah saja, namun juga berada di bukit, perahu, rumah orang berdosa, pesta kawin, meja yang hanya cukup untuk 12 orang.

Mimbar oh, mimbar...
Kadang mereka berlagak lupa bahwa engkau bukan hanya terbuat dari kayu tebal berukir dan terletak di tengah sorotan spotlight dan disaksikan oleh ratusan bahkan ribuan orang terhormat, melainkan juga terbuat dari kayu kasar dan terletak nun jauh di sana di pedalaman Sumba, jauh dr sorotan spotlight.

Mimbar oh, mimbar
Tak heran engkau kehilangan kemuliaan dan kuasamu. Berita yang disampaikan dari belakangmu hanya seperti sebuah berita menyenangkan yang mengikuti selera pasar.

Mimbar oh, mimbar
Beritamu kini hanya tawa lucu menghibur jiwa yang dihasilkan dari kedangkalan isi dan makna.

Tak ada tangisan pertobatan seperti ketika Jonathan Edward mengkhotbahkan "Sinners In The Hand of An Angry God", tidak ada pertobatan sejati sebagaimana ketika George Whitefield berkhotbah dahulu, tak ada revival sebagaimana ketika John Sung membakar Asia dengan firman Tuhan.

Mimbar oh, mimbar...
Hanya orang gila karena rela melepaskanmu dan kehilanganmu yang kelak akan mendapatkan kemuliaan sejati.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Tentang Penderitaan

Sebagai seorang gembala jemaat kerapkali saya diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai penderitaan.

Berusaha menemukan jawaban yang cerdas dan memuaskan buat jemaat dan tentunya bagi pergumulan sendiri, saya banyak merenung, membaca dan mendengarkan.

Namun, sejujurnya semakin banyak membaca semakin pusing dibuatnya.

Demikianlah kesimpulan saya mengenai penderitaan:

1. Kadangkala bencana menimpa orang-orang baik tanpa alasan dan tanpa peringatan sebelumnya, demikian pula hal-hal baik kadang terjadi tanpa alasan dan peringatan sebelumnya, seperti kejutan, memenangkan undian, dan lain sebagainya.

Uniknya untuk hal-hal baik kita tidak pernah bertanya "Mengapa."

2. "Mengapa" menjadi pertanyaan favorit penderitaan.

Tidak akan ada jawaban yang cukup memuaskan untuk menjawabnya, mungkin karena memang "Mengapa" bukanlah pertanyaan yang seharusnya ditanyakan.

3. Bahkan jawaban yang paling masuk akalpun, kadang tidak cukup untuk menjawab "mengapa."

Seringkali dalam penderitaan bukan jawaban cerdas yang diperlukan. Yang terluka itu hati dan emosi, bukan intelegensia, jadi kadang sebuah senyuman, anggukan dan pelukan saja sudah cukup.

4. Meski bencana menimpa semua orang, misalnya tsunami, namun  penderitaan itu bersifat personal, sehingga tidak akan ada jawaban yang cukup memuaskan bagi semua orang. Malah kadang mereka tidak bertanya sama sekali, namun, entah mengapa kita kepo memberikan jawaban.

Jawabannya mesti diberikan kepada masing-masing individu, itupun kalau mereka bertanya.

5. Seringkali jawaban yang sepertinya rohani malah menambah keruh suasana. Seperti bencana terjadi karena Tuhan menghukum, pasti ada dosa, dan lain sebagainya.

Sadarkah Anda, bahwa jawaban-jawaban demikian menambah beban, bukannya mengurangi beban sang penderita.

6. Dalam situasi tertentu, diam adalah emas. Jangan mencoba memberikan jawaban yang Anda tidak pahami pertanyaannya, atau Anda tidak dalami kedalaman emosional dari pertanyaan tersebut. You are not responsible to answer the question, especially where there aren't one.

7. Balik ke masalah pertanyaan "Mengapa."
Dalam banyak kasus, kelepasan dari beban pergumulan bukan karena menemukan jawaban mengapa, melainkan karena pasrah dan menerima apapun kehendak Tuhan.
Meski kadang keliru untuk berpendapat bahwa penderitaan yang dialami adalah atas kehendak Tuhan.

Bersambung........ Selama masih ada penderitaan di dunia.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Rabu, 27 Juni 2018

Daud Bagian 16

Babak akhir dari narasi kejatuhan Daud adalah kematian anak hasil perzinahannya dengan Batsyeba dan kemudian kelahiran Salomo, dari rahim Batsyeba.

Mengenai Salomo, Alkitab menyimpulkan kelahirannya, sbb:

"....... TUHAN mengasihi anak ini."
2 Samuel 12:24b.

Kita tahu bahwa Salomo kelak akan memegang takhta menggantikan ayahnya, dan berhasil membawa Israel ke puncak kejayaannya.

Tapi, tunggu dulu!

Siapa Salomo?

Putra Daud dari perempuan yang dizinahi oleh Daud.

Sejarah keluarga Salomo bukanlah sebuah sejarah baik-baik, tapi koq bisa Tuhan memilihnya untuk menjadi raja Israel?

Di sinilah kita belajar akan kasih Tuhan dan belas kasihan-Nya kepada orang-orang berdosa yang telah bertobat.

Bagi Tuhan, dosa yang telah diselesaikan, ya sudah selesai.

Yesaya berhasil memparafrasakan ini dengan sangat baik, ketika beliau menuliskan,

"Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu."
Yesaya 43:25

Jikalau Tuhan saja sudah mengampuni dan melupakan kejahatan kita atau seseorang, lalu mengapa kita masih mengingat-ingat dosa diri sendiri atau orang lain?

Seringkali Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa kita, namun kitalah yang belum mengampuni diri sendiri.

Jikalau Tuhan itu pendendam, maka orang-orang seperti Salomo tidak akan mendapat kesempatan apa-apa di dalam dunia.

Betapa malangnya hidup yang demikian, dia lahir tidak memberi nilai tambah, meninggalpun tidak mengurangi apa-apa.

Namun, puji Tuhan, Dia mengampuni dan tidak mengingat dosa-dosa kita lagi, sehingga segala pencapaian atau pekerjaan yang mulia juga dapat diraih oleh setiap kita.

Dengarkanlah panggilan-Nya kepada setiap orang:

“Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!“
Yesaya 44:22 

Kembalilah dan mulailah lagi berkarya bagi Tuhan, jangan menghukum diri terlalu lama, Tuhan sudah mengampuni.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Rabu, 13 Juni 2018

Daud Bagian 15

Masih mengenai narasi kejatuhan Daud di dalam 2 Samuel 11:1-27.

Pernahkah Anda membaca kisah mengenai angin besar yang coba menjatuhkan monyet-monyet dari sebuah pohon?

Semakin kencang sang angin bertiup, semakin erat para monyet berpegangan pada pohon tersebut, sehingga tidak ada satupun dari mereka yang dapat dibuat jatuh dari pohon.

Merasa putus asa, sang angin merubah strategi dengan berhembus pelan, sepoi-sepoi.

Lama kelamaan para monyet menjadi ngantuk, tertidur dan satu persatu berjatuhan dari atas pohon.

Bathsheba effect adalah sebuah paradoks konyol dalam kehidupan Daud.

Bayangkan, pahlawan  gagah perkasa yang sudah mengalahkan Goliat yang menyeramkan itu dapat dikalahkan oleh seorang wanita gemulai bernama Batsyeba.

Daud yang telah membunuh berlaksa-laksa musuh _(tens of thousands._ NIV). (1 Samuel 18:7), menjadi momok menakutkan bagi musuh-musuh Israel, jatuh ke dalam dosa hanya gara-gara seorang wanita lemah.

Ini menjadi sebuah pelajaran penting buat kita, bukan batu besar yang akan membuat kita jatuh terselandung, melainkan karena batu kecil yang luput dari perhatian.

Mungkin karena belajar dari kesalahan ayahnya, Salomo menuliskan

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Amsal 4:23

Kata 'kewaspadaan' di atas diterjemahkan dari kata Ibrani mishmâr, yang bermakna menjaga dengan sungguh-sungguh, atau seperti penjara.

Jadi betapa pentingnya kita wajib dengan sangat hati-hati dan harus selalu waspada menjaga diri sedemikian rupa, karena jika tidak maka yang akan terpancar adalah kematian.

Senada dengan itu, Tuhan Yesus menasihati Petrus yang tertidur di Taman Getsemani

"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Markus 14:38)

Kata berjaga-jagalah di atas diterjemahkan dari bahasa Yunani grēgoreuō yang bermakna memberi perhatian lebih, selalu sadar dan berjaga-jaga.

Petrus juga menggunakan kata grēgoreuō untuk menuliskan sebuah nasihat penting yang sangat berhubungan dengan perenungan kita hari ini.

"Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).

Sadarlah dan berjaga-jagalah!

Namun, bagaimana seandainya yang dikirim bukanlah singa, melainkan seekor kucing mungil, lucu dan menggemaskan, sementara kita mengantisipasi kehadiran seekor singa?

Masihkah kita berjaga-jaga?

Kesalahan fatal Daud adalah, dia mengantisipasi musuh seperti Goliat, namun yang muncul adalah seorang wanita cantik nan lemah gemulai.

Kita harus senantiasa sadar dan waspada terhadap apapun yang mungkin akan mengganggu fokus kita dari Tuhan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Kamis, 07 Juni 2018

Daud Bagian 14

Daud 14

Ketika dosanya berbuah (2 Samuel 11:5), secara naluri Daud berusaha menutupinya, bahkan dengan cara-cara yang jahat.

Kecenderungan manusia menutupi dosa secara naluri diturunkan dari generasi ke generasi dari mulai Taman Eden (Kejadian 3:7).

Dimulailah plot yang berujung kepada kejahatan besar yang Daud lakukan.

Dari mulai secara alami 'menjebak' Uria agar seolah-olah menghamili istrinya sampai kemudian memakai tangan orang-orang perkasa dari Raba untuk membunuhnya (2 Samuel 11:15-17).

Namun, Gusti ora sare demikian idiom Jawa yang kita kenal. Tuhan tidak tertidur.

Manusia mungkin tidak tahu, hukum tidak dapat menjangkau seseorang, namun di atas ada Tuhan yang Maha Adil.

"Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN." (2 Samuel 11:27b).

Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur Daud dengan keras.

"Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya?" (2 Samuel 12:9a).

Yang ingin saya garis bawah dalam renungan hari ini adalah respon Daud dan Tuhan.

Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud:
(2 Samuel 12:13a).

Daud memberikan respon terbaik, dia langsung bertobat, bahkan seluruh Mazmur 51 didedikasikannya untuk mengisahkan pertobatannya. 

Tuhan menanggapi pertobatan Daud dengan perkataan:

"TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati."
(2 Samuel 12:13b).

Tuhan mengutus nabi Natan bukan untuk mempermalukan, namun karena Dia sangat mengasihi Daud.

"karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6).

Sebagai orang paling berdosa dan jahat, dan yang kemudian diampuni, Daud paling mengerti kebaikan hati Tuhan.

Tidak ada penulis Alkitab lain dapat menuliskan kemurahan hati Tuhan terhadap orang berdosa yang bertobat, seperti Daud:

Mazmur 103:10-12
(10) Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,

(11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;

(12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

Hari ini, sebelum Anda memulai aktivitas, bertobatlah, minta ampunlah kepada Tuhan atas dosa apapun yang mungkin telah atau sedang dilakukan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Daud Bagian 13

Daud 13

Narasi kejatuhan Daud ke dalam dosa sebagaimana yang tercatat di dalam 2 Samuel 11:1-27, adalah salah satu bagian kelam di dalam kehidupan Daud.

Namun, jika Anda berpikir bahwa Daud langsung jatuh ke dalam dosa begitu melihat Batsyeba mandi, Anda telah sangat meremehkan kekuatan Daud.

Apakah Batsyeba adalah wanita paling cantik di seluruh Israel?

Apakah Batsyeba wanita paling molek di seluruh Israel?

Satu jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah tentu tidak.

Tidak adakah wanita lain yang lebih cantik dan lebih molek daripada Batsyeba di seluruh Israel dan sekaligus halal untuk dipersuntingnya?

Lalu mengapa Daud jatuh ke dalam skandal kerajaan yang memalukan demikian?

Ada pra narasi yang Alkitab tidak ceritakan.

Saya kuat menduga sebelumnya Daud pernah melihat Batsyeba dan tertarik dengannya.

Ketertarikan ini menjadi benih dosa di dalam dirinya.

Tepat seperti yang Yakobus tulis (1:14-15)

(14) "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."

(15) "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."

Prosesnya kira-kira seperti ini, Daud melihat Batsyeba, dia tertarik atau tergoda oleh kecantikan dan kemolekannya, 'diseret dan dipikat olehnya' menurut istilah Yakobus.

Kemudian, sekali diberi kesempatan, ketergodaan ini bercokol kuat di dalam hatinya dan menguasai seluruh konsentrasi dan perasaannya. Sampai di sini, inilah proses yang Yakobus katakan sebagai 'keinginan yang dibuahi.'

Sampai kemudian Daud, entah sengaja atau tidak melihat Batsyeba mandi dan secara naluri bertindak, karena 'dosanya sudah matang.'

Jadi, Daud tidak serta merta jatuh di dalam dosa.

Tidak ada manusia serta merta jatuh ke dalam dosa.

Iblis menaburkan benih dosa melalui    keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).

Setiap hari dia menaburkan benih tersebut ke dalam dunia agar bersemai di dalam hati semua orang terutama orang-orang percaya.

Apakah benih tersebut bertumbuh, lalu dibuahi agat melahirkan dosa dan akhirnya menjadi matang, untuk kemudian melahirkan maut, amat tergantung kepada kita.

Apakah kita akan menerima benih dosa tersebut, atau segera memalingkan wajah kita darinya, menepiskan setiap pikiran buruk dan segera menggantinya dengan pikiran-pikiran kudus, atau melarikan diri darinya seperti Yusuf, semua amat bergantung kepada keputusan kita sendiri.

Ketahuilah bahwa benih dosa tersebut bukan hanya mengenai godaan secara sensual namun juga dalam segala aspek, apakah itu keserakahan, amarah, keinginan untuk menjadi terkemuka, dipuji dan dipuja manusia, uang, kekuasaan, dll yang bahkan bukan cuma ada di dalam dunia sekuler, namun juga di dalam dunia gereja dan pelayanan.

Ingat-ingatlah apa yang Yohanes katakan selanjutnya

Ketiga hal di atas, keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."
1 Yohanes 2:17

Ayo, taburan benih-benih kebaikan nan kudus seperti firman Tuhan melalui pembacaan, perenungan dan kemudian akan menghasilkan perbuatan yang pasti akan melahirkan kehidupan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Selasa, 05 Juni 2018

PINTU BERKAT

https://youtu.be/7ZxaH9a3ZoE

Daud Bagian 12

Daud 12

2 Samuel 6:1-23 mengisahkan Daud memindahkan tabut perjanjian dari Kiryat-Yearim (1 Tawarikh 13:5) ke Yerusalem, dengan satu alasan

"..... sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya."
1 Tawarikh 13:3

Kata mengindahkannya itu terjemahan dari bahasa Ibrani dârash, yang bermakna mencari dengan tekun untuk beribadah.

Daud menyadari bahwa tanpa Tabut Perjanjian tidak akan ada Ibadah kepada Tuhan, sementara Tuhan adalah sumber kehidupan mereka, alasan kenapa mereka memenangkan perang, alasan kenapa mereka memperoleh kemakmuran. (2 Samuel 6:11)

Daud memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem semata-mata ingin menegakkan nama Tuhan di bangsa Israel.

Tanpa hadirat Tuhan tidak akan ada kehidupan bagi mereka.

Inilah senjata rahasia Daud, mengapa hidup Daud diperkenan oleh Tuhan, rahasia dibalik semua keberhasilannya.

Daud senantiasa mencari Tuhan.

Telisiklah Mazmur dan Anda akan menemukan berbagai tulisan Daud yang mengagungkan Tuhan, betapa Daud sangat berharap kepada Tuhan.

Bagaimana dengan kita hari ini? Sudahkah kita mencari Tuhan? Sudahkah kita masuk ke dalam hadirat-Nya di dalam doa dan perenungan firman-Nya?

Tahukah Anda bahwa ibadah Kristen bukan cuma sekali di hari Minggu, melainkan setiap hari dengan cara berdoa dan membaca, merenungkan dan kemudian melakukan firman-Nya.

Yuk, kita siapkan waktu sejenak untuk membaca firman Tuhan dan menundukkan kepala untuk berdoa.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Senin, 04 Juni 2018

Daud Bagian 11

Daud 11

1 Samuel 18:1
"Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri."

Salah satu kunci keberhasilan Daud adalah persahabatannya dengan Yonatan, putra Saul.

Kata 'berpadulah' di atas diterjemahkan dari kata Ibrani qâshar yang bermakna terikat, atau akrab.

Menurut Bernhard Lang di dalam bukunya  Hebrew Life and Literature: Selected Essays of Bernhard Lang, kata ini juga bermakna berkonspirasi  yang secara umum bermakna sebuah aktivitas untuk membunuh raja contohnya di dalam 1 Raja 16:16.

Jadi kata qâshar di sini hendak menerangkan sebuah hubungan dengan tingkat kepercayaan tinggi, lebih dari sekedar persahabatan biasa, namun sampai kepada sebuah kesepakatan hasil dari kepercayaan, apapun yang kamu lakukan akan saya dukung, apapun yang orang coba katakan mengenai kamu, saya tetap percaya kepada kamu.

Hal ini terbukti ketika Saul mencoba membunuh Daud, alih-alih membela ayahnya, Yonatan malah berpihak kepada Daud.

Kalimat terakhir di 1 Samuel 18:1 ini menegaskan kata kedalaman hubungan Daud dan Yonatan,

".......... dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri."

Bukti kesetiaan Yonatan kepada Daud diceritakan di dalam 1 Samuel 19:2:
"sehingga Yonatan memberitahukan kepada Daud: "Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana." "

Apa yang membuat Yonatan dan Daud menjadi sahabat yang bahkan lebih karib daripada seorang saudara (Amsal 18:24)?

Seorang hamba Tuhan pernah berkata kepada saya bahwa sahabat sejati itu diberikan oleh Tuhan, ketika dia dipertemukan dengan kita ada seperti klik di dalam hati (... berpadulah jiwa...).

Tentunya waktu akan membuktikan persahabatan tersebut  melewati suka, terlebih duka.

Manusia tidak bisa hidup sendiri, semua tentu paham dan setuju, namun bagaimana dengan sahabat? Semestinya hidup kita tidak akan lengkap tanpa seorang sahabat?

Apakah Anda memiliki sahabat sejati?

Seseorang yang mendukung Anda dalam masa sukses, terutama ketika sedang berada di dalam lembah kegagalan, seseorang yang menerima Anda tanpa penghakiman bahkan ketika Anda gagal.

Seseorang yang Anda berikan otoritas kepadanya untuk menegur Anda.

Tidak semua orang dapat dijadikan sahabat seperti itu.

Berdoalah, mintalah kepada Tuhan, sahabat yang seperti itu, sementara itu paling tidak jadilah sahabat yang seperti itu.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Amsal 18:24
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara."

Minggu, 03 Juni 2018

Daud Bagian 10

Daud 10

Alkitab menyimpulkan hidup Daud dengan sebuah kalimat pendek namun maha dahsyat.

"Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya......... "
Kisah Para Rasul 13:36a

Apakah kehidupan Daud begitu sempurna tanpa cacat?

Tidak adakah cela di dalam hidupnya?

Sebagaimana yang kita baca di Alkitab, kehidupan Daud tidaklah sesempurna tampaknya.

Daud bahkan melakukan dosa amoral, sebuah skandal yang memalukan dengan berzinah dengan Batsyeba istri prajuritnya sendiri dan kemudian untuk menutupi kejahatannya dia membuat plot untuk membunuh Uria (2 Samuel 11:1-27).

Bahkan Tuhan menganggap "hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat." 2 Samuel 11:27

Namun, mengapa Rasul Paulus menyimpulkan kehidupan Daud dengan kalimat yang dahsyat demikian?

Menurut saya semua karena Daud berhasil melewati berbagai ujian karakter.

Begini,

Pertempuran melawan Goliat bukanlah ujian bagi keberanian Daud, melainkan ujian bagi karakternya.

Ketika semua orang Israel gemetar, Daud tampil gagah berani dan menjawab tantangan Goliat. Karakter keberanian Daud teruji dan dia berhasil lolos.

Daud tahu bahwa dia akan menjadi raja Israel, dua kali kesempatan membunuh Saul ditolaknya, padahal itu adalah jalan cepat baginya untuk naik takhta. (1 Samuel 24:1-23; 26:1-25).

Daud tidak aji mumpung. Dia percaya pada proses Tuhan.

Takhta Israel bukanlah suatu jabatan yang dapat direbutnya, melainkan sebuah kehormatan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.

Jadi Daud menunggu waktu Tuhan.

Di sinipun Daud lolos terhadap ujian  karakternya. Dia tidak aji mumpung, Daud menunggu waktunya Tuhan. Tidak self fulfilled prophecy.

Daud telah siap menjadi raja bukan ketika dia merasa sudah siap, melainkan ketika Tuhan merasa bahwa dirinya sudah siap dipromosikan.

Ketiga, ketika Nabi Natan menegur Daud mengenai dosanya terhadap Uria, Daud tidak marah lalu membunuh Natan karena tersinggung. (2 Samuel 12:1-25)

Melainkan Daud segera merendahkan hatinya dan bertobat.

Menjadi raja bukanlah sebuah pencapaian sesungguhnya, melainkan sebuah ujian bagi karakternya.

Jabatan raja yang diembannya tidak membuat Daud tinggi hati, dia tetap merendahkan hatinya di hadapan Tuhan.

Selalu ingat bahwa segala pencapaian atau prestasi apapun di dunia ini bukanlah sebuah pencapaian final.

Meskipun perlu, namun jangan pernah arahkan mata kita hanya kepada prestasi-prestasi duniawi saja.

Pencapaian dan prestasi sesungguhnya bukan di dunia ini melainkan di dalam Langit Baru dan Bumi Baru.

Nasib akhir semua manusia akan ditentukan hanya oleh dua kalimat yang keluar dari mulut Tuhan,

"Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia"

Atau

"campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.
(Matius 25:14-30)

Segala sesuatu di dunia ini merupakan ujian bagi karakter kita.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Jumat, 01 Juni 2018

Daud Bagian 9

Daud 9

Bagi Saul, Goliat menjadi momok penyesalan seumur hidup.

Namun, bagi Daud, Goliat adalah batu pijakan pertama menuju takhta Israel.

Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa Goliat dilahirkan untuk dikalahkan oleh Daud.

Bayangkan bagaimanakah mengalahkan seorang prajurit raksasa dengan gambaran sebagai berikut:

1 Samuel 17:4-7
Lalu tampillah keluar seorang pendekar dari tentara orang Filistin. Namanya Goliat, dari Gat. Tingginya enam hasta sejengkal.

Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga.

Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga.
Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya.

Tak heran, tidak ada satupun dari prajurit Israel yang berani melawan Goliat, termasuk Saul.

Orang Israel pasti berpikir keras bagaimana mengalahkan prajurit seperkasa Goliat.

Segala cara dan kemungkinan mereka pikirkan namun tidak menemukan satu carapun.

Kemudian tampillah Daud, yang dengan gagah berani mengajukan diri untuk melawan Goliat.

Saul, memaksakan cara lama kepada Daud untuk melawan Goliat sehingga Daud kesulitan

1 Samuel 17:39
............. "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.

Saul tidak sadar bahwa Goliat adalah lawan jenis baru yang tidak dapat dilawan dengan cara-cara konvensional dan rumit.

Namun juga sebenarnya mengalahkan Goliat tidaklah serumit yang mereka pikir.

Goliat tidak dapat dilawan dalam pertempuran jarak dekat (close range fight) karena jarak jangkau lengan dan tombaknya akan lebih panjang daripada semua orang Israel.

Goliat harus dilawan dengan strategi pertempuran jarak jauh (far range fight).

Sampai di sini mengertikah Anda, mengapa saya bilang Goliat dilahirkan untuk dikalahkan oleh Daud?

Umban adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan Goliat.

Tentunya Daud bukanlah satu-satunya orang yang pandai memainkan umban, pasti banyak yang juga pandai menggunakannya di antara prajurit Saul, namun siapakah yang cukup berani dan nekat untuk melakukannya?

Hanya Daud yang cukup berani dan nekat melakukannya.

Pada akhirnya Daud berhasil mengalahkan Goliat

1 Samuel 17:50
"Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan."

Di manakah Daud menjadi piawai menggunakan umban? Di padang penggembalaan.

Jadi tepatlah jika saya katakan padang penggembalaan adalah tempat dimana Tuhan melatih Daud untuk kelak menjadi raja Israel.

Seberat apapun tantangan yang Anda hadapi, ketahuilah bahwa Anda dan keunikan yang Anda miliki lebih dari mampu untuk mengalahkannya.

Hari ini teruslah bersabar, teruslah tekun berjuang dan selalu memberikan yang terbaik, agar kelak Goliat tertentu di dalam hidup kita tidak menjadi momok penyesalan seumur hidup, melainkan menjadi batu pijakan menuju keberhasilan.

#Daud

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel