Rabu, 29 September 2021

SEBERAPA LAMA

Seberapa lama kita akan berjalan.

Seberapa kuat kita akan berlari.

Seberapa keras kita akan bertahan.

Suatu hari kefanaan akan datang menghampiri.

Kelemahan akan menjadi realitas keseharian.

Kebanggaan ragawi perlahan menguap.

Seperti embun menguap terkena cahaya mentari pagi, demikianlah kefanaan menguap sirna tersentuh kekekalan.

Kekekalan akan menjadi haribaan terakhir.

Jangan tunggu detik terakhir berdetak baru berserah.

Jangan nanti sampai kekuatan ragawi pudar baru berserah.

Berserahlah ketika keperkasaan masih menjadi kekuatan dan kebanggaan.

Agar dengan kepala tegak dan terhormat kita memasuki kekekalan.

Dengan ramah dan sukacita menyapa dan merengkuhnya.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
#LeoImannuel 
#RISEandSHINE

Minggu, 26 September 2021

INTEGRITAS

Bilangan 35:11-12
(11) "maka haruslah kamu memilih beberapa kota yang menjadi kota-kota perlindungan bagimu, supaya orang pembunuh yang telah membunuh seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana."
(12) "Kota-kota itu akan menjadi tempat perlindungan bagimu terhadap penuntut balas, supaya pembunuh jangan mati, sebelum ia dihadapkan kepada rapat umat untuk diadili."

Pagi ini sewaktu membaca Bilangan pasal 35 saya sadar 1 hal bahwa tugas orang Lewi itu berat.

Pertama mereka menerima bagian tanah secara gratis dan berbagai persembahan  dari 11 suku lainnya.

Apakah orang Israel ribut?

Tidak rela?

Mempermasalahkannya sebagaimana banyak jemaat sekarang mempermasalahkan  perpuluhan dan buah sulung?

Hampir tidak ada, artinya Alkitab tidak pernah mencatatnya.

Kedua, Suku Lewi harus membangun kota perlindungan untuk melindungi pembunuh yang tak sengaja membunuh sampai pengadilan memutuskannya.

Apakah orang Israel curiga dengan motif orang Lewi ketika melindungi? Jangan-jangan ada persengkongkolan jahat? 

Jikalau ada saudaranya terbunuh, dengan dendam kesumat bisa saja dia langsung masuk ke kota tersebut dan membalas dendam.

Namun, lagi-lagi kasus demikian tak tercatat di dalam Alkitab.

Pertanyaan saya "Apa yang membuat orang Lewi begitu dipercaya oleh kesebelas suku lainnya?

Saya percaya jawabannya adalah lINTEGRITAS mereka sangat dipercaya oleh orang Israel, selain tentunya hadirat Tuhan ada pada mereka.

Kemudian saya berkaca kepada diri sendiri, saya jadi hamba Tuhan, Gembala lagi, dari sangat muda sudah melayani Tuhan, seringkali orang-orang yang lebih tua usianya konseling dan meminta saya doakan, apa yang membuat saya layak melakukannya (melayani umat Tuhan)?

Gereja menerima uang persembahan jemaat, apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang hamba Tuhan sehingga dianggap layak untuk menerima persembahan tersebut?

Pastinya INTEGRITAS!

Sebuah buku yang pernah saya baca menulis sebuah kalimat bagus banget:

Seseorang dapat menjual integritasnya, namun tidak ada cukup uang di dunia mampu membelinya kembali.

Masih banyak PR saya nih untuk terus menerus menjaga dan menguatkan integritas diri.

#LeoImannuel

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Sabtu, 25 September 2021

VIS COMICA

Vis Comica atau kemampuan untuk membuat tertawa atau kemampuan untuk menjadi jenaka.

Bukan mau sok pandai atau sok tahu bahasa Latin, bukan, sama sekali bukan.

Saya mengetahui kata vis comica dari komik Asterix.

Namun, bukan Asterix yang ingin saya bahas namun kemampuan untuk menjadi jenakanya.

Begini, banyak nasihat diberikan kepada saya, semakin tinggi (jabatan) seseorang maka angin yang menerpanya akan semakin kencang. Ini betul. 

Perlu juga untuk dipahami bahwa saya sedang tidak menganggap diri sudah hebat dan tinggi, sehingga saya tidak membahas mengenai kehebatan diri sendiri atau betapa tingginya jabatan saya.

Malu dan sungkan masih bersandar kuat di dada ini, sehingga masih eling bahwa diri ini diukur dari manapun masih rakyat jelata, jadi masih ada rasa tahu diri untuk tidak tepuk dada.

Saya sedang berusaha menyampaikan bahwa di dalam pergumulan hidup memiliki vis comica atau kemampuan untuk menjadi jenaka amat penting.

Saya pikir salah satu hal yang menguatkan diri di dalam menghadapi pergumulan adalah kemampuan saya menertawai diri sendiri atau pergumulan itu sendiri.

Maksudnya gini, ketika menceritakan atau curhat mengenai pergumulan sendiri seringkali saya bisa menceritakannya dengan tertawa karena menemukan analogi yang lucu, sehingga saya dan teman curhat tiap kali selalu tertawa cekikikan, tanpa mengurangi empati. 

Inipun berlaku ketika giliran saya mendengarkan curhatan orang lain. Saya bisa menemukan bahan candaan yang akan mengurangi tingkat stress atau tekanan  jiwa orang lain ketika menceritakan pergumulannya.

Kemampuan untuk jenaka ini membuat saya bisa mencari bahan joke ketika sedang mengobrol dengan sahabat atau keluarga kecil saya. Saya selalu hampir dapat mengomentari sesuatu dengan nada jenaka yang akan menularkan tawa sendiri atau orang di sekitar saya.

Meski bukan obat bagi pergumulan, namun hal ini lumayan dapat menjadi stress relieve, untuk melanjutkan perjuangan.

Akhir kata, sebesar apapun pergumulan yang kita hadapi jangan lupa untuk tertawa, jangan sampai kehilangan sisi kejenakaan dari dalam diri. 

Temukan dan kemudian nikmatilah berbagai hal positif baik dari dalam diri maupun dari luar, seperti video-video inspirasional atau jenaka.Jangan tutup diri terhadap hal-hal baik demikian. 

Selalu miliki harapan. 

Dunia ini luas, meski dunia kita sedang di dalam pergumulan bahkan diambang kehancuran, namun itu tidak berarti seluruh dunia sedang mengalami hal yang sama.

Ada dunia lain yang belum sempat kita jelajahi sedang berkembang luar biasa.

jangan tutup diri, jangan tutup hati, jangan masuk ke dalam cangkang.

Naiklah ke puncak gunung, angkat kepala dan lihatlah dunia lain.

Tetap semangat, teruslah berjuang! JLI

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

DARAHKU CUKUP, DARAHKU CUKUP!

Dengan jijik dan frustasi melihat keberdosaan diri yang hitam pekat kotor, memandang ke sebuah bukit pada sesosok lelaki yang tergantung penuh luka dan nestapa.

Setiap luka di tubuh itu berkata lirih:
"Darah-Ku cukup!"
"Darah-Ku cukup!"

Semakin didengar, semakin keras suara itu berkata: "Darah-Ku cukup!" "Darah-Ku cukup!"

Setiap luka itu berbicara, jiwa yang terbelenggu tak berdaya oleh ketidaklayakan, mulai kembali mendetakkan kehidupan.

Air mata tumpah bak bendungan jiwa hancur luluh....

Aku bebas! 
Aku dikasihi!

Catatan pendek seseorang yang dicintai.

#LeoImannuel

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Kamis, 23 September 2021

UKURAN PRESTASI YANG BERBEDA

Kita hidup di dunia dengan sistem dimana hasil lebih dihormati daripada proses.

Tak heran banyak orang petantang petenteng dengan hasil, padahal diraih dengan cara-cara tak terpuji.

Memiliki hasil yang baik tentu tidak salah, bahkan baik dan harus selalu diusahakan demikian.

Namun, coba berpikir secara terbalik sejenak, bagaimana seandainya Tuhan tidak menilai berdasarkan hasil yang  dicapai, melainkan pada kegigihan usaha, kepercayaan meski gagal, ketulusan dalam berkarya, meski hasil belum nampak dan godaan jalan pintas ditawarkan di depan mata.

Bagaimana seandainya, jika kalimat:

"And The Award Goes To...."

Dilanjutkan dengan pujian:

"Atas pencapaiannya di dalam kehidupan, yaitu:" 

"Dia pernah digoda sedemikian rupa, namun tetap bertahan."

"Di tengah-tengah kemiskinan dan kesusahannya, tak sekalipun dia menyangkali Tuhan."

"Dia pernah bisa marah, mampu membalas dendam, namun tetap mengasihi dan mengampuni."

Bagaimana seandainya jika, semua prestasi duniawi tidak disebut sama sekali.

Pernahkah Anda berpikir demikian? JLI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Rabu, 22 September 2021

MAKSUD DARI KALIMAT "KAMU AKAN MELAKUKAN PERKARA-PERKARA BESAR."

"KAMU AKAN MELAKUKAN PERKARA-PERKARA BESAR!"

Bagaimana seandainya kalimat di atas diucapkan oleh seorang hamba Tuhan dengan gaya khas, seperti nubuatan di sebuah KKR lapangan?

Apa yang ada di benak Anda?

Seperti apa kira-kira Anda dan ribuan orang lainnya akan mengartikan kalimat di atas?

Di benak Anda apa artinya melakukan perkara-perkara besar?

Apakah sama seperti si hamba Tuhan itu, Anda akan memimpin KKR besar di lapangan luas yang dihadiri ribuan orang?

Apakah "perkara-perkara besar" itu berarti besar, raksasa atau mega, yang menjadi buah bibir masyarakat, diliput oleh media?

Sejujurnya berapa sih hamba Tuhan yang mampu melakukan hal-hal yang demikian? 

Atau jangan-jangan 'perkara-perkara besar' itu mempunyai makna yang berbeda, ukuran yang berbeda daripada yang kita pikiran?

Tuhan Yesus memiliki penilaian berbeda mengenai kata 'besar' atau 'lebih banyak' sebaimana yang tersirat di dalam Injil Markus 12:42-43
(42) "Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit."
(43) "Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan."

Bagi Tuhan, 'lebih banyak' bukan masalah jumlah melainkan masalah hati.

Jangan-jangan melakukan 'perkara-perkara besar' itu tidaklah selalu berarti memiliki gedung gereja lebih besar, dengan jemaat lebih banyak, KKR-KKR besar di lapangan lebih besar dengan berbagai mukjizat lebih spektakuler, jadi pembicara di seminar-seminar lebih besar, dan segalanya yang 'lebih'? 

Apakah melakukan 'perkara-perkara besar' itu selalu berdampak positif?

Apa ukuran bahwa sebuah perkara itu perkara besar atau kecil?

Yang jauh lebih penting siapa yang menentukan ukurannya?

Si penentu standar itu akan menentukan seperti apakah yang termasuk kategori 'perkara-perkara besar' itu. 

Di dalam Matius 25:31-46, Tuhan membeberkan apakah perkara yang termasuk 'perkara-perkara besar' tersebut, antara lain, memberi makan orang lapar, memberi minum kepada yang haus, memberi tumpangan, memberi pakaian kepada yang tak berpakaian, membesuk yang sedang sakit, mengunjungi yang di dalam penjara.

Senada dengan itu, Rasul Yakobus menandaskan di dalam suratnya di pasal 1 ayatnya yang ke 27, 

"Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia."

Jadi, saya simpulkan bahwa 'perkara-perkara besar' itu adalah segala sesuatu yang kita lakukan di dalam kasih Tuhan bagi sesama, tentunya dengan menyampingkan keegoisan ambisi pribadi dan golongan. 

Tujuannya agar orang-orang diberkati dengan menerima kasih Tuhan, dengan resiko nama sendiri tidak disebut. 

Dengan demikian tentunya Anda yang melayani jemaat kecil namun dengan motivasi yang benar, murni dan tulus, belum tentu kalah 'besar' dengan mereka yang memiliki jemaat lebih banyak dengan gedung Gereja lebih megah. 

Anda yang setia melayani di bidang-bidang yang terluput dari sorotan spotlight, di mata Sang Juri Agung belum tentu kalah mentereng dibandingkan mereka yang selalu tersorot dan banjir puja dan puji dari manusia.

Sangat bisa bahwa 'perkara-perkara besar' itu adalah Anda menolak untung besar hanya karena itu menjadikan integritas sebagai anak Tuhan sebagai maharnya, atau dalam kasus lain naik jabatan dengan menyangkali Kristus, atau bisa jadi berarti Anda yang memilih taat kepada perintah Tuhan untuk membangun manusia daripada ada di panggung. 

Jadi, setialah terhadap apa yang Tuhan percayakan kepada Anda, sambil terus menerus waspada dalam menjaga kemurnian dan ketulusan nurani dalam melakukannya, karena disitulah Dia menilai apakah yang Anda lakukan termasuk ke dalam 'perkara-perkara besar' ataukah hanya remeh temeh recehan belaka.

Selamat Melayani. JLI.

#LeoImannuel

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Senin, 20 September 2021

KISAH Naomi (CERITA BELUM SELESAI)

Pernahkah Anda berada di dalam keadaan sedemikian susah dan memilukan, di mana bahkan orang-orang terdekat sekalipun tidak memercayainya?

Naomi pernah.

"Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata:" "Naomikah itu?"
Rut 1:19

Kisah hidup Naomi akan menjadi sebuah kisah paling naas, jika hanya berhenti di Rut 1:20-21:

(20) "Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku."
(21) "Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."

Puji Tuhan kisah hidup Naomi tidak selesai di sana, hidupnya berakhir happy ending. 

Rut 4:16-17
(16) "Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya."
(17) "Dan tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: "Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki"; lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud."

Dari kehidupan yang penuh penderitaan, karena kehilangan suami dan dua anak laki-laki, Naomi bangkit dan menjadi canggah atau moyang dari Raja Daud, bahkan moyang dari Sang Juru Selamat sendiri. 

Jika hari-hari ini hidupmu seperti berada di titik nol, bahkan minus, bertahanlah, jangan putus asa. 

Kesusahan hari ini tidaklah menyimpulkan keseluruhan hidupmu.

Hidupmu belum tamat, belum selesai.

Berharaplah terus kepada Tuhan, Dia sedang menuliskan hidupmu, ketaatan dan semangat pantang menyerahmu seperti kertas, atau media menulis bagi-Nya. JLI.

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#PursuingGodsHeart

#Ruth
#Naomi

Kamis, 16 September 2021

DOA BERSAMA NAMUN TIDAK BEKERJA SAMA

17 September 2015

Jemaat beserta para penggagas jaringan doa dari berbagai denominasi berdoa:

"Tuhan pulihkanlah Indonesia"

"Transformasi Bangsa Indonesia"

"Revival Datang Atas Indonesia"

"Kami usir iblis dari bangsa kami"

"Kami patahkan otoritas orang kuat atas Indonesia"

Tuhan tersenyum.....

Iblis berdehem sambil tersenyum sinis... 
Di dalam hatinya dia berpikir....

"Gagahnya berdoa bagi bangsa, pake tengking-tengking segala!"

"Dikirim roh asumsi saja sudah bangun tembok"

"Disusupi roh curiga saja sudah menolak satu panggung"

Sad but true...

Berbagai doa dan acara kesatuan tubuh Kristus tersebut di adakan di stadion atau gedung-gedung megah dengan daya upaya termasuk biaya "wah."

Begitu acara selesai, jemaat pulang, stadion/gedung menjadi sepi menunggu disewa untuk acara lain, entahkah konser musik rock atau acara gagah-gagahan politik, para pemimpin kembali ke urusan pelayanan masing-masing. 

Di situlah ujian sebenarnya, apakah semua daya upaya dan biaya itu hanya menghasilkan sesuatu yang bersifat artiifisial dan bagi kepentingan seremonial belaka, ataukah bagi sebuah tujuan yang mesti diperjuangkan?

Kasihan bangsa ini, jika para pemimpin masih berjiwa kelokalan, bergerak berdasarkan "like" atau "dislike."

Para tokoh lintas agama  dari berbagai kepercayaan yang berbeda, bahkan bertentangan, dapat berdiskusi dengan damai. Mereka sibuk mencari dan berdiri teguh di "common ground" yang menyatukan mereka.

Sementara para pemimpin dari juru selamat dan kitab suci yang sama tidak sudi melayani bersama karena sibuk melihat "selumbar" di mata saudaranya.

Saling menuduh, saling merasa benar, saling merasa menjadi korban.

Meski bergandengan tangan di even-even besar, namun lebih penting bergandengan hati.....

Keep Winning By Keep In Unity Not Uniformity!!! JLI

@Leo_Imannuel
@AOCJakarta

Rabu, 15 September 2021

CATATAN DARI RUMAH DUKA

Berdiri samping peti mati dari seorang adik rohani, sedih, berduka, dan bergulat dengan pikiran sendiri, "masih muda," "gone to soon."

Tiba-tiba sebuah pikiran menyeruak entah dari mana,

"Is he gone too soon?"

Bagaimana jika almarhum memang sudah menyelesaikan tugas dan maksud penciptaannya?

Jika kita menghidupi hidup sesuai rencana-Nya, maka panjang pendek usia seseorang bukanlah masalah, jika Sang Pencipta menganggapnya sudah cukup, berarti dia sudah berbuah maksimal, saatnya pulang untuk menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan-Nya.

Kita menyebutnya gone too soon semata dari perspektif kefanaan, yang berupa perasaan kehilangan dan duka, namun dari sudut pandang kekekalan, pasti berbeda.

Kedua, kesehatan itu pemberian Tuhan dari awalnya.

Mayoritas manusia lahir dengan kesehatan, bertumbuh dalam kesehatan tersebut menjadi besar.

Semakin besar kita semakin sempurna kesehatan tersebut, sampai di satu titik akan semakin berkurang seiring bertambahnya umur. 

Sepanjang kehidupan, adalah tugas kita untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan tersebut.

Memerhatikan asupan makanan, pola makan dan olah raga adalah sebuah keniscayaan dalam mempertahankan kesehatan, pun demikian dengan hati dan pikiran yang mesti bersih, penuh damai dan sukacita.

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" (Mazmur 90:12) demikian doa Musa, Abdi Allah itu. 

Bagian tak terpisahkan dari 'menghitung hari-hari' menurut saya adalah mengetahui keadaan tubuh sendiri, mana makanan yang boleh dimakan, berapa banyak boleh dikonsumsi, mana yang sudah harus jarang-jarang, bahkan sama sekali tidak boleh dikonsumsi. 

Itulah hati yang bijaksana. 

Akhir kata, kesehatan adalah memang anugerah Yang Maha Kuasa, namun adalah juga tanggungjawab kita untuk menjaganya.

#KiraKiraBegitu

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

Selasa, 14 September 2021

MONUMEN KEHIDUPAN

Pernah saya mendengar seseorang berujar: 

"Saya tidak akan jual motor ini!" 

Sambil menunjuk motor yang sudah terlihat menua, ditandai oleh warna yang sudah memudar dan beberapa bagian terlihat aus.

"Ini motor setia mendampingi saya bekerja dan keliling banyak tempat."

Ujarnya, melanjutkan ceritanya.

Ada banyak motor yang mampu dibelinya, bahkan yang lebih bagus dan lebih mahal, namun motor butut ini berbeda, ada keterkaitan emosional dengannya. 

Motor butut ini adalah sejarah perjuangan hidupnya, sebuah pengingat baginya dan bagi anak cucunya kelak. 

Sebuah pelajaran hidup mengenai kerajinan dan kerja keras yang berbuahkan kemanisan hidup. 
 
Dia simpan motor tuanya meski jadi agak kontras dengan rumahnya yang besar dan megah, namun dibalik motor tua tersimpan beribu kisah nostalgia yang telah memberi berbagai warna bagi hidupnya. 

Kisah hidup Tabita atau Dorkas disimpulkan dengan singkat sebagai, "..... Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah." Kisah Para Rasul 9:36

Perbuatan baik yang dilakukannya menjadi kenangan manis bagi orang-orang kurang mampu yang menjadi sasaran perbuatannya. 

"............ Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Kisah Para Rasul 9:39b

Saya membayangkan, ketika tua nanti, pensiun bahkan berpulang keharibaan Bapa, kisah apa yang akan diingat dan diceritakan orang?

Warna apa yang telah ditorehkan ke dalam hidup orang-orang yang Tuhan izinkan bersinggungan dengan kita? 

Apakah hidup kita seperti motor tua yang tersimpan di tempat terhormat di dalam hati orang lain, atau seperti banyak motor tua lainnya, terbuang dan terlupakan?

Hidup setiap hari adalah kesempatan untuk berbuat baik bagi orang-orang yang membutuhkannya. JLI

#Merenung

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter 

#LeoImannuel

Senin, 13 September 2021

SEBUAH CATATAN DAMAI

Saulus bukan orang jahat.

Dia hanya sedang membela agamanya dari ajaran ngawur macam Jalan Tuhan ini.

Supaya tidak semakin luas menyesatkan rakyat mesti dibasmi sampai ke akar-akarnya.

Kabar terakhir yang didengar sudah lebih dari 3000 orang menjadi pengikut sekte sesat ini, itupun hanya gara-gara sekali khotbah doang, apa jadinya jikalau mereka dibiarkan.

Oleh karenanya tindakan tegas harus diambil.

Saulus berada di jalan agama, Tuhan pasti berada dipihaknya meski agama ditegakkan dengan kekerasan.

Tuhan pasti merestui.

Para pelaku inkuisisi bukanlah orang jahat, mereka hanya membela kemurnian ajaran gereja.

Sehingga membunuh menjadi halal daripada gereja tercemar.

Kastil indah Chateau de Chillon di tepi Danau Jenewa menjadi Saksi bisu penahanan dan pengeksekusian orang-orang yang dituduh penyihir. 

Peristiwa pada tahun 1692 yang di kenal sebagai The Salem Witch Trial, di kota Salem, Massachusetts, Amerika Serikat, di mana penduduk Salem ditangkap, diadili dan dihukum dengan kejam karena dituduh sebagai tukang sihir.

Diperkirakan 50 ribu sampai 100 ribu orang tewas pada masa-masa perburuan tukang sihir baik di Eropa maupun Amerika Serikat.

Semua itu dilakukan untuk memerangi iblis dan para pengikutnya, jadi segala tindakan kejam sah-sah saja dilakukan.

Kita jadi mengerti ayat di bawah ini:

"Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah." Yohanes 16:2

Mereka bukan orang jahat, mereka sedang berbuat bakti bagi agama dan institusi sorga yang dipercayakan kepada para pemimpin mereka.

Tanpa sadar kita melakukan inkuisisi, meski dalam skala kecil namun tidak kalah mematikan.

Suatu kali seorang pemimpin gereja bercerita kepada saya bagaimana dia dimusuhi oleh para kolega dan anak-anak rohaninya hanya karena beliau memutuskan pindah gereja karena sesuatu dan lain hal.

Pindah gereja saja dimusuhi, apalagi pindah iman.

Suatu kali seorang bapak bertanya kepada saya apa yang mesti dilakukan terhadap adiknya yang akan menikah dan ikut agama sang calon istri.

Jawaban saya adalah: "Tetap kasihi adikmu!“

Kasih sejati itu melampaui organisasi dan kepercayaan. Dia mampu menjangkau melampaui sekat-sekat agama dan budaya.

Seandainya Tuhan Yesus hanya mengasihi orang-orang Kristen saja, maka tidak akan ada peristiwa Natal, Jumat Agung dan Paskah. 

Kedewasaan kasih teruji ketika perbedaan datang.

Keagungan sebuah ajaran dan kepercayaan terlihat dari menyikapi perbedaan.

Salam Damai

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

NASI SUDAH MENJADI BUBUR

Pernah dengar istilah jika nasi sudah terlanjur menjadi bubur, ya tinggal dikasih kecap, suwiran ayam, cakwe, jadi deh bubur ayam.

Sebuah nasihat bagus mengenai hidup walau gagal, namun sebenarnya masih dapat dimodifikasi menjadi sesuatu yang indah juga, meski mungkin bentuknya berbeda dari yang direncanakan.

Namun, dalam kehidupan nyata tidaklah selalu mudah merubah bubur menjadi bubur ayam.

Faktor utamanya karena kecewa dan malu.

Dengan rasa frustrasi tingkat tinggi karena gagal, orang cenderung menyalahkan diri sendiri, Tuhan dan sekitar.

Pada keadaan ini, otak menjadi tumpul, karena logika dan kekecewaan berkata ini adalah akhir dari segalanya.

Maka, dorongan dari orang-orang dekat sangat diperlukan, bukan hujatan atau cacian, meski kita tergoda berkata: "gue kate juga ape, bandel sih lu!"

Hold your breath and words.

Kita akan bilang gitu, but not now, not with that sinical tones.

Bahkan jika perlu, kita bantu belikan ayamnya, bantu suwir ayamnya, bawakan kecap manis dan asin, lalu taburkan di bubur, dan belikan kerupuknya.

Setelah jadi bubur ayam, kasih lihat dia, suapkan jikalau perlu, biar dia rasakan rasanya.

Agar dia tahu kegagalannya bukanlah akhir dari segalanya, supaya pikirannya terbuka bahwa dia menemukan suatu hal lain, sebuah bentuk kreatif dari nasi yang dapat dijual lebih mahal daripada nasi.

Katakan padanya, tidak ada orang pergi jauh untuk makan nasi, namun ada orang rela pergi jauh bahkan antri demi semangkuk bubur ayam.

#KiraKiraBegitu

Minggu, 12 September 2021

KEEP CALM GOD IS IN CONTROL Bagian Ke-2

Kecemasan dan ketidaktenangan terjadi karena ketidakpercayaan kepada Tuhan yang akan menimbulkan iman yang negatif, lalu terjadilah menurut imanmu, sebagaimana yang dialami oleh Ayub

(25) Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. 
(26) Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." 
Ayub 3:25-26 

Perasaan takut dan cemas lebih membunuh daripada alasan kepada apa dan kenapa seseorang takut dan cemas. 

Sebenarnya takut dan cemas adalah alarm alami yang Tuhan letakkan di dalam diri, tujuannya agar kita sadar dan berdoa dan berjaga-jaga, bukannya malah tinggal di dalam kecemasan dan ketakutan yang berlebih. 

Seberapa damai sejahteranya kita, menjadi tolak ukur seberapa percayanya kita kepada Tuhan. 

Iman yang kokoh kepada Tuhan menjadikan diri tenang meski keadaan menggelisahkan, semata-mata karena pada Tuhan, dan hanya di dalam-Nya kita melihat harapan. 

"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." Mazmur 62:6

Kunci untuk senantiasa tenang adalah dekat dengan Tuhan, intim dengan-Nya. 

(2) Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. 
(3) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Mazmur 62:2-3 

Dekat bagaimana dan intim bagaimana?

"Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan." Ulangan 30:14

Tuhan Yesus adalah Firman Tuhan (Yohanes 1:14), jadi mustahil orang bisa intim dengan Tuhan tanpa membaca, merenungkan dan kemudian melakukannya.

Bicara mulut adalah perkataan yang baik, dan hati bicara mengenai niat.

"....... Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." Matius 12:34b

Membaca dan merenungkan firman Tuhan berarti memenuhi gudang hati dan pikiran dengan segala kebaikan, sehingga perkataan yang keluar dari mulut adalah firman.

Sebagaimana yang Tuhan nesihatkan kepada Yosua,

"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." Yosua 1:8. 

Salah satu penyebab kegagalan bangsa Israel di padang gurun adalah bersungut-sungut. 

Berawas-awaslah, karena perkataanmu bisa membentuk realitasmu. 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Sabtu, 11 September 2021

KEEP CALM, GOD IS IN CONTROL Bagian Ke-1

12 September 2018

"Pa, ini gimana? Kalo pintu mobil dibuka alarm-nya bunyi terus!" 

Terdengar suara istri saya yang panik di ujung telepon. 

Setiap Kamis pagi memang kami pisah jalan, istri dan putri bungsu kami langsung ke sekolah, sementara saya mengantar putra sulung kami ke lapangan futsal. 

Segera saya coba menenangkannya.

Alarm mobil yang berbunyi biasanya karena ada pintu yang kurang rapat tertutup atau korsleting, yang mana sangat jarang terjadi. 

Dengan tenang, saya meminta istri keluar dari dalam mobil, karena lebih baik berada di luar mobil ketika alarm berbunyi daripada berada di dalamnya.

Benar saja, dari telepon saya mendengar alarm mobil meraung keras, segera saya menuntun istri via telepon untuk menekan tombol buka pada remote, terdengar suara beep dua kali tanda kunci terbuka dan alarm berhenti, lalu saya memintanya untuk menekan tombol untuk mengunci, biasanya hanya akan terdengar bunyi beep sekali yang menandakan pintu mobil terkunci, namun kali ini berbunyi beberapa kali, segera saya mengetahui pasti ada pintu mobil yang kurang rapat tertutup, mungkin karena putri kami agak kurang keras menutup pintu ketika dia turun dari mobil. 

Kemudian saya meminta istri untuk membuka dan kemudian menutup kembali setiap pintu di mobil kami. 

Setelah melakukannya, saya minta beliau kembali menekan tombol tutup, lalu terdengar bunyi beep sekali dan alarm tidak berbunyi lagi.

Sebenarnya apa yang saya minta istri lakukan adalah perkara simpel dan seharusnya beliau bisa mengatasinya, namun perasaan panik sudah mengendalikan cara berpikirnya dan semakin menjauhkannya dari solusi yang sebenarnya sangat mudah dan simpel. 

Kebenarannya adalah, alarm akan terpicu ketika pintu mobil dibuka paksa tanpa melalui tombolnya, atau dalam hal ini adalah ada pintu yang kurang rapat tertutup. 

Namun, panik sudah membuatnya lupa akan prinsip simpel tersebut.

Panik dan gelisah yang berlebihan tidak pernah akan membawa kebaikan bagi diri sendiri, malah sebaliknya akan menjauhkan kita dari Tuhan. 

Oleh karenanya pemazmur memerintahkan jiwanya agar tenang sambil mengingatkan bahwa Tuhan telah, bukan akan, tapi telah berbuat baik. 

"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." Mazmur 116:7 

Dari ayat ini dapat kita simpulkan bahwa keadaan pemazmur sedang tidak baik dan mulai meragukan Tuhan, namun kesadaran imannya bangkit lalu dia berkata "jiwaku, tenang! Tuhan telah berbuat baik!" 

"Jangan ragukan kebaikan Tuhan, ayo hitung-hitung kebaikan-Nya."

Ayo, perintahkan jiwa kita untuk tenang, dan mulailah mengingat semua kebaikan-Nya di dalam hidup ini dan syukurilah. 

Jikalau Dia tidak pernah meninggalkan kita di hari-hari yang lalu, masakan Dia akan melakukannya sekarang?

Tentu tidak! 

Kesetian-Nya tidak akan mengizinkannya. 

#JadilahTenang

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

#TheEncounter 
#LeoImannuel

Kamis, 09 September 2021

Keintiman Bagian Ke-4

1 Korintus 13:1-3
(1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
(2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
(3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Di dalam kekristenan perasaan cinta kepada Tuhan ini maha penting karena dia yang menjadi dasar seluruh kehidupan kristen.

Tengoklah apa yang secara ekstrim disimpulkan oleh Rasul Paulus pada ayat 3 di atas, 
"Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku." 

Di ayat 1 dan 2, Paulus juga menyebutkan semua pelayanan Kristen bahkan pembuktian iman yang paling hebat sekalipun, tanpa kasih semua sia-sia. 

Cinta kepada Tuhan ini akan melahirkan cinta kasih kepada sesama.

Mustahil orang yang mengasihi Tuhan dan hatinya penuh dengan. kasih Tuhan, lalu masih membenci sesama.

Kasih kepada Tuhan akan melahirkan kehidupan religius antara seseorang dengan Tuhan, ini sifatnya rahasia, karena berada di dalam hatinya, terkunci di dalam kamarnya ketika dia berdoa dan membaca firman-Nya.

Dia tidak sedang mencoba mengesankan manusia, dia sedang mencoba mengesankan Tuhan.

Jadi pujian manusia bukanlah motif utama, hanya Tuhan saja motifnya.

Kemudian, kasih kepada Tuhan akan memberi kesadaran sosial, akan tanggung jawab terhadap sesama.

Sebagai kekasih Tuhan, seseorang akan merasa betapa Tuhan juga mengasihi orang-orang lain, terutama mereka yang terhilang dan menderita, kemudian bergerak mengambil tanggung jawab untuk berbuat sesuatu bagi mereka, atas nama kasih kepada Tuhan.

Lahirlah pelayanan.

Jadi pelayanan bukan lahir dari kebutuhan, namun dari kasih atau cinta kepada Tuhan.

Periksalah kehidupan kekristenan kita dengan cermat, selidikilah hati  dengan sungguh-sungguh, jangan biarkan kehampaan menggeser hasrat akan Tuhan, rutinitas menjadi sebuah kenyataan yang dianggap biasa.

Cek, apa motif kita melayani sesama, kasihkah? Atau ada motif lainnya yang bersembunyi di balik jargon-jargon dahsyat, seperti mengikut Yesus berapapun harganya, padahal ujung-ujungnya hanya uang dan ketenaran belaka.

Bertobatlah....

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Selasa, 07 September 2021

Keintiman Bagian Ke-3C

THERE CAN BE THE ONLY ONE

Matius 22:36-40 
(36) Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?
(37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 
(38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
(40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Bersediakah Anda menikah dengan seseorang yang setia dan melayani Anda sepenuhnya, namun dirinya sama sekali tidak mencintai Anda?

Dia menjadi suami atau istri Anda semata-mata hanya kewajiban, semua pelayanannya sebagai pasangan Anda hanya sebuah kewajiban, semua obrolan maupun kebersamaan hanya bernuansa pertemanan, tidak ada getar-getar perasaan romantis sama sekali.

Tentunya rumah tangga demikian akan sangat menjemukan bukan?

Apalagi jika Anda menemukan kenyataan cinta bertepuk sebelah tangan. 

Hanya Anda yang mencintai, sementara dirinya sama sekali tidak membalas cinta Anda. 

Bahkan ada seseorang lain yang bercokol kuat di hatinya dan jelas itu bukan Anda. 

Sakit? Pasti!

Kecewa? Sangat! 

Marah? Jelas! 

Namun, seringkali orang Kristen berbuat demikian terhadap Tuhan. 

Menjadi Kristen atau pengikut Kristus tanpa perasaan cinta kepada Sang Juru Selamat, semua hanya sebuah status dan rutinitas belaka, bahkan "... semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup..." (1 Yohanes 2:16), perlahan namun pasti telah mengkudeta Tuhan dari takhta-Nya di dalam hati kita. 

Itulah mengapa dimensi perasaan cinta ini begitu penting di dalam Kekristenan. 

Namun, jangan salah cinta bukan hanya perasaan belaka, di dalam cinta terkandung tekad kuat untuk saling membahagiakan, dan itu berarti perbuatan-perbuatan yang menyatakan cinta.

Cinta itu perlu dicari, digali, dijaga, bahkan dipertahankan, 

"Kejarlah kasih itu........" (1 Korintus 14:1a), demikian nasehat Paulus. 

Tuhan tidak menginginkan robot sebagai umat-Nya, Dia menginginkan manusia sebagai makhluk merdeka untuk mengasihi-Nya tanpa paksaan, hanya semata-mata karena mereka memilih untuk mengasihi-Nya. 

Itulah mengapa Tuhan mengaruniakan kehendak bebas kepada manusia. 

Ingatlah bahwa kasih atau cinta itu pertama-tama adalah perasaan di dalam hati yang kemudian dinyatakan dengan perkataan dan perbuatan. JLI

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Senin, 06 September 2021

Keintiman Bagian Ke-3B

KASIH ADALAH DASAR SEGALA SESUATU

Matius 22:36-40 
(36) Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?
(37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 
(38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
(40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

"..........Tanpa dasar cinta atau kasih maka segala sesuatu yang kita lakukan akan hambar karena tidak akan menyentuh hati sendiri, ataupun obyek bagi siapa perbuatan baik tersebut dilakukan."

Tidak heran Tuhan Yesus mencela jemaat di Efesus sebagai jemaat yang telah meninggalkan kasihnya yang semula. Wahyu 2:4. 

Meski perbuatan mereka baik, bahkan dipuji namun celaan tetap datang semata-mata karena tidak ada lagi dasar cinta atau kasih dari segala yang mereka lakukan. 

Sampai di sini jangan salah paham, saya sedang tidak meninggikan perasaan di atas perbuatan, saya hanya sedang mencoba mengungkapkan keseimbangan diantara keduanya.

Rasul Paulus sudah panjang lebar berbicara mengenai topik ini di dalam 1 Korintus 13.

Semua karunia yang dipraktikan tanpa kasih semuanya sia-sia. 

Betapa Tuhan sangat menghargai yang namanya hubungan, bukan hanya sekedar tahu, namun kenal secara dekat, berjumpa secara intens dan intim, bahkan jatuh cinta hingga tergila-gila. 

Sehingga tak mengherankan sebenarnya ketika Tuhan Yesus di tanya mengenai hukum terutama di dalam kitab suci, beliau merujuk kepada cinta atau kasih kepada Tuhan dan sesama. 

Hidup keagamaan tanpa kasih selalu  hanya akan berkutat dari satu larangan ke larangan lainnya, dari satu peraturan ke peraturan lainnya.

Pelanggaran terhadapnya berbuah celaan, hinaan bahkan ekskomunikasi alias dibuang dan diasingkan. 

Itulah kekristenan yang agamawi.

Beribadah dan melayani bak robot, tanpa hasrat, tanpa pengenalan, tanpa kerinduan, tanpa cinta yang membara terhadap Dia yang dilayani. 

Ibadah dan pelayanan hanya menjadi sekedar sebuah kegiatan atau aktivitas sosial belaka.

Jika dasarnya adalah kasih, maka hati yang mengasihi Tuhan dengan sendirinya akan mecari Tuhan, menghabiskan waktu bersama-Nya, berusaha mengenal-Nya, membaca firman-Nya dengan hasrat membara, beribadah dengan kerinduan, kehidupan kekristenan yang dipenuhi oleh hati yang lapar dan haus akan Dia. 

Orang yang jatuh cinta dengan Tuhan pasti akan memiliki kesadaran bathin mengenai mana yang berkenan kepada-Nya dan mana yang tidak, dan memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan apa yang diperkenan-Nya. 

Kesadaran bathin ini harus senantiasa dilatih terus menerus, sehingga menjadi sebuah kecerdasan bathin. JLI

Bersambung... 

#Keintiman 
Bagian Ke-3B

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter
#LeoImannuel

Keintiman Bagian Ke-3A

CINTA ADALAH FONDASI 

Matius 23:36-40
(36) Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?
(37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 
(38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
(40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Ketika mendengar kata 'Cinta' apakah yang terbersit di dalam pikiran dan hati Anda?

Menurut Anda dari kedua gambaran di bawah ini, manakah yang mewakili cinta? 

Segenap peraturan yang tidak bisa tidak harus ditaati, atau seluruh perbuatan baik yang harus dilakukan untuk seseorang?

Atau ketika mendengarnya pertama-tama yang Anda tangkap adalah nuansa perasaan di dalam hati?

Cinta itu selalu berkaitan erat dengan perasaan yang menemukan bentuknya di dalam perkataan dan perbuatan.

Ketika berkata "I Love You" kepada istri, yang saya maksud selalu adalah perasaan saya kepadanya dengan disertai semua perbuatan yang membuktikan kesejatian dari perkataan tersebut.

Istri saya menerima perkataan tersebut dengan hatinya, otomatis ingatannya akan mencari bukti dari cara saya memerlakukannya selama ini, barulah sepersekian detik kemudian perasaan bahagia muncul dan dengan senyum mengembang karena sukacita jantung hati saya membalas "I Love You Too."

Jadi, cinta selalu pertama-tama berkaitan dengan perasaan, baru kemudian merujuk kepada perbuatan.

Cinta menemukan ekspresinya di dalam perasaan dan kemudian terungkap melalui perkataan dan kemudian perbuatan.

Ketika Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus sebagaimana tercatat di dalam Injil Yohanes 21:15 "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" 

Yang dimaksud Tuhan Yesus adalah perasaan cinta di dalam hati Petrus, bukan perbuatannya. 

Kemudian setelah Petrus menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." 

Barulah Tuhan Yesus memberi tugas kepadanya, "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

Kesimpulannya adalah semua perbuatan apapun yang kita lakukan baik untuk Tuhan maupun bagi sesama dasarnya harus cinta atau kasih.

Tanpa dasar cinta atau kasih maka segala sesuatu yang kita lakukan akan hambar karena tidak akan menyentuh hati sendiri, ataupun obyek bagi siapa perbuatan baik tersebut dilakukan. JLI

Bersambung

#Keintiman
Bagian Ke-3A

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Keintiman Bagian Ke-2

C I N T A

Kapankah membaca Alkitab menjadi sesuatu yang membosankan?

Bagaimanakah doa menjadi sebuah beban berat yang menjemukan?

Bilakah pujian dan penyembahan dinaikkan dengan perasaan datar?

Apa penyebab pelayanan menjadi sebuah rutinitas belaka, entah sadar atau tidak.

Bilamanakah kekristenan menjadi agama mati yang hanya tinggal berisi berbagai peraturan boleh tidak boleh, dosa tidak dosa, Kudus atau najis, benar atau sesat, yang ujung-ujungnya saling menunjuk dan memaki?

Pertanyaan itu sama dengan kapankah sebuah pernikahan menjadi dingin? Bagaimanakah sebuah hubungan menjadi dingin? Semua aktivitas di dalam pernikahan menjadi rutinitas yang harus dilakukan meski tanpa gairah? 

Jawabnya sederhana saja, semua menjadi rutinitas karena cinta telah meninggalkan sanubari, cinta tidak lagi menjadi motivasi utama. 

Di dalam cinta terdapat trinitas yang saling terikat satu dengan lainnya, yaitu, gairah, keintiman dan komitmen. 

Seseorang bisa kehilangan gairah dan keintiman, dan menyisakan hanya komitmen, namun tanpa kedua lainnya komitmen akan menjadi rutinitas menjemukan. 

Berjalan di dalam religiusitas tanpa gairah dan keintiman di dalam Kekristenan itu berarti berjalan secara agamawi.

Ah sudahlah, saya tutup tulisan ini dengan puisi yang ditulis oleh King Solomon:

Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? — Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau. 

— Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! 

Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.

#Keintiman
Bagian Ke-2

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter

#LeoImannuel

Keintiman Bagian Ke-1

APA ITU KEINTIMAN 

Keintiman bukanlah membaca Alkitab, juga tidaklah sama dengan menaikkan pujian dan penyembahan ataupun doa.

Keintiman merupakan energi yang memberikan hasrat mendalam untuk melakukan semua itu.

Keintiman adalah dua perasaan romantis berpadu menjadi satu, sebagaimana yang digambarkan oleh Daud dan Yonatan,

"Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri." 1 Samuel 18:1

Kata 'berpadulah' berasal dari bahasa Ibrani qâshar yang dapat diartikan terikat atau jatuh cinta.

Jadi, keintiman bukanlah melakukan berbagai hal agamawi seperti membaca kitab suci, berdoa atau memuji dan menyembah Tuhan.

Seseorang dapat melakukannya tanpa memiliki keintiman dengan Pribadi pengarang kitab suci tersebut, atau kepada siapa mereka berdoa dan siapa yang mereka puji dan sembah.

Sebagaimana yang disindir keras oleh Tuhan sendiri, 

Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan." Yesaya 29:13

Keintiman adalah perasaan romantis  mendalam yang menjadi alasan mengapa seseorang membaca kitab suci, mengapa berdoa dan mengapa memuji serta menyembah Sang Pencipta.

Keintiman melahirkan perasaan perduli, rindu, butuh, kasih, bertanggungjawab.

Keintiman memampukan seseorang bangun pagi kemudian menaikkan doa kepada Juru Selamatnya.

Keintiman menjadikan seseorang memperlakukan kitab suci bak surat cinta dari kekasihnya. Membaca dan terus membacanya tanpa bosan.

Keintiman menciptakan gairah untuk memuji dan menyembah Sang Pencipta. 

Keintiman menarik garis batas jelas antara melakukan ritual keagamaan karena kewajiban atau karena tergila-gila di dalam cinta kepada Tuhan.

Keintiman pertama-tama menggetarkan hati, yang kemudian berbuahkan tindakan.

Keintiman adalah jatuh cinta dengan Sang Pencipta yang telah terlebih dahulu mencintai kita. 

#Keintiman 
Bagian Ke-1 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#TheEncounter
#LeoImannuel

Minggu, 05 September 2021

Musa Bagian Ke-19

Keluaran 33:15-16
(15) Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.
(16) Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"

Apakah yang membedakan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa lain?

Apakah yang membedakan kita dengan orang lain?

Apakah uang dan kekayaan?

Tingkat keluhuran budi?

Menurut Musa yang akan membedakannya adalah penyertaan Tuhan.

Penyertaan Tuhan adalah hak eksklusif sebagai bangsa pilihan.

Penyertaan-Nya berarti perkenanan-Nya dan itu sama artinya dengan keberpihakan-Nya. 

Sebagai umat Allah, sudah sepatutnya mereka melangkah kemana Tuhan arahkan mereka, melakukan apa yang Tuhan minta mereka lakukan, tidak berbuat apa yang dilarang-Nya.

Sebagai anak-anak Tuhan, sudah sepatutnya kita juga melangkah kemana Tuhan arahkan kita, melakukan apa yang Tuhan minta untuk kita lakukan, tidak berbuat apa yang dilarang-Nya, karena:

"namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." Galatia 2:20.

Sebagaimana orang Israel berhasil memasuki tanah perjanjian yang menjadi tanah air mereka, membangun sebuah negara merdeka dan berdaulat, karena pernyertaan Tuhan,

Maka kitapun harus mengejar perkenanan-Nya, memohon agar Tuhan menyertai gerak langkah kita setiap saat, karena bukankah nama-Nya Imanuel, Allah menyertai kita?

Jika kita melakukannya, maka apapun hasil akhir yang dicapai, itulah yang dinamakan keberhasilan atau kesuksesan.

Berhasil melakukan kehendak Tuhan, sukses melakukan misi-Nya. 

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-18

Keluaran 33:13
"Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu."

Bangun tidur, pergi beraktifitas, pulang ke rumah, berkeluarga dan kemudian pergi tidur.

Demikianlah kira-kira aktifitas setiap manusia.

Namun, benarkah hanya sebatas itu?

Hanya untuk itu kita dilahirkan ke dalam dunia ini?

Atau ada tujuan yang jauh lebih penting daripada itu?

Doa Musa kepada Tuhan di atas menegaskan tujuan hidupnya: "...beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau....."

Kata 'beritahukanlah' dan kata 'mengenal' pada ayat tersebut menggunakan kata Ibrani yâda.

Kata ini bermakna mengetahui atau mengenal dari mengalami sendiri.

Padanan kata yâda, di dalam bahasa Yunani adalah ginôskô, yang memiliki arti yang sama. 

Uniknya kedua kata ini digunakan sebagai istilah untuk hubungan antara suami dan istri

"Kemudian manusia itu bersetubuh (yâda) dengan Hawa... " Kejadian 4:1

"tetapi tidak bersetubuh (ginôskô) dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus." Matius 1:25

Hubungan suami istri adalah puncak keintiman antara sepasang manusia.

Dengan menggunakan kata ini, menggambarkan tingkat pengetahuan kita akan Allah bukan hanya sebatas pengetahuan yang kita baca atau dengar saja, melainkan sampai kepada level keintiman yang sangat mendalam.

Mengetahui dan mengenal Tuhan dengan mengalami Dia. Mengalami perjumpaan ilahi dengan-Nya (divine personal encounter).

Pemahaman ini seharusnya membuat ikut Tuhan itu tidak bisa sambil lalu, namun membutuhkan konsentrasi penuh, dedikasi kuat dan persistentsi sekuat baja.

Dia haruslah menjadi tujuan utama di dalam hidup ini.

Semua aktifitas manusia haruslah bertujuan akhir 'mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya' (Filipi 3:10). 

Semua aktifitas lain adalah sebuah sarana (yang juga penting) untuk kita dapat mencari dan mengenal-Nya.

Keluarga, bisnis, pekerjaan, sekolah, hobi, pelayanan, gereja, aktifitas sosial, teman, bermasyarakat dan bernegara, dll adalah sarana untuk kita mengenal Tuhan lebih dalam dan lebih intim lagi.

'Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya' (Matius 6:33) di dalam keluarga, dunia bisnis, pekerjaan, sekolah, hobi, pelayanan, gereja, aktifitas sosial, teman, bermasyarakat dan bernegara.

Contoh paling bagus adalah Ayub, beliau adalah seorang pebisnis sukses: 

".... sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur." Ayub 1:3

Ayub seorang kaya, punya bisnis, berkeluarga dan beragama. Namun dia belum mengenal Tuhan yang dia sembah secara intim, hanya sebatas mengetahui.

Sampai kemudian tragedi datang, yang pada akhirnya menuntunnya untuk mengenal Tuhan dengan intim:

"Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." Ayub 42:5.

Perkataan Ayub ini menegaskan kepada setiap kita, bahwa keberagamaan itu tidak menjamin pengenalan akan Tuhan.

Pengenalan intim akan Tuhan dan beragama adalah dua hal yang berbeda.

Cari Tuhan dengan segenap kekuatan, kejar keintiman dengan-Nya.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-17

Mulai Keluaran pasal 20 sampai dengan pasal 31 berbicara mengenai berbagai hukum dan peraturan yang Tuhan berikan bagi orang Israel dan harus ditegakkan oleh Musa.

Dari mulai 10 hukum Musa, yang menjadi dasar hukum, semacam undang-undang dasar yang darinya tercipta hukum-hukum dan berbagai peraturan turunan lainnya.

Sampai peraturan kebaktian, hak budak Ibrani, jaminan nyawa sesama manusia, jaminan harta sesama manusia, peraturan mengenai dosa yang keji, peraturan mengenai orang-orang yang tidak mampu, berbagai peraturan-peraturan lainnya.

Mengapa Tuhan memberi hukum dan peraturan bagi orang Israel?

Menurut saya jawabannya ada dua.

Pertama, selama di Mesir, bangsa Israel hidup dengan peraturan Mesir, terlebih sebagai budak mereka hidup dan diperlakukan dengan berbagai peraturan sebagai budak, bermental budak, berkebiasaan sebagai budak. 

Namun, kini mereka menjadi umat Allah, sehingga sudah seharusnya hidup di bawah hukum dan peraturan kerajaan Allah.

They are now under a new management.

Hukum dan peraturan yang diberikan adalah cara Tuhan untuk mengenyahkan mental Mesir di hati bangsa Israel agar mereka dapat mengenakan mentalitas yang baru sebagai umat Allah.

Sebagaimana orang Israel, kitapun sudah menjadi umat Allah, sehingga sudah sepatutnya hidup di bawah hukum dan peraturan Allah yang tertulis di dalam Alkitab.

Sehingga hidup kita akan berbeda dengan orang-orang dunia, dan memang tidak bisa dan tidak boleh sama.

Sebagaimana yang Paulus tuliskan di dalam Roma 12:2

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Karena, sejak kita berpaling kepada Kristus dan menjadikan-Nya Tuhan dan Juru Selamat, kita bukan lagi dari dunia, gaya hidup kita harus berbeda dengan gaya hidup dunia. 

"........ Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia....." Yohanes 15:19 

Kedua, berbagai hukum dan peraturan yang  diberikan oleh Tuhan, bukanlah dimaksud untuk membatasi kehidupan orang Israel, melainkan justru untuk melindungi dan membedakan dari bangsa-bangsa yang tinggal disekeliling mereka. 

"Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku." Imamat 20:26

Begini, peraturan diciptakan bukanlah untuk membatasi sebuah pertandingan olah raga, namun justru untuk melindungi pertandingan dan para atletnya, dan membedakan satu cabang olahraga dari yang lainnya.

Contohnya, apa yang membedakan olahraga bola basket dan sepak bola?

Sesungguhnya yang membedakan di antara keduanya adalah peraturan yang berbeda.

Seperti misalnya pemain sepak bola tidak boleh menyentuh bola dengan tangan, mereka harus menggunakan kaki, sementara pemain bola basket justru wajib menggunakan tangan.

Melalui berbagai peraturan tersebutlah kita melihat keindahan sebuah cabang olah raga dan kemahiran para atletnya.

Berbagai hukum dan peraturan yang diberikan Tuhan tidaklah untuk membatasi kita, jadi janganlah merasa dibatasi dan dibebani oleh itu.

Namun, sebaliknya melalui berbagai hukum dan peraturan tersebut, Tuhan berusaha membedakan hidup sejati yang dianugerahkan-Nya kepada kita melalui Tuhan Yesus Kristus dengan kehidupan palsu yang dunia tawarkan. 

Sebagaimana yang tersurat di terjemahan The Message Bible dari Roma 12:2 di atas.

"Don’t become so well-adjusted to your culture that you fit into it without even thinking. Instead, fix your attention on God. You’ll be changed from the inside out. Readily recognize what he wants from you, and quickly respond to it. Unlike the culture around you, always dragging you down to its level of immaturity, God brings the best out of you, develops well-formed maturity in you."

Dituliskan di atas bahwa budaya dunia di sekeliling kita yang selalu menarik jatuh sampai ke level ketidakdewasaan mereka, namun Tuhan membentuk sebuah kematangan hidup yang sangat baik di dalam kita.

Jadi, hukum dan peraturan diberikan bukan untuk membatasi, melainkan justru untuk membedakan kita dengan dunia dan melindungi kehidupan sejati di dalam kita yang telah dianugerahkan-Nya melalui  Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat dunia.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-16

Keluaran 18:25
"Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang."

Setelah Musa mendengarkan nasihat mertuanya, maka kebutuhan akan pemimpin tersedia, lowongan dibuka. 

Siapakah yang Musa pilih?

Apakah kualifikasinya?

Terjemahan LAI menyebutkan "orang-orang cakap."

KBBI: Cakap adalah sanggup/mampu/dapat/pandai/mahir melakukan sesuatu. 

King James Version menyebutkan "able men."

Kamis Merriam-Webster mendefinisikan: Able adalah memiliki kekuatan/keahlian/kemampuan yang cukup untuk melakukan sesuatu (mampu memecahkan masalah). 

NIV menuliskan "capable men."

Kamis Merriam-Webster mengartikan capable adalah mampu melakukan sesuatu: berkualitas atau keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu dengan baik. 

Sementara The Message mengkualifikasikannya sebagai "competent men."

Menurut Kamis Merriam-Webster: competent adalah memiliki kemampuan atau keahlian sehingga mampu melakukan sesuatu dengan sangat baik sesuai dengan standar yang ditentukan. 

Jadi, dari berbagai keterangan di atas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa Musa tidak asal memilih pemimpin, beliau hanya memilih orang-orang yang memiliki keterampilan atau cakap melakukan tugasnya.

Kata "cakap' di atas diterjemahkan dari kata Ibrani chayil yang berarti memiliki kemampuan atau keahlian. 

Dari mana mereka memiliki kemampuan tersebut?

Kata chayil sendiri berasal dari kata chûl chı̂yl yang salah satu artinya adalah kesakitan (seperti hendak melahirkan).

Saya artikan tidak pernah ada seseorang menjadi ahli di dalam kemudahan.

Semua ahli dibentuk di dalam kesulitan, semakin tinggi tingkat kesulitan yang dihadapi dan kemudian diatasi, akan menjadikan seseorang semakin ahli.

Jangan salah, orang-orang yang Musa pilih bukanlah superman melainkan orang-orang biasa saja sebagaimana yang terlihat dari kata Ibrani ĕnôsh yang diterjemahkan menjadi 'orang-orang' pada ayat di atas. 

Kata itu berarti orang biasa.

Bahkan kata ĕnôsh berasal dari kata ânash yang bermakna lemah atau menjadi sakit.

Artinya mereka hanyalah orang-orang biasa yang kemudian berproses di dalam kehidupan, menjadi bertanggungjawab dengan kewajiban mereka, oleh karenanya lambat laun menjadi ahli di dalam bidangnya.

Dari sini kita belajar tidak perlu menjadi superman untuk dapat menjadi seorang ahli atau pakar, yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan niat kuat untuk berlatih dan berproses.

Ingat-ingatlah ini, bahwa seseorang dengan sedikit bakat namun disertai oleh kerja keras dapat mengalahkan orang berbakat namun malas.

Benarlah apa yang dikatakan oleh manusia terpandai di dunia ini, Raja Sulaiman:

"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." Amsal 22:29.

Jadilah seseorang yang cakap di dalam pekerjaanmu, temukan passionmu, berproseslah di sana dengan tekun, sabar dan kerja keras, niscaya orang-orang terhormat akan menghargai karyamu dengan cara terhormat pula.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-15

Keluaran 18:13-14
(13) Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang.
(14) Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?"

Sebagai lulusan Mesir, semestinya Musa tahu mengenai pendelegasian tugas, namun tampaknya itu tidak diterapkannya.

Dari kisah Yitro dan pengangkatan hakim-hakim ini kita dapat belajar beberapa hal:

1. Sehebat apapun seseorang, tetaplah dia membutuhkan nasihat dari orang lain.

Keluaran 18:17 & 19a
Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu ...........Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu......."

Sebenarnya nasihat Yitro bukanlah sesuatu yang istimewa, beliau hanya memberitahu Musa mengenai pendelegasian tugas.

Kadang seorang pemimpin terlalu fokus kepada hal-hal besar, sehingga lalai terhadap hal-hal simpel.

Kadang dia terlalu kaku terhadap sistem, sehingga tidak fleksibel.

Di sinilah peranan seorang Yitro, untuk memberi nasihat buat seorang pemimpin besar, hebatnya Musa dengan rendah hati mau mendengarkan dan menuruti nasihat mertuanya

Keluaran 18:24 
"Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya."

Hal ini mengantar kita kepada pelajaran kedua.

2. Menjadi sebesar apapun Anda, selalu ingatlah jangan menjadi terlalu besar sehingga tidak ada seorangpun yang dapat menasihati atau menegur Anda.

Tuhan senantiasa meletakkan seseorang di bawah otoritas seorang lainnya, baik sebagai bapak rohani atau sahabat rohani.

Merekalah sparring partner kita.

3. Seorang pemimpin sehebat apapun dia, tetap memerlukan pertolongan.

Seorang pemimpin, baik di dalam gereja, kantor, maupun di salam rumah, tidak akan bisa mengerjakan semuanya seorang diri.

Area di mana dia lemah, adalah kesempatan bagi orang lain untuk melayani atau ikut bekerja bersama-sama.

Seorang pemimpin bukanlah seorang yang tahu segalanya, dan bisa semuanya, seorang pemimpin adalah seseorang yang dapat mengkaryakan semua orang sesuai dengan karunianya. 

Melaluinya seorang pemimpin membantu menumbuhkan pemimpin-pemimpin baru di bawahnya.

Kira-kira mengapa Musa duduk menghakimi bangsa itu dari pagi sampai petang? 

Mungkin karena Musa beranggapan bahwa dialah yang ditunjuk Tuhan sebagai pemimpin, sehingga semuanya harus dia yang melakukan, terutama hal-hal penting. 

Atau bisa juga orang-orang Israel sendiri yang memperlakukannya demikian. 

Mereka mengkultuskan Musa, mengingat sebelumnya ada berbagai mukjizat hebat, bahkan spektakuler. 

Di dalam bidang rohani, seorang pemimpin memiliki kecenderungan untuk mengkultuskan dirinya atau dikultuskan karena sistem (jemaat/pengikut). 

Berhati-hatilah, Anda hanyalah seseorang yang dikaruniai jabatan pemimpin, Anda bukan Tuhan. 

#KiraKiraBegitu

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-14

Hidup memang kadangkala terasa tak adil dan berat. 

Masalah datang silih berganti, seperti yang dialami oleh bangsa  Israel, baru saja lolos dari tangan Firaun, sekarang terhadang oleh orang Amalek. 

"Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim." Keluaran 17:8

Secara garis keturunan orang Amalek dan orang Israel sebenarnya adalah sepupu, karena Amalek sendiri merupakan cucu dari Esau, kakak Yakub yang menjadi nenek moyang Israel.

Hanya orang-orang terdekatlah yang dapat menyakiti kita lebih sakit.

Ada tiga hal yang dapat kita pelajari dari pertempuran Israel dan Amalek ini.

Pertama, arti kata Rafidim sendiri adalah tempat peristirahatan.

Tuhan tidak pernah mengizinkan pergumulan datang menghantam disaat kita lemah.

Inilah prinsip yang rasul Paulus tulis ulang di dalam 1 Korintus 10:13, yang berbunyi demikian:

"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Supaya berbagai pergumulan hidup itu tidak lebih kuat daripada kita, maka tidak pernah Dia izinkan menimpa di saat kita lemah. 

Penyerbuan Firaun memang melemahkan hati, jiwa dan fisik orang Israel, terutama Musa, namun setelah keluar dari dalam laut, mereka resting alias beristirahat, untuk memulihkan kekuatan fisik, jiwa dan roh. 

Kedua, kunci kemenangan Israel melawan Amalek adalah ketika Musa mengangkat tangannya di atas bukit. 

Prinsip pertempuran adalah siapa menguasai tempat tinggi dia akan menang. 

Pada zaman kini tidak heran negara Israel tidak pernah mau menyerahkan dataran tinggi Golan yang direbutnya dari Suriah pada peristiwa perang enam hari tahun 1967. 

Di dataran tinggi inilah Israel membangun pusat pengamatan tentara atau "Mata Israel" (The Eye of Israel). 

Dari dataran tinggi ini kita dapat melihat baik Suriah maupun Israel, dari bukit ini menyerang Israel menjadi lebih mudah. 

Kembali kepada Musa di atas bukit, secara rohani, apa yang Musa lakukan adalah dia melakukan peperangan rohani di alam roh yang tak terlihat, namun tak kalah sengit. 

Musa bertempur bersama Tuhan. Musa sadar bahwa tanpa bantuan Tuhan maka nasib Israel akan hancur, terbukti ketika dia menurunkan tangannya, Amalek menjadi lebih kuat. 

Dalam setiap pergumulan, ayo kita kuasai dataran tinggi, maksudnya masuklah ke dalam ruang doa, puji  dan sembahlah Tuhan, kalahkan setan dengan kuasa Roh Kudus di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. 

Bukankah perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.  Efesus 6:12

Ketiga, mengapa ada begitu banyak tantangan di dalam kehidupan orang Israel? 

Sederhana saja, karena mereka masih di dalam perjalanan menuju tanah perjanjian. 

Di padang gurun Tuhan melatih untuk mempersiapkan mereka memasuki tanah perjanjian dan kemudian membangunnya menjadi sebuah negara para imam di mana Tuhan sendiri yang menjadi pemimpinnya. 

Namun sebelum terbentuk sebuah kerajaan teokrasi, maka mentalitas  kerajaan Imamat itu harus terlebih dahulu lahir di hati mereka. 

Membentuk sebuah negara memang sulit, namun lebih sulit melahirkan negara, kecintaan, visi dan misi sebuah negara di dalam hati setiap rakyatnya. 

Padang gurun adalah cara Tuhan untuk melakukannya. 

Lalu apakah setelah memasuki tanya perjanjian masalah mereka berhenti? 

Tentu tidak, karena mereka harus merebut dan membangunnya menjadi sebuah kerajaan seperti yang Tuhan inginkan. 

Diperlukan kerja keras dan hikmat untuk mewujudkannya. 

Hingga suatu hari kelak kerajaan yang sesungguhnya akan dinyatakan, di mana Tuhan sendiri akan menjadi raja seluruh bumi. 

Kita mengalami banyak pergumulan karena memang belum "pulang."

Dunia ini seperti padang gurun kehidupan, di sini kita berjuang di dalam pertandingan iman. 

Di dalam kehidupan ini Allah melatih kita agar kelak memang layak secara bathin (karakter) memasuki langit baru dan bumi baru yang Dia janjikan untuk menjadi warga negaranya (permanent resident). 

Sebelum kelak dinyatakan, dunia yang akan datang itu perlu dilahirkan di hati kita. 

Melalui pergumulan, Tuhan hendak melahirkan mentalitas langit baru dan bumi yang baru di dalam hati kita. 

Supaya kita menghidupi hidup ini dengan karakter surga, memandang dunia dan segala hal di dalamnya dengan sudut pandang ilahi. 

Sehingga otomatis kehidupan kita akan berbeda dengan orang-orang dunia, karena mentalitas atau hatinya berbeda. 

Cara kita menjalani hidup buka berdasarkan hitungan untung rugi secara duniawi, melainkan dari sudut pandang kekekalan.  

#Musa 

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words) 

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-13

Keluaran 17:7
"Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"

Sebagaimana orang Israel yang bersungut-sungut bahkan meragukan Tuhan ketika menghadapi tantangan, kitapun cenderung melakukan hal yang sama.

Di dalam pergumulan berat sering kita mempertanyakan Tuhan dan kuasa-Nya:

"Mengapa Tuhan tidak menolong saya?"

"Tuhan ada di mana ketika saya menderita?"

"Apakah Tuhan perduli dengan hidup saya?"

Bahkan yang paling ekstrim kita sampai bertanya-tanya
"Tuhan itu ada tidak sih?"

Ujung-ujungnya kita menjadi seorang yang beranggapan bahwa kalaupun Tuhan itu ada, Dia pasti tidak perduli dengan hidup saya.

Berbagai pertanyaan demikian juga diajukan oleh banyak orang Amerika ketika dua menara kembar WTC hancur dihantam pesawat terbang, dalam aksi terorisme yang kita kenal dengan peristiwa 911 (nine eleven) karena peristiwa tersebut memang terjadi pada tanggal 11 September.

"Di mana Tuhan ketika peristiwa ini terjadi?"

Pertanyaan demikian diajukan oleh banyak kaum ateis dan skeptis, yang bertujuan untuk mengolok-olok orang-orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada.

Anne Graham Lotz, memberikan salah satu jawaban terbaik di dalam sebuah acara televisi. Beliau menjawab kurang lebih demikian:

"Kita mengusir Tuhan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita meminta Tuhan keluar dari sistem peradilan, pendidikan dan bernegara, lalu ketika peristiwa ini terjadi kita bertanya Tuhan ada di mana?"

Bagaimana seandainya jika Tuhan yang bertanya demikian?

Di mana kamu ketika Aku ingatkan untuk berdoa? Membaca Alkitab?

Apa jawab kita?

Jangan-jangan memang selama ini kitalah yang tidak mengacuhkan-Nya.

Coba pikirkan sejenak, bagaimana mungkin kita memberikan kepada Tuhan sesuatu yang kurang baik namun mengharapkan berkat-berkat yang terbaik?

Pun demikian, Dia tetaplah Tuhan yang penuh kasih dan setia. 

Dia tetap menjaga dan memelihara hidup kita.

Lagipula menurut Anda memangnya apa alasan mengapa kita tetap kuat dan bertahan sampai hari ini kecuali karena memang Dia yang menjaga dan memelihara hidup kita.

Tuhan Yesuslah alasan dibalik semua kekuatan yang kita peroleh untuk terus melangkah sampai hari ini. 

Suatu kali dalam sebuah doa pribadi, muncullah berbagai gambaran saat-saat saya menderita, terluka, menangis dan merasa sendiri. 

Di dalam doa tersebut, saya hanya bisa menangis. 

Tanpa sadar hal-hal demikian menjadi seperti 'luka' di dalam jiwa, sebuah kekecewaan tersembunyi di dalam hati kepada Tuhan. 

Kemudian saya mendengar suara di dalam kalbu, Tuhan berbicara, "Leo, tahu tidak bahwa di dalam semua kesusahan dan penderitaan tersebut Aku ada di sebelah kamu dan tidak pernah meninggalkanmu.

Saya menangis tambah keras, karena menyadari bahwa ternyata Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan saya seorang diri. Dia ada disebelah saya, menguatkan, menghibur dan berjuang bersama-sama saya. 

Hari itu saya sembuh. Jiwa saya dipulihkan oleh-Nya. 

Tuhan ada disebelahmu dan tidak pernah beranjak dari sana. 

Itulah alasan kekuatanmu sampai hari ini. 

Teruslah percaya dan berharap kepada-Nya. 

Dia tidak pernah mengecewakanmu. 

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-12

Keluaran 14:21-22
(21) Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.
(22) Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.

Di Mesir orang Israel adalah rakyat biasa yang tak memiliki kemampuan atau keahlian tempur, lagipula sebagai budak secara alami mereka memiliki mental yang tunduk kepada orang Mesir, sehingga ketika dikejar oleh Firaun dan pasukannya keberanian mereka langsung hancur.

Terlalu lama ditindas membuat mereka bahkan tidak berani menegakkan kepala, namun Tuhan segera bertindak.

Di tengah-tengah ketakutan orang Israel Tuhan membuat salah satu mukjizat terbesar dan paling mustahil dilakukan sepanjang sejarah, yakni membelah laut menjadi dua.

Melalui mukjizat ini Tuhan ingin menunjukkan kepada orang Israel bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat. 

Segala perbuatan ajaib-Nya yang diceritakan turun temurun oleh nenek moyang mereka adalah benar adanya. 

Keluaran 14:31 
"Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu."

Tuhan menunjukkan Kemahakuasaannya bukan karena Dia senang show off, namun agar orang Israel sadar siapa Dia dan menyembah-Nya. 

Suka tidak suka, mau tidak mau, kadang pergumulan besar melanda hidup. 

Namun, ingatlah satu hal bahwa mukjizat paling dahsyat terjadi dari pergumulan paling hebat.

Hidup mungkin sudah kepepet tidak lagi dapat bergerak ke kanan atau ke kiri, musuh datang di sekeliling, tetaplah percaya dan berserulah kepada Tuhan, Dia lebih hebat dan lebih berkuasa dari semua pergumulan kita. 

Jika pergumulan yang datang akibat kelalaian diri sendiri, atau karena kesalahan diri sendiri, bertobatlah dan mintalah ampunan-Nya. 

Lalu hadapilah pergumulan tersebut dengan hati yang bertobat, percayalah Dia tidak akan membiarkan anak-anak-Nya berjuang seorang diri. 

Namanya adalah Imanuel, Allah yang menyertai kita. 

Mazmur 121:1-3
(1) Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? 
(2) Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. 
(3) Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. 

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-11

Keluaran 14:10 
"Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN."

Visi yang Tuhan berikan kepada setiap orang adalah untuk membawanya dari posisi hari ini menuju posisi lain yang jauh lebih baik.

Mesir memang baik buat orang Israel, meski menjadi budak setidaknya selalu ada kepastian makan dan minum.

Namun, Tuhan memanggil mereka bukan untuk menjadi budak, melainkan untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat, sehingga dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di dunia.

Di Mesir makanan memang cukup bahkan mungkin berlebih. 

Mereka masih dapat berternak kambing domba, namun yang Tuhan sediakan bagi mereka jauh lebih berlimpah daripada hanya sekedar makan dan minum.

Apakah artinya makan minum dan kambing domba, namun menjadi budak dibandingkan dengan sebuah negeri yang berlimpah susu dan madu yang menjadi milik mereka sendiri. Mereka tinggal di sana sebagai orang merdeka.

Namun, belum lama meninggalkan Mesir, Firaun datang mengejar mereka dengan pasukan khusus Mesir.

Dari sini kita belajar bahwa:
1. Musuh utama dari masa depan adalah masa lalu.
Firaun adalah gambaran hidup lama. Dia seperti mungkin kebiasaan lama, kawan-kawan lama yang selalu mengajak kembali berbuat hal-hal buruk yang dahulu biasa kita lakukan bersama mereka, zona nyaman dan zona aman, bahkan juga keinginan diri untuk kembali ke masa lalu.

2. Meski melaksanakan visi Tuhan bukan berarti jalan hidup kita akan mulus seperti jalan tol, justru sebaliknya tantangan akan datang menghadang, tujuannya adalah  Tuhan melatih hidup kita agar kelak layak dan mampu mewarisi tujuan-Nya.

Seperti orang Israel, hanya yang berhasil mempercayai Tuhan di dalam segala tekananlah yang berhasil memasuki Tanah Perjanjian.

3. Selain untuk mendidik kita di dalam iman dan membentuk karakter, maksud lain dari tantangan yang kita hadapi adalah agar Tuhan dapat menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya, baik bagi kita dan terutama bagi orang-orang dunia.

"Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN." Lalu mereka berbuat demikian." Keluaran 14:4

Jadi, entahkah di dalam pergumulan atau di dalam kelegaan, hidup kita adalah alat kesaksian bagi kemuliaan Tuhan.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-10

Berkali-kali Tuhan mengemukakan alasan-Nya membuat berbagai mukjizat di Mesir. 

"Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda." Keluaran 14:18

Kekayaan Mesir adalah sungai Nil yang memberikan kehidupan dan  kesuburan bagi pertanian mereka.

Kekuatan Mesir adalah militer mereka, dengan pasukan kereta kudanya yang gagah perkasa.

Kemuliaan Mesir adalah kepandaian dan tekhnologi, terutama dalam bidang arsitektur dengan bangunan-bangunan megah yang mereka bangun.

Kejayaan Mesir adalah mereka menjadi negara adidaya dan adikuasa pada masa itu.

Di sanalah terbentuk segala kebanggaan termasuk kesombongan mereka.

Orang Mesir memiliki banyak dewa, seperti Ra, Isis, Amun-Ra, Osiris, dan masih banyak yang lain.

Mereka beranggapan segala kekayaan, kekuatan, kemuliaan, kejayaan, berasal dari dewa-dewa ini, sehingga sujud menyembah kepadanya.

Tuhan memakai Musa untuk menjungkirbalikan kepercayaan ini, sehingga Firaun dan seluruh Mesir dapat melihat bahwa hanya ada satu Tuhan yang Maha Kuasa dan pencipta segalanya.

Dan selama ini Dialah yang telah memberkati Mesir, bahkan menyelamatkan mereka dari kepunahan akibat kelaparan pada zaman Yusuf, bukan dewa-dewa Mesir yang kosong.

Kepada siapakah kita meletakkan kebanggaan dan semua kejayaan?

Apakah harta kekayaan atau bahkan kepandaian diri?

Semua kekayaan dan kejayaan yang kita lihat dan dapat kita raih di dalam dunia ini, semua milik Tuhan.

Kejar semua itu, kita akan kehilangan faktor yang paling penting yakni Tuhan sendiri.

Kejar Tuhan maka kita akan memperoleh yang jauh lebih penting dan mulia dari itu semua, yakni kehidupan sejati yang memang hanya ada di dalam-Nya.

Suatu kali menjelang ajalnya, Alexander Agung memberi 3 perintah kepada para jenderalnya mengenai penguburannya kelak, demikian: pertama, yang mengangkat peti matinya haruslah para tabib yang mengobatinya, kedua, sepanjang perjalanan dari rumah duka ke kuburannya haruslah ditaburkan uang dan kekayaan yang diperolehnya semasa invasi militernya, ketiga, kedua tangannya harus berada di luar peti mati. 

Alexander Agung menjelaskan demikian: para tabib yang mengangkat peti matinya berarti bahwa semua dokter yang paling hebat sekalipun tidak bisa menghindari dari kematian. 

Harta kekayaan yang ditaburkan, bermakna bahwa pada akhirnya semua pencapaian itu akan sia-sia dan terbuang percuma. 

Ketiga, tangan yang keluar dari peti mati bermakna, orang yang paling berkuasa di bumi, yang telah menaklukkan bangsa-bangsa, meninggal dengan tangan kosong. 

"Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!"" Amos 5:4

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel

Musa Bagian Ke-9

"Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel." Keluaran 11:7

Tuhan membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel.

Berkali-kali Tuhan menimpakan tulah atas Mesir, namun meluputkan tanah Gosyen di mana orang Israel berdiam.

"Tetapi pada hari itu Aku akan mengecualikan tanah Gosyen, di mana umat-Ku tinggal, sehingga di sana tidak ada terdapat pikat, supaya engkau mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, ada di negeri ini." Keluaran 8:22

Mengapa Tuhan membedakannya? Karena orang Israel adalah umat pilihan-Nya.

Sebagai anak-anak Tuhan, semestinya Tuhan membedakan perlindungan dan berkat-berkat-Nya atas kita daripada yang lain.

Namun, mengapa buat sebagian orang itu tidak terjadi?

Mungkin karena gaya hidup kita sama dengan yang lain.

Kita tidak dipanggil untuk menjadi sama dengan yang lain, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi dunia, sederhananya untuk menjadi sebuah contoh atau teladan,  mau tidak mau, hidup kita harus berbeda dari yang lain.

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu......" Roma 12:2a

Demikian nasihat Paulus kepada jemaat di Roma.

Di saat dunia sudah sangat permisif terhadap dosa, sebagai umat Allah, kita harus berani menarik garis batas yang jelas antara mana yang najis dan mana yang kudus, lalu dengan berani hidup di belakang garis zona kudus.

Bagaimana Tuhan mau membedakan kita dari yang lainnya, jika cara hidup kita sama dengan sistem dunia yang dianut banyak orang.

Sesungguhnya, apakah yang membedakan orang Israel dari orang Mesir dan bangsa-bangsa lain disekeliling mereka?

Apakah berkat-berkat jasmani, semacam kekayaan?

Tentunya bukan.

Jangan terkecoh, kekayaan bukanlah berkat terbesar, itu hanya akibat dari berkat sesungguhnya.

Ada yang jauh lebih berharga daripada tumpukan deposito di rekening bank kita.

Musa mengatakannya dengan sangat lugas di dalam Keluaran 33:16 
"Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?"

Ya, penyertaan Tuhan adalah berkat sejati paling berharga yang manusia bisa miliki.

Jika Tuhan menyertai kita sekalian, maka disitulah akan terlihat perbedaan kita dari yang lain.

Bahkan kelahiran Tuhan Yesus di dunia inipun sebagai lambang penyertaan Tuhan.

"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" — yang berarti: Allah menyertai kita. Matius 1:23.

Sesungguhnya disertai Tuhan jauh lebih berharga dari apapun di dunia ini.

Carilah senantiasa penyertaan-Nya.

Berdoalah setiap hari, mohonkanlah bimbingan-Nya dalam hidup kita, lalu berilah diri untuk mau hidup sesuai pengaturan-Nya. Jadilah pelaku Firman.

#Musa

#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)

#LeoImannuel