17 September 2015
Jemaat beserta para penggagas jaringan doa dari berbagai denominasi berdoa:
"Tuhan pulihkanlah Indonesia"
"Transformasi Bangsa Indonesia"
"Revival Datang Atas Indonesia"
"Kami usir iblis dari bangsa kami"
"Kami patahkan otoritas orang kuat atas Indonesia"
Tuhan tersenyum.....
Iblis berdehem sambil tersenyum sinis...
Di dalam hatinya dia berpikir....
"Gagahnya berdoa bagi bangsa, pake tengking-tengking segala!"
"Dikirim roh asumsi saja sudah bangun tembok"
"Disusupi roh curiga saja sudah menolak satu panggung"
Sad but true...
Berbagai doa dan acara kesatuan tubuh Kristus tersebut di adakan di stadion atau gedung-gedung megah dengan daya upaya termasuk biaya "wah."
Begitu acara selesai, jemaat pulang, stadion/gedung menjadi sepi menunggu disewa untuk acara lain, entahkah konser musik rock atau acara gagah-gagahan politik, para pemimpin kembali ke urusan pelayanan masing-masing.
Di situlah ujian sebenarnya, apakah semua daya upaya dan biaya itu hanya menghasilkan sesuatu yang bersifat artiifisial dan bagi kepentingan seremonial belaka, ataukah bagi sebuah tujuan yang mesti diperjuangkan?
Kasihan bangsa ini, jika para pemimpin masih berjiwa kelokalan, bergerak berdasarkan "like" atau "dislike."
Para tokoh lintas agama dari berbagai kepercayaan yang berbeda, bahkan bertentangan, dapat berdiskusi dengan damai. Mereka sibuk mencari dan berdiri teguh di "common ground" yang menyatukan mereka.
Sementara para pemimpin dari juru selamat dan kitab suci yang sama tidak sudi melayani bersama karena sibuk melihat "selumbar" di mata saudaranya.
Saling menuduh, saling merasa benar, saling merasa menjadi korban.
Meski bergandengan tangan di even-even besar, namun lebih penting bergandengan hati.....
Keep Winning By Keep In Unity Not Uniformity!!! JLI
@Leo_Imannuel
@AOCJakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar