Tuhan itu Alfa dan Omega.
Alfa adalah huruf pertama dan Omega adalah yang terakhir dalam aksara Yunani, seperti A dan Z dalam aksara yang kita gunakan pada umumnya.
Ini artinya Tuhan adalah yang awal dan akhir.
Awalnya siapa dan akhirnya siapa?
Tuhan?
Tentu bukan!
Awal dan akhir di sini merujuk kepada seluruh ciptaan, termasuk manusia.
Semua ciptaan memiliki awal atau alasan keberadaan, yaitu Tuhan Sang Pencipta.
Khususnya manusia, juga memiliki akhir dan kemana dia setelah semua berakhir, tentu kembali kepada Sang Pencipta, entah untuk menerima mahkota atau hukuman.
Hidup manusia berawal dari Tuhan dan akan berakhir juga di sana.
Dari dalam kekekalan Tuhan merancangkan rencana-Nya bagi manusia, terutama anak-anak-Nya, rencana-Nya pasti indah, mulia dan membawa kebaikan bagi kita.
Keindahan dan kebaikan rencana-Nya mesti dilihat dari sudut pandang kekekalan, dan tidak boleh selalu dinilai dari sudut pandang kehidupan di dunia saja.
Maksud saya, pandangan yang berpikiran karena rencana Tuhan itu indah, mulia dan membawa kebaikan bagi kita maka pasti mukjizat akan terjadi, sakit menjadi sembuh, terobosan dalam hal keuangan, mendadak toko rame sendiri di kala kanan kiri sepi, dan lain sebagainya.
Jangan salah juga, Dia kadang mengerjakan yang demikian dalam hidup beberapa orang, kisah-kisah mukjizat mewarnai kehidupan kekristenan kita.
Namun, bagaimana dengan mereka yang hanya bisa mendengar kesaksian-kesaksian demikian namun tidak mengalaminya?
Apakah Tuhan kurang mengasihi mereka?
Apakah ada noda dalam hidup yang menghalangi mukjizat terjadi?
Ataukah salah cara mereka berdoa? Kurang intens? Kurang berpuasa?
Ataukah Tuhan yang memegang kendali di belakang itu semua?
Begini, jika kasih Tuhan hanya diukur dari terjadinya mukjizat atau tidak, alangkah dangkal kasih tersebut.
Kasih Tuhan melampaui hidup di dalam dunia ini, dia menjangkau bahkan sampai pada kekekalan.
Jadi, ketika mukjizat tidak terjadi, jawaban doa berbeda dari yang diharapkan, Tuhan tetap memegang kendali, dia merencanakan yang terbaik, dan kadang yang terbaik adalah membiarkan anak-anak-Nya berjalan melewati lembah kekelaman, bahkan kematian.
Bukankah, kematian sudah kehilangan sengatnya ketika Kristus bangkit dari kematian?
Jadi, bahkan kematianpun bukan lagi menjadi momok menakutkan bagi orang-orang percaya.
Kematian adalah jalan untuk bersama-sama dengan Tuhan.
Ini adalah sebuah penghiburan kuat di tengah-tengah kedukaan.
Sulit bagi kita untuk mengerti rencana Tuhan, sehingga juga sulit untuk bisa mengucap syukur di tengah-tengah kesukaran, itu semua semata-mata karena kita belum mengerti rencana-Nya.
Jadi, yang perlu kita lakukan tetaplah percaya kepada Tuhan, tetap mengasihi-Nya.
Karena pasti rencananya sempurna, indah, mulia dan mendatangkan kebaikan bagi kita.
Jangan biarkan ketidakmengertian kita merusak hubungan kita dengan Tuhan.
Di sambung lagi nanti....
#KiraKiraBegitu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar