Menurut KBBI jati diri adalah inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam; spiritualitas.
Menurut saya jati diri akan melahirkan mentalitas, yang menurut kamus yang sama berarti: keadaan dan aktivitas jiwa (batin), cara berpikir, dan berperasaan.
Semua pelayanan yang kita lakukan, termasuk pesan yang kita sampaikan, apakah itu sebuah pekerjaan atau jati diri?
Gini maksudnya,
Sederhananya, saya seorang ayah.
Menjadi seorang ayah adalah jati diri dan sekaligus mentalitas yang melahirkan pekerjaan menjadi seorang ayah.
Artinya ada tanggung jawab yang mesti dipenuhi.
Dimanapun dan selama saya hidup, saya adalah seorang ayah.
Tidak ada gaji, namun dilakukan dengan sukacita, semata-mata karena menjadi seorang ayah sudah menjadi jati diri saya.
Nah, hubungannya dengan pelayanan adalah begini,
Apakah pelayanan dan pesan yang kita sampaikan hanya sebuah pekerjaan atau sudah menjadi jati diri kita.
Contohnya, seseorang yang mengaku sebagai pelayan anak-anak muda, dia banyak melakukan kegiatan pelayanan untuk anak-anak muda, selalu berada di antara anak-anak muda, hampir seluruh pesannya, baik khotbahnya maupun status sosmed-nya mengenai anak-anak muda.
Itu bagus dan sudah semestinya demikian, namun bagaimana jika mendapat 'mainan' baru (baca: pelayanan baru) yang tidak ada hubungannya dengan anak-anak muda, masihkah dia menggebu-gebu mengenai anak-anak muda?
Jika tidak, maka dapat dipastikan pelayanan anak-anak muda hanyalah sebuah pekerjaan dan belum menjadi jati diri di dalam dirinya.
Begitu pula dengan pelayanan doa, selalu berbicara mengenai doa, membuat acara-acara doa, namun apakah dia seorang pendoa?
Belum tentu, bisa jadi dia menggebu-gebu berbicara mengenai doa hanya karena bergabung di organisasi para church yang memfokuskan pelayanannya di doa.
Begitu dia pindah pelayanan ke organisasi para church dengan fokus beda, pasti dia akan menggebu-gebu dalam hal lain.
Ini artinya doa hanya menjadi sebuah pekerjaan dan bukan jati diri.
Jadi, bagaimana dong?
Semua bermula dari panggilan.
Ketika Tuhan memanggil Musa, maka respon Musa adalah: ".... "Siapakah aku ini..... " Keluaran 3:11.
Sebuah pertanyaan mengenai keraguan jati diri.
Ketika Tuhan memanggil, maka panggilan-Nya pertama-tama bukanlah menjadi sebuah pekerjaan, melainkan menjadi sebuah jati diri dan kemudian mentalitas, barulah setelah itu secara naluri akan menjadi pekerjaan yang dilakukan.
Bukan lagi hanya sekedar menjalankan tugas, namun tidak bisa tidak dia akan melakukannya, karena itu adalah jati dirinya, siapa dia, isi hatinya, mimpinya, hasratnya, dirinya sepenuhnya dan seutuhnya.
Ujiannya adalah ketika tidak ada keuntungan atau ditawarkan keuntungan yang lebih, apakah pindah?
Tuhan menawari Musa sebuah keuntungan besar dalam peristiwa anak lembu emas di dalam keluaran 32, ketika Tuhan hendak membinasakan bangsa Israel dan kemudian menawarkan Musa menjadi nenek moyang dari bangsa di mana karya keselamatan Tuhan akan dinyatakan: "...... tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar." 10b.
Musa menolak dan membujuk Tuhan untuk mengampuni bangsanya.
Respon Musa hanya dapat terjadi ketika panggilan Tuhan telah menjadi jati dirinya.
Jadi, pertama-tama adalah panggilan, kemudian panggilan menjadi jati diri, jati diri menjadi mentalitas, output logis dan natural dari mentalitas adalah aktivitas sehari-hari yang kita sebut pelayanan.
Nah, dari panggilan menjadi jati diri ini perlu proses.
Pertama-tama, menerima panggilan Tuhan, kemudian berproses agar panggilan tersebut menjadi jati diri.
Setelah menerima panggilan, harus wajib membangun hidup di atas panggilan, menyesuaikan hidup dengan panggilan, bukannya panggilan yang disesuaikan dengan hidup.
Ini berarti, pekerjaan, pendidikan, domisili, buku yang dibaca, seminar yang dihadiri, rekan-rekan komunitas, dll harus disesuaikan dengan panggilan.
Kemudian, tantangan akan menjadi ujian bagi proses panggilan menjadi jati diri.
Di dalam proses terbayang kerugian jika bertahan dan keuntungan yang terbayang jika pergi.
Jika bertahan, maka panggilan akan menjadi jati diri, kemudian mentalitas dan barulah pelayanan.
Inilah yang diingatkan Mordekhai kepada Ester,
"..... Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Ester 4:14.
"Siapa tahu ini adalah panggilan dan pelayanan kamu." kira-kira demikian yang Mordekhai katakan kepada keponakannya itu.
Pelayanan ratu Ester adalah menyelamatkan bangsanya dari memusnahkan akibat enthnic cleansing yang diplot oleh Haman.
Ester melakukannya, meski ancaman mati terbayang.
Pelayanan akan tetap dilakukan meski tidak ada keuntungan yang membayangi.
Seseorang yang panggilannya telah menjadi jati dirinya tidak akan melayani atas dasar motivasi keuntungan (baca: uang dan ketenaran) yang didapat, kepuasannya adalah pelayanannya itu sendiri.
Contoh Paulus, dia mengerti panggilannya adalah memberitakan Injil.
1 Korintus 1:17a
"Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil..... "
Sehingga Paulus berpendapat seorang pemberitaan Injil harus membangun hidup di dalam tugas pemberitaannya tersebut.
1 Korintus 9:14
"Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu."
Panggilannya telah menjadi jati dirinya, sehingga semua yang dilakukan bukan atas dasar ketenaran atau kekayaan, melainkan jati dirinya.
1 Korintus 9:16
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku....."
Karena memberitakan Injil adalah panggilan yang kemudian menjadi jati dirinya maka tidak bisa tidak Paulus harus memberitakan Injil.
Ayat 16 ditutup dengan kalimat:
"..... Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil."
Jadi, upah atau kesenangan Paulus bukanlah uang atau ketenaran melainkan ya pelayanannya itu.
1 Korintus 9:18
"Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil."
Saya tutup dengan pernyataan ini, sebuah aktivitas belum dapat dikatakan pelayanan sampai hal itu menjadi kesukaan Anda.
Agar supaya pelayanan menjadi kesukaan sebelumnya Anda harus mengenali panggilan Anda, menerimanya, lalu membangun hidup di atasnya, sampai panggila itu menjadi jati diri Anda, mentalitas Anda dan pada akhirnya secara alami akan membuahkan aktivitas yang disebut sebagai pelayanan.
Bahkan, meskipun tidak diembel-embeli oleh istilah pelayanan, Anda akan tetap melakukannya, karena Anda adalah pelayanan Anda tersebut. Tidak dapat dipisahkan. JLI.
#KiraKiraBegitu
#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)