Dijauhkanlah kiranya daripada kita sekalian
- Khotbah tanpa kuasa.
- Pelayanan tanpa urapan.
- Kebaktian tanpa hadirat Tuhan.
- Pujian dan Penyembahan tanpa keintiman.
- Musisi tanpa jubah keimamatan.
- Hati tanpa pertobatan.
- Beribadah tanpa haus dan lapar akan Tuhan.
Sangat berbahaya sekali jika kita hanya berasumsi,
- Bahwa khotbahnya penuh kuasa padahal hanya kepiawaian akibat jam terbang berbicara di muka umum saja.
- Bahwa pelayanannya diurapi padahal hanya rutinitas belaka.
- Bahwa Kebaktiannya penuh hadirat Tuhan padahal hanya perasaan yang distimulan oleh tata suara, tata lampu, dan berbagai trik psikologi massa belaka.
- Bahwa Pujian dan Penyembahannya menjamah hati padahal hanya sekedar mendendangkan lagu yang sedang populer dengan iringan musik yang apik saja.
- Bahwa Musisi hebat padahal hanya sekedar musisi tanpa hanya menyembah ketika memainkan instrumennya.
- Bahwa jemaat banyak datang ke gereja padahal hanya sekedar datang namun tanpa hati yang mengerang kepada Allah di dalam pertobatan.
- Bahwa hanya cukup datang kebaktian namun tanpa hati yang lapar dan haus akan Tuhan.
Takutnya Kekristenan akan menjadi,
- Jemaat yang secara fisik datang ke gereja namun hatinya kosong melompong dan sedang berjalan menjauhi Tuhan.
- Gereja tanpa kehadiran Tuhan di dalamnya.
- Gereja hanya menjadi semacam even organizer kumpul-kumpul mingguan.
Pantaslah,
- Tidak ada kebangunan rohani.
- Gereja kehilangan kuasa-Nya.
- Suara kenabiannya hanya sebuah bisik malu-malu, bahkan menjadi bisu sama sekali.
Semoga itu semua terjadi di gereja-gereja entah dibelahan dunia bagian mana, tapi bukan di Indonesia.
#LIFEWords (Leo Imannuel Faith Enlightening Words)
#RefireReviveRevival
Tidak ada komentar:
Posting Komentar